Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#257

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(257)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Para kerabat keraton Demak Bintara telah bersepakat, esok hari jasad Sunan Prawoto dan sang permaisuri akan di makamkan di tanah Sukalila tak jauh dari keraton Demak Prawata.
Segala persiapan telah dilakukan.
Para adipati pun segera dikabari pula.

Sementara itu, lurah prajurit sandi telah mengumpulkan para prajurit sandi yang pernah bertugas di berbagai daerah. Dari sekian prajurit sandi itu ada salah seorang yang berkali-kali memperhatikan dengan seksama wajah dari jasad orang yang belum dikenal itu. Akhirnya ia berani memastikan bahwa jasad itu adalah jasad Rungkut, ia adalah seorang tangan kanan dari Adipati Harya Penangsang. Prajurit sandi itu memang pernah bertugas beberapa lama di Jipang Panolan. Bahkan ia tahu bahwa Rungkut adalah seorang benggol, lurah para perampok yang kondang di sekitaran Bengawan Sore. Namun ia kemudian ditundukkan oleh Adipati Harya Penangsang dan kemudian sumpah setia kepada Adipati Jipang Panolan.
“Gusti Senopati…..! Saya telah yakin bahwa jasad itu adalah jasad Rungkut, orang kepercayaan dari Adipati Harya Penangsang di Jipang Panolan……!” Berkata prajurit sandi itu.
“Ooh…..! Benarkah katamu itu…..?” Senopati telik sandi ingin meyakinkan.
“Telah yakin, gusti…..! Saya pernah menyamar sebagai pembantu di warung dekat alun-alun, dan Rungkut itu sering jajan di tempat itu bersama beberapa temannya……!” Berkata prajurit sandi itu.
“Aku percaya kepadamu……!” Berkata senopati telik sandi.
Senopati itu kemudian menyampaikan keyakinan itu kepada Jaka Tingkir.
“Heeem……, masuk akal juga. Adipati Jipang Panolan pasti menyimpan dendam yang tak terpadamkan……!” Berkata Jaka Tingkir.
Hampir semua sentana, para prajurit bahkan kawula Demak mengetahui bahwa Pangeran Sekar, ayah dari Adipati Jipang Panolan, Harya Penangsang gugur di tangan Sunan Prawoto. Ia ditikam di tepi kali, sehingga ia diberi gelar Pangeran Sekar Seda Lepen.
Jaka Tingkir beberapa saat merenung, apa nantinya yang harus ia lakukan. Sunan Prawoto adalah kakak ipar yang juga rajanya.
Jika ia menuntut balas, bukan karena Sunan Prawoto adalah kakak iparnya, namun ia adalah rajanya. Seorang senopati pasti akan membela rajanya. Namun demikian, Jaka Tingkir belum akan memikirkan hal itu. Yang paling mendesak adalah penyelenggaraan penghormatan terakhir kepada sang raja.

Kabar tentang gugurnya raja Demak Prawata – Sunan Prawoto telah tersebar luas ke seluruh negeri. Para prajurit Demak Prawata memang telah diutus ke berbagai kadipaten untuk mengabarkan hal itu. Para Adipati yang masih setia kepada Demak Prawata akan menghadiri penyelenggaraan penghormatan yang terakhir itu.
Para adipati itu saling memperkirakan, siapakah bakal penerus sebagai raja Demak. Yang paling mungkin adalah Pangeran Timur, namun selama ini, ia belum terlibat dalam urusan pemerintahan maupun sebagai seorang prajurit. Lagi pula, Pangeran Timur belum diyakini memiliki bekal yang cukup sebagai seorang raja. Mungkin juga Kanjeng Ratu Kalinyamat dari Jepara, ia adalah adik kandung terdekat dari Sunan Prawoto. Tidak ada seorang pun yang memperhitungkan Jaka Tingkir untuk mewarisi pemerintahan di Demak. Jaka Tingkir hanyalah seorang anak menantu, suami dari putri bungsu.
“Mungkin setelah penyelenggaraan penghormatan terakhir kepada mendiang Kanjeng Sunan akan terjawab……!” Batin para adipati yang memiliki pemikiran serupa.
Namun, malam sebelum mereka berangkat ke Demak Prawata. Banyak dari para adipati telah menerima utusan dari Jipang Panolan. Para utusan itu telah mengabarkan bahwa setelah Kanjeng Sunan Prawoto meninggal, yang menjadi sultan Demak adalah Sultan Harya Penangsang yang berkedudukan di Demak Jipang. Seluruh adipati yang semula sumpah setia kepada Demak Bintara maupun Demak Prawata, kini harus setia kepada Demak Jipang.
Para adipati yang tidak tersangkut paut dengan dendam keluarga itu tidak begitu saja menerima bahwa Adipati Jipang Panolan sebagai sultan mereka.
“Besuk pasti ada pembicaraan tentang hal ini di Demak Prawata…..!” Batin sebagian besar para adipati.
……………..
Bersambung…………..

Petuah Simbah: “Demi kekuasaan sering kali tak mengenal lagi kata keluarga.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *