Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(286)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Pemilik warung itu pun menyahut; “Pasti minumnya wedang jahe…..!”
“Yang panas Yu….., biar sambil istirahat di sini…..!” Sahut prajurit sandi yang menyamar sebagai penjual batu akik. Ia mamang benar-benar penjual batu akik selain sebagai prajurit sandi.
“Pasti kelarisan…..!” Sahut pemilik warung.
“Lumayan Yuu…..! Hari ini benar-benar laris manis tanjung kimpul…, barangnya laris, uang terkumpul…..!” Kelakar prajurit sandi itu.
“Ini wedang jahenya, panas pongah-pongah…..!” Berkata pemilik warung.
“Ini Yu….., ada akik merah delima asli, aku kasihkan suamimu, mungkin ia akan senang……!” Tawaran prajurit sandi yang berharap setelah menerima pemberiannya, pemilik warung itu akan bersedia bercerita banyak tentang keadaan keraton Pajang.
“Ini sungguhan……?” Bertanya pemilik warung untuk meyakinkan.
“Benar Yu…….! Aku benar-benar kelarisan kok, lagi banyak yang cari batu akik…..!” Dalih prajurit sandi.
“Kaaang….! Ke sini sebentar….!” Teriak Mbok bakul pemilik warung kepada suaminya yang sedang membelah kayu.
Suami Mbok bakul itu sangat senang menerima akik merah delima dari prajurit sandi.
Benar seperti yang diharapkan oleh prajurit sandi. Mbok bakul dan suaminya itu bercerita banyak tentang keadaan di dalam keraton.
Ia menjadi tahu bahwa Ki Juru Martani, Ki Pamanahan dan Ki Panjawi tidak pernah tidur di dalam keraton. Karena tempat tinggalnya tak jauh dari pasar Gede itu.
Jika di dalam keraton ada dua atau tiga orang sakti yang mampu bertahan dari ilmu sirep tentu akan bisa menggagalkan rencana semula.
Prajurit sandi itu memang pernah keluar masuk keraton dengan dalih menawarkan batu akik kepada para juru taman atau para pekatik, bahkan kepada para prajurit jaga.
Ia telah tahu di mana letak bangsal tempat Sultan Pajang dan sang istri beristirahat.
Ia juga sudah memiliki gambaran di mana Soreng Satru harus melontarkan ajian ilmu sirep.
Ia yakin bahwa seluruh penghuni keraton akan terlelap tidur.
Ia sendiri pernah diuji oleh Ki Satru, apakah ia mampu menahan ajian tersebut. Namun ia sama sekali tidak mampu menahan, padahal ia dalam keadaan terjaga dan siaga dan dari jarak yang cukup jauh. Apalagi siapapun yang tidak sedang berjaga dan bersiaga, pasti akan segera tertidur lelap.
Siang itu, Soreng Pati, Soreng Rana, Soreng Singaparna dan Soreng Satru serta dia orang prajurit sandi sedang memantapkan rencana.
Prajurit sandi yang menyamar sebagai penjual akik telah bercerita banyak tentang keadaan keraton.
“Di sini ada pohon wura-wari yang sangat rimbun, Ki Soreng Satru bisa bersembunyi di sini….!” Berkata prajurit sandi sambil menunjukkan coretan gambar yang ia buat.
Bahkan jalan menuju ke tempat itu pun ia tunjukkan.
“Yang kira-kira mampu bertahan dari serangan ilmu sirep hanya empat orang. Mereka adalah Jaka Tingkir sendiri, Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Penjara. Selain Jaka Tingkir, mereka tidur di dekat pasar Gede…..!” Berkata prajurit sandi.
“Jika hanya Jaka Tingkir sendiri yang mampu bertahan tentu akan mudah mengatasinya. Ia tidak akan sempat mengganggu Soreng Satru…..!” Berkata Soreng Pati.
Rencana telah matang, seorang prajurit sandi akan mengawasi di sekitar pasar tempat tinggal saudara seperguruan Jaka Tingkir. Seorang prajurit sandi yang seorang akan mengawasi di sekitar alun-alun. Tempat yang cukup jauh dari keraton. Dari jarak itu keduanya masih akan mampu bertahan karena berjaga dan bersiaga. Namun jika keduanya tidak menyadari, pasti akan terlelap pula.
Ki Soreng Singaparna akan berada tak jauh dari Ki Soreng Satru, agar Ki Soreng Satru tidak mendapat gangguan.
Yang akan masuk ke bangsal tempat beristirahat Sultan Hadiwijaya adalah Soreng Pati dan Soreng Rana. Dua orang soreng yang ilmunya paling tinggi.
“Siang dan sore ini kita beristirahat seperlu agar kita benar-benar siap menjalankan tugas. Kita jangan sampai membuat persolaan apapun dan dengan siapapun agar tidak membuyarkan rencana kita……!” Berkata Soreng Pati.
………….
Bersambung……….
Petuah Simbah: “Jika ada seseorang yang memberikan sesuatu yang berharga dan tanpa sebab, jangan-jangan ada udang di balik batu.”
(@SUN-aryo)