Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#285

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(285)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Namun malam itu tentu mereka belum bisa merunduk ke keraton Pajang.
Mereka masih menunggu prajurit sandi untuk memastikan bahwa rencana yang mereka buat bisa berjalan tanpa hambatan. Terlebih, Soreng Satru harus bisa menemukan tempat yang tepat sehingga sasarannya kena. Ilmu sirep itu tentu semakin dekat dengan sumbernya akan semakin tajam pengaruhnya. Sebaliknya, semakin jauh dengan sumbernya akan semakin lemah.
Prajurit sandi itu yang harus bisa mencarikan tempat yang tepat.

Sementara itu, tapa brata yang aneh dari Kanjeng Ratu Kalinyamat telah berlangsung beberapa lapan. Ia telah bisa menyesuaikan diri dengan keadaan gua yang gelap gulita itu. Mereka yang melayani pun juga sudah bisa menyesuaikan diri pula.
Kanjeng Ratu Kalinyamat tidak perlu bersusah payah keluar dari gua. Di dalam gua itu ada sungai kecil yang mengalir dengan air yang jernih. Kanjeng Ratu Kalinyamat bisa berbersih diri di sungai itu.
Untuk keperluan makan dan minum pun tidak menemui kesulitan. Di sekitar gua itu banyak tumbuh buah-buahan, juga sayur-sayuran serta umbi-umbian yang bisa untuk di makan. Bahkan, di sungai di luar gua juga banyak ikan-ikan yang mudah di tangkap oleh para emban yang melayani Kanjeng Ratu Kalinyamat. Mereka adalah Mbok Emban sepuh, Kingkin, Mangkin dan Semangkin. Para emban yang selalu setia melayani Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Kanjeng Ratu Kalinyamat masih tetap bersabar menunggu kabar dari adik iparnya, Sultan Pajang Sultan Hadiwijaya. Ia menyadari bahwa pasti tidak mudah untuk mengalahkan Demak Jipang. Apalagi masih harus membunuh Harya Penangsang yang sakti mandraguna.
Tapa brata yang aneh dari Kanjeng Ratu Kalinyamat itu hanya satu yang dia inginkannya, yaitu nyawa Harya Penangsang. Nyawa Harya Penangsang sebagai sulih dari gugurnya sang suami, Pangeran Hadliri.
Bagi Kanjeng Ratu Kalinyamat, Harya Penangsang sudah bertindak terlalu jauh dengan membunuh sang suami.

Hari itu sebelum matahari terbit, seperti biasanya Raden Mas Ngabehi Loring Pasar telah memacu kudanya berputar-putar di tanah lapang di belakang keraton. Bahkan kini, Raden Mas Ngabehi Loring Pasar sudah berani berdiri di punggung kuda yang sedang melaju. Tangan kirinya memegang tali kendali, sedangkan tangan kanannya memegang tombak.
Tiba-tiba tombak di tangan kanannya meluncur dengan cepat.
“Jleep…..!”
Tombak menancap di orang-orangan tepat di ulu hati seperti yang disasar.
Raden Mas Ngabehi Loring Pasar kemudian meloncat turun dengan ringannya dari punggung kuda. Tombak pun dicabut dari orang-orangan yang terbuat dari kayu yang dibalut dengan tali sabut kelapa.
Beberapa kali ia mengulanginya dan ia selalu berhasil.
Setelah sesaat ia beristirahat, agar kudanya juga beristirahat, ia kemudian memacu kudanya ke hutan Krapyak, hutan perburuan.
Mereka, kawula Pajang sudah banyak yang mengenal Raden Mas Ngabehi Loring Pasar tersebut. Walau ia sering berganti-ganti kuda, namun ketampanannya dengan mudah dikenali.
Demikian pula saat itu, prajurit sandi dari Demak Jipang yang ditugaskan di Pajang telah mengenal pula putra angkat dari Sultan Hadiwijaya tersebut.
“Heeem……, sepertinya dia juga berbakat seperti halnya ayah angkatnya……!” Gumam prajurit sandi seorang diri.
“Tetapi dia masih terlalu kanak-kanak untuk dikhawatirkan…..!” Hibur prajurit sandi itu kepada dirinya sendiri.
Terpikir oleh prajurit itu untuk menyusul anak muda itu dan membunuhnya. Namun ia urungkan, karena akan membuyarkan rencana yang lebih besar, yakni nyawa Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya.
Prajurit itu berencana untuk jajan di warung langganannya di sekitar Pasar Gede. Ia sudah akrab dengan pemilik maupun pelayan warung itu. Seperti biasa, saat itu ia menyamar sebagai penjual akik. Dan memang ia benar-benar berjualan batu akik di pasar-pasar di sekitar Pajang yang sedang pasaran.
“Nasi rawon satu, Yu……!” Pinta prajurit sandi itu.
…………..
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Konon, di tempat-tempat yang rawan sering ada seseorang yang menyamar sebagai apapun untuk menyamarkan tugasnya.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

2 thoughts on “Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#285

  1. taryo 11/04/2023 at 04:40

    ceritanya bagus, mengalir dan mudah dipahami, seolah-olah pembaca ada pada masanya

    Balas
    1. Sutanto Prabowo 11/04/2023 at 06:53

      Terimakasih sudah berkunjung.

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *