Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#225

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(225)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Kanjeng Sultan kemudian merangkul putrinya; “Tenanglah Nimas, keadaan sudah aman. Kerbau yang ngamuk itu telah mati……!”
“Nimas menyaksikan semuanya, Rama. Betapa hebatnya anak muda itu…….!” Kata Nimas Cempaka yang kagum akan kehebatan Jaka Tingkir.
“Ia yang dahulu pernah menjadi lurah wira tamtama…..!” Lanjut Kanjeng Sultan.
“Ya, yang pernah menghadap Ramanda Prabu. Nimas pernah menyajikan minuman ketika itu…….!” Lanjut Nimas Cempaka.
“Akan aku hapuskan hukumannya. Dan akan aku angkat kembali menjadi lurah wira tamtama…..!” Kata Kanjeng Sultan.
“Ia pantas menjadi seorang prajurit, Rama……!” Imbuh Nimas Cempaka.
Nimas Cempaka tertegun ketika Jaka Tingkir telah menghadap ayahandanya, Kanjeng Sultan.
Jaka Tingkir telah berlutut dan menghaturkan sembah bakti.
“Perintah Kanjeng Sultan telah hamba laksanakan. Namun mohon maaf bahwa kerbau itu harus mati…..!” Lanjut Jaka Tingkir.
“Ya, aku telah melihat semuanya. Tidak apa jika kerbau itu mati. Tentu sangat sulit untuk menjinakkan kerbau liar seperti itu…..!” Kata Kanjeng Sultan yang tidak tahu bahwa kerbau itu adalah kerbau jinak milik Ki Sura Kebo.
Kemudian Kanjeng Sultan melanjutkan; “Hukuman usir bagimu telah aku cabut. Kau aku angkat lagi menjadi lurah wira tamtama. Sekarang kau sebagai lurah wira tamtama untuk pengamanan dalam benteng keraton…..!” Kata Kanjeng Sultan.
Jaka Tingkir kemudian bersujud di hadapan Kanjeng Sultan.
“Beribu terimakasih kami haturkan, Kanjeng Sultan…..!” Kata Jaka Tingkir.
“Besuk pagi, kami akan kembali ke keraton Demak Bintara. Kau bisa ikut bersama kami…..!” Lanjut Kanjeng Sultan.
Betapa gembiranya Nimas Cempaka setelah mengetahui bahwa Jaka Tingkir telah diampuni kesalahannya. Dan bahkan telah diangkat kembali sebagai seorang lurah wira tamtama. Lebih bergembira lagi setelah mendengar bahwa Jaka Tingkir akan ditempatkan di jeron beteng.
Nimas Cempaka tak bisa memungkiri bahwa ia tertarik kepada anak muda yang telah terbukti sakti mandraguna. Yang membuat ia kagum setelah melihat sendiri ketika melumpuhkan kebo bule.
Dalam hati, Nimas Cempaka mengakui bahwa anak muda itu tampan dan tubuhnya kencang berisi.
Namun demikian, perasaan itu tidak ia tampakkan di hadapan ayahandanya maupun kepada anak muda itu.

Sementara itu, Ki Kebo Kanigara beserta ketiga muridnya telah turun dari dahan pohon tempat mereka bertengger. Mereka telah menyaksikan hampir semua yang terjadi di pesanggrahan itu. Namun mereka memang belum mengetahui apa yang disampaikan oleh Kanjeng Sultan Trenggono kepada Jaka Tingkir.
Mereka akan menunggu Jaka Tingkir di tempat yang telah disepakati.
Akhirnya mereka bertemu juga.
Jaka Tingkir kemudian menceritakan apa yang dikatakan oleh Kanjeng Sultan kepada dirinya.
“Beruntunglah kau Tingkir, karena kesalahanmu telah diampuni, dan kau telah diangkat sebagai lurah wira tamtama…….!” Kata Ki Kebo Kanigara.
“Pada saatnya nanti, saya akan mohon kepada Kanjeng Sultan agar Kakang Mas Manca dan Kakang Mas Wila juga diangkat sebagai prajurit Demak Bintara……!” Kata Jaka Tingkir.
“Sebaiknya nanti saja jika kedudukanmu telah mapan……!” Saran dari Ki Wuragil.
“Baik Kakang, nanti pada saatnya……!” Kata Jaka Tingkir.

Malam itu mereka akan kembali ke tempat tinggal Ki Kebo Kanigara. Mereka harus merelakan Kebondanu mati di pesanggrahan. Dan biarlah Kebondanu diurus oleh para prajurit. Namun Jaka Tingkir telah berpesan agar tubuh kebo bule itu dikubur, dan tidak dijadikan daging santapan.
Bagaimana pun juga, mereka juga harus mempertanggungjawabkan kematian Kebondanu itu kepada pemiliknya.

Ki Sura Kebo beberapa saat terdiam setelah mendengar cerita dari Jaka Tingkir. Jaka Tingkir bercerita apa adanya tentang kejadian yang sesungguhnya yang terjadi di pesanggrahan. Bagaimana pun, Ki Sura Kebo merasa sayang bahwa Kebondanu kelangenan – hewan kesayangannya harus mati.
“Kau telah berjasa besar kepada Tingkir yang akhirnya diampuni kesalahannya dan diangkat kembali sebagai seorang lurah wira tamtama, Kakang…….!” Kata Ki Kebo Kanigara.
……………..
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Perjuangan sering butuh pengorbanan.”
(@SUN).

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *