Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#288

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(288)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Keduanya tidak lama berbincang, prajurit yang bertugas di sekitar Pasar Gede segera kembali ke tempat semula. Siapa tahu ada perkembangan yang tidak direncanakan. Lagi pula, nanti Ki Soreng Pati dan Ki Soreng Rana akan lewat di depan pasar. Ia harus menjumpai keduanya. Sedangkan Ki Soreng Singaparna dan Ki Soreng Satru akan langsung ke alun-alun untuk menemui prajurit sandi yang berada di tempat itu.

Malam itu adalah malam tanpa bulan. Ketika wayah sepi wong, malam terasa gulita. Walau di beberapa ujung jalan dan di sekitar alun-alun ada ting – lentera yang digantung, namun cahayanya tak mampu mengalahkan gelapnya malam.
Prajurit sandi belum melihat ketiga orang yang tadi memasuki keraton ke luar dari gerbang keraton. Jangan-jangan ketiganya telah mencium rencana para soreng. Ki Satru dan Ki Singaparna pun belum nampak pula. Namun ia masih bersabar mengamati keadaan. Ia kini justru menuju ke tempat penjual minuman wedang jahe dan kacang godog dan jagung rebus. Menunggu sambil minum jahe panas dan makan kacang godog pasti akan mengurangi kejenuhan dan ketegangan.
“Laris Kang…..?” Sapa prajurit sandi.
“Ya lumayan Kisanak…..! Kacangnya yang laris, jagungnya baru sedikit…..!” Jawab si penjual.
“Wedang jahe panas satu cangkir, kacangnya dua contong, Kang…..!” Pinta prajurit sandi.
Ia menikmati jajanan sambil berbincang dengan penjual kacang godog tersebut.
“Gusti putri sudah babaran belum Kang……?” Bertanya prajurit sandi yang pernah mendengar bahwa Kanjeng Ratu Cempaka tengah mengandung.
“Belum mendengar ada kabar beliau telah melahirkan, mungkin dalam pekan ini. Tadi kebetulan Mbok Emban ada yang membeli kacang di sini juga. Ia tidak mengatakan tentang Kanjeng Gusti Cempaka…..!” Jawab si penjual kacang.
“Jika Gusti Ratu Cempaka telah berputra lelaki pasti akan dijadikan putra mahkota ya Kang…..?” Prajurit sandi itu memancing.
“Waah…., itu aku tidak tahu. Yang aku tahu Den Behi Loring Pasar itu sudah dianggap sebagai putranya sendiri…..! Bisa jadi putra mahkota justru dianugerahkan kepada Den Behi itu…..!” Si penjual kacang sekedar menebak-nebak.
“Ooo begitu ya…..?” Berkata prajurit sandi.
“Hanya kira-kira saja kok…..! Itu kan wewenang seorang raja……!” Si penjual berdalih.

Mereka berbincang, si penjual sambil melayani pembeli yang silih berganti.
Namun prajurit itu berpikiran; seandainya nanti Sultan Hadiwijaya telah terbunuh, dendam pasti akan bertumbuh kembali. Anak turun dari Sultan Hadiwijaya pasti akan menuntut balas pula. Balas dendam yang tak akan berkesudahan.
Waktu belum menjelang tengah malam. Prajurit sandi telah kembali ke tempat ia mengawasi. Ia tertegun ketika melihat tiga orang yang ia awasi keluar dari keraton. Ada perasaan lega bahwa ketiganya tidak akan menjadi penghalang rencananya. Ia mengawasi ketiganya sampai hilang di tikungan.
Menurut perhitungannya, sebentar lagi Ki Soreng Singaparna dan Ki Soreng Satru pasti akan segera tiba. Ia telah mempunyai kabar yang tentu menggembirakan bagi mereka.

Yang ditunggu benar-benar telah datang, walau keduanya tidak tiba secara berbarengan. Ki Soreng Satru yang tiba terlebih dahulu, baru kemudian Ki Singaparna. Mereka di tempat itu pasti tidak akan ada yang mencurigai. Karena di beberapa tempat di sekitar alun-alun itu juga ada beberapa gerombol orang-orang yang sedang berbincang.
“Aman Ki….., aman…..!” Berkata prajurit sandi itu kemudian.
“Maksudmu……?” Bertanya Ki Soreng Singaparna.
Ia kemudian menceritakan bagaimana ia mengawasi tiga orang sakti yang setara dengan Sultan Hadiwijaya sendiri. Itu menurut perkiraan dari prajurit sandi sendiri berdasar yang ia dengar dari orang-orang yang sering memperbincangkan mereka. Mereka adalah Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Penjawi.
“Kau yakin bahwa mereka tidak akan kembali ke keraton lagi……?” Bertanya Ki Soreng Satru.
“Kawanku yang berada di depan pasar nanti pasti juga akan memberikan laporan……!” Berkata prajurit sandi.
……………..
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Rencana jahat pun sering diatur dengan matang pula.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *