Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(274)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Seluruh kadipaten Jepara berkabung. Bahkan kini ada sembilan jasad korban pertempuran di tepi hutan. Salah satunya adalah jasad Pangeran Hadliri. Rencananya penghormatan terakhir akan dilaksanakan bersama-sama di pendapa kadipaten. Tempat pemakaman untuk Pangeran Hadliri telah di siapkan di sudut kademangan Mantingan tak jauh dari kotaraja Jepara.
Beberapa prajurit telah diutus ke kadipaten-kadipaten sahabat untuk mengabarkan gugurnya Pangeran Hadliri. Ada yang ke Pati, Juwana, Rembang bahkan sampai ke Cirebon dan yang lainnya. Tentu saja ada yang ke Demak Bintara untuk mengabarkan kepada sang adik, Pangeran Timur. Namun yang pertama kali diutus adalah ke Kasultanan Pajang untuk mengabarkan kepada Sultan Hadiwijaya.
Sementara itu, dua orang prajurit yang telah mengabarkan terjadinya pertempuran di tepi hutan ke Kudus, salah seorang dari mereka langsung ke Demak Jipang. Ia ditemani oleh seorang prajurit Kudus. Sedangkan prajurit yang seorang lagi mengurusi jasad-jasad yang masih berada di hutan bersama satu bregada prajurit Kudus. Walau utusan Sultan Harya Penangsang berhasil membunuh Pangeran Hadliri, namun korban di pihak Demak Jipang jauh lebih banyak. Lebih dari dua puluh prajurit yang tewas termasuk senopati pimpinannya.
Menurut rencana, para korban yang tewas itu akan dimakamkan di tengah hutan itu. Terlalu sulit jika jasad-jasad itu harus dibawa ke Kudus apalagi harus ke Demak Jipang yang jauh. Hutan itu pun belum ada jalan yang bisa dilewati kereta.
Sultan Hadiwijaya sangat marah setelah mendengar gugurnya Pangeran Hadliri karena dendam Sultan Harya Penangsang. Pangeran Hadliri seorang yang rendah hati dan berbudi luhur harus ikut menanggung dendam yang tak terpuaskan. Terlebih, Pangeran Hadliri bukanlah keturunan langsung dari Sultan Trenggana. Ia adalah menantu dari Sultan Trenggana. Ia adalah seorang bangsawan dari luar pulau ini.
“Kakangmas Pangeran Hadliri telah menjadi sasaran dendam dari Harya Penangsang, tidak menutup kemungkinan saya pun bisa menjadi sasaran……!” Berkata Sultan Hadiwijaya kepada Ki Juru Martani, Ki Pamanahan dan Ki Penjawi.
“Dimas Sultan tidak boleh lengah, namun juga tidak boleh dikuasai oleh amarah……!” Berkata Ki Juru Martani yang bijak itu.
“Benar Kakang……!” Berkata Sultan Hadiwijaya.
“Marilah kita segera berangkat ke Jepara dengan dua bregada prajurit. Biarlah Kakang Pemanahan dan Angger Danang Sutawijaya tetap di Pajang menjaga ketentraman keraton……!” Berkata Sultan Hadiwijaya selanjutnya.
Tanpa menunda waktu, Sultan Hadiwijaya diiringi oleh Ki Juru Martani dan Ki Penjawi beserta dua bregada prajurit segera berangkat menuju Jepara.
Saat itu Raden Danang Sutawijaya sedang berburu ke hutan sambil berlatih olah kanuragan. Ia ingin mematangkan melempar sasaran dengan tombak sambil menunggang kuda. Ia belum mendengar tentang gugurnya Pangeran Hadliri. Dan memang ia tidak diajak ikut serta untuk melayat ke Jepara.
Sementara itu, dua orang prajurit sedang memacu kudanya menuju ke Demak Jipang. Sedangkan di Demak Jipang yang sebelumnya disebut Jipang Panolan, Sultan Harya Penangsang sedang mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh Kanjeng Sunan Kudus, Patih Mentahun, Raden Harya Mataram – adik dari Sultan Harya Penangsang.
Banyak hal yang mereka perbincangkan diantaranya adalah untuk menguatkan hubungan dengan beberapa kadipaten di bang wetan. Selama ini, kadipaten-kadipaten di bang wetan tidak diperhatikan oleh Sunan Prawoto yang terlalu sibuk membangun keraton di Demak Prawoto. Keadaan itu dimanfaatkan oleh Sultan Harya Penangsang untuk dijadikan sekutu dari Demak Jipang. Raden Harya Mataram yang telah diutus ke berbagai kadipaten itu.
Namun yang membuat gelisah Sultan Harya Penangsang adalah belum adanya kabar tentang Pangeran Hadliri dan Kanjeng Ratu Kalinyamat. Ia telah mengutus seorang senopati dan beberapa prajurit untuk melenyapkan Pangeran Hadliri dan Ratu Kalinyamat.
………………
Bersambung………..
Petuah Simbah: “Peperangan selalu menimbulkan korban. Hindarkanlah negeri ini dari pertempuran sekecil apapun sehingga tak akan pernah terjadi korban apapun.”
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.