Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#224

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(224)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Betapa senangnya Nimas Cempaka menyaksikan pertunjukan yang belum pernah ia saksikan. Bahkan melihat kebo bule dan kerbau yang sebesar itu pun baru kali ini. Namun Nimas Cempaka lebih kagum kepada anak muda yang disebut Jaka Tingkir itu. Sebelumnya ia mendengar bahwa para prajurit tak mampu menangkap kerbau itu. Namun anak muda itu seperti bermain-main saja dengan kerbau sebesar itu.
Jaka Tingkir masih saja meloncat-loncat di punggung kerbau yang marah itu. Namun Jaka Tingkir sama sekali tidak terjatuh.
Sorak-sorai para para prajurit tak tertahankan. Mereka kagum dengan kelincahan anak muda yang disebut Jaka Tingkir itu.
Sedangkan senopati pengawal raja masih meragukan bahwa Jaka Tingkir akan mampu mengalahkan kerbau yang tinggi besar itu. Ia yakin, Jaka Tingkir hanya mampu meloncat-loncat, namun tak akan mampu menundukkan kerbaunya.
Ki Kebo Kanigara mengerti maksud dari Jaka Tingkir dengan permainannya itu. Sekilas ia melihat Jaka Tingkir tersenyum ke arah jendela yang terbuka lebar. Mungkin saja Jaka Tingkir ingin memberi hiburan kepada gadis yang berada di balik jendela. Sebagai anak muda mungkin saja Jaka Tingkir ingin menarik perhatian gadis putri raja yang cantik jelita itu.
Sedangkan Ki Wuragil, Mas Manca dan Mas Wila selalu tertawa tertahan menyaksikan ulah dari kawannya, Jaka Tingkir. Ia tak mungkin tertawa lepas karena bisa diketahui oleh para prajurit.

Tiba-tiba Jaka Tingkir meloncat dan jatuh berdiri di samping pohon manggis. Kebo bule yang marah langsung menyeruduk Jaka Tingkir. Jaka Tingkir berkelit sedikit. Yang terjadi membuat setiap orang yang melihat terkesiap. Betapa tidak, kebo bule menyeruduk pohon manggis. Pohon pun tergoncang hebat, walau tidak roboh, namun manggis-manggis rontok bergelinding di tanah.
Sorak sorai dan tepuk tangan para prajurit pun tak tertahankan. Mereka sungguh terhibur dengan tontonan yang tidak direncanakan itu. Bahkan Nimas Cempaka pun ikut bertepuk tangan pula, sedangkan gusti Retno Kencono tersenyum-senyum gembira.
Pangeran Timur heran dan kagum, anak muda seusianya itu telah berilmu tinggi. Ia sendiri juga berguru, namun ilmunya masih jauh dengan yang dikuasai oleh anak muda itu. Bahkan Nimas Cempaka sampai keluar dari bangsal untuk bisa menyaksikan anak muda yang sungguh mengagumkan.

Namun kini matahari telah jauh condong ke barat. Jaka Tingkir tidak mungkin terus-terusan bermain-main.
Kerbau itu masih berdiri mematung, mungkin sakit di kepalanya karena menyeruduk pohon manggis.
Kini justru Jaka Tingkir yang mendekati kerbau itu, ikat kepala dikalungkannya di leher. Ia berjalan dengan tegap ke arah kerbau yang masih berdiri diam. Namun ia telah melambari dengan ilmunya, ilmu tameng waja dan ilmu rog-rog asem.
Semua orang yang menyaksikannya berdebar-debar. Mereka menyaksikan kerbau itu merunduk siap untuk menerjang lawan yang mendekatinya.
Kerbau benar-benar menubruk Jaka Tingkir. Jaka Tingkir sedikit menggeliat dan kemudian tangan kanannya menghantam kepala kerbau itu. Terdengar suara gemeretak barang remuk. “Pruaaakhc……!”
“Whuooooo…….!” Hampir serentak mereka berseru.
Darah pun muncrat dari kepala kerbau, dan tubuh kerbau yang besar itu rubuh berdebam di tanah di bawah pohon manggis.
Sekejap semua terpukau diam, namun sejenak kemudian terdengar sorak sorai dan tepuk tangan bergemuruh. Mereka sangat kagum kepada anak muda yang bernama Jaka Tingkir itu.
Bahkan senopati pengawal raja pun akhirnya mengakui kehebatan anak muda yang sebelumnya ia ragukan. Benar-benar dahsyat, bagaimana kepala kerbau yang tentu sangat keras itu bisa remuk sekali pukul dengan tangan kosong.
Kanjeng Sultan pun kagum akan ilmu yang dimiliki seorang anak yang masih muda itu. Walau sejak awal ia sudah yakin bahwa Jaka Tingkir akan mampu melumpuhkan kerbau bule itu. Namun ia masih tetap kagum karena sekali pukul, kepala kerbau itu remuk.
Tiba-tiba Kanjeng Sultan terkejut ketika Nimas Cempaka telah di sampingnya.
“Rama Prabu……!” Sapa Nimas Cempaka.
………………..
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Kehebatan seseorang dibuktikan dengan mewujudkannya, tidak cukup dengan kata-kata.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *