Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#194

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(194)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Ki Ganjur yang kebetulan baru kembali dari tempat ibadah tersebut kemudian beriring dengan Jaka Tingkir.
“Sepertinya ada sesuatu yang dipikirkan, Ngger…..!” sapa Ki Ganjur.
“Benar Paman, baru di hari yang pertama, Tingkir telah melakukan keteledoran…..!” Jaka Tingkir mengatakan.
“Lumrah Ngger….., kesalahan itu bisa terjadi kepada siapapun…..!” Kata Ki Ganjur yang belum tahu bahwa kesalahan Jaka Tingkir cukup besar.
“Tetapi kesalahan Tingkir sepertinya pasti akan mendapatkan hukuman dari Kanjeng Sultan, Paman…..!” Kata Jaka Tingkir dengan masih menundukkan kepala.
“Ooh….., nanti saja kau ceritakan setelah sampai di pondok…..!” Saran Ki Ganjur yang menyadari bahwa permasalahan Jaka Tingkir pasti tidak sederhana.
“Baik, Paman……!” Jawab Jaka Tingkir singkat.

Setelah berbersih diri dan melaksanakan kewajiban agamanya, Jaka Tingkir kemudian menceritakan kejadian di alun-alun pungkuran. Terutama tentang sikap Dadung Awuk yang kemudian terjadi perkelahian dengannya. Diceritakan pula bagaimana Dadung Awuk selalu menyombongkan diri telah sempurna ilmu kebalnya. Akibatnya Jaka Tingkir menggunakan ajiannya untuk menguji ilmu kebal Dadung Awuk.
“Namun ternyata Dadung Awuk belum memiliki ilmu kebal seperti yang disombongkannya. Ia tak mampu bertahan dan tewas karena pukulanku, Paman…..!” Kata Jaka Tingkir yang kemudian menundukan kepala tanda penyesalannya.
“Ooh…., Dadung Awuk tewas…..?” Kata Ki Ganjur yang tidak mengira sampai sedemikian akibatnya.
“Benar Paman……! Itulah yang membuat Tingkir bersedih……!” Kata Jaka Tingkir.
Keduanya pun kemudian berdiam diri. Ki Ganjur belum bisa memberi saran kepada Jaka Tingkir apa yang mesti akan dilakukan. Sedangkan Jaka Tingkir masih larut dalam penyesalan.

Ketika kedua orang itu sedang berdiam diri, terdengar pintu diketuk.
Ki Ganjur bergegas membuka pintu.
“Ooh….., silahkan masuk, gusti senopati……!” Kata Ki Ganjur.
Yang datang adalah senopati Brajamusti.
Setelah saling bersapa dan berkabar keselamatan selaras dengan adat yang berlaku, senopati Brajamusti segera menyampaikan maksudnya. Ia menyampaikan titah Kanjeng Sultan Trenggono. Titah yang sangat pahit bagi Jaka Tingkir yang baru menapak sebagai seorang prajurit. Jaka Tingkir harus meninggalkan Demak Bintara.
“Sudah aku sampaikan berbagai alasan bagaimana itu bisa terjadi, namun itulah titah seorang raja yang tidak mungkin dibantah…..!” Kata senopati Brajamusti.
Jaka Tingkir hanya bisa menunduk sedih. Ia tak kuasa menyampaikan kata-kata untuk menanggapi titah raja yang sangat berat itu.
Dikatakan pula okeh senopati Brajamusti bahwa Kanjeng Sultan Trenggono sempat menyampaikan bahwa semestinya hukuman yang pantas adalah hukuman mati, namun karena hormat kepada Bapa Ki Ageng Sela, maka hukuman tundhung – usir itu yang diputuskan.
Jaka Tingkir menarik nafas dalam-dalam, ia tidak mengira jika secepat ini harus terusir dari istana Demak Bintara. Sekilas terbayang wajah seorang gadis yang cantik jelita dengan mata berbinar, Gusti Raden Ayu Cempaka. Ia merasa sudah tidak akan mungkin lagi bisa melirik gadis yang menggetarkan hatinya itu.
“Ngger….., sudahlah. Ini sudah suratan tangan yang harus kau jalani……!” Kata Ki Ganjur yang membuyarkan lamunan Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir kemudian teringat ajaran Ki Ageng Sela, bahwa seorang yang berjiwa ksatria harus tetap tegar menghadapi segala permasalahan. Ia tidak boleh loyo dan nglokro, apalagi sampai putus asa. Nalar harus tetap berjalan untuk mencari jalan keluar yang paling baik, bahkan dari kemungkinan-kemungkinan yang buruk sekalipun.
“Baik gusti senopati Brajamusti dan Paman Ganjur……! Jaka Tingkir menerima dengan iklas atas titah Kanjeng Sultan tersebut…..!” Kata Jaka Tingkir dengan tegas dan tidak menunduk lagi.
“Aku hanya menyampaikan titah raja. Semoga kau akan menemukan jalan hidup yang baik sepeninggal dari keraton Demak Bintara ini……!” Kata senopati Brajamusti.
……………..
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Orang bersalah memang layak menerima hukumannya.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *