Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#295

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(295)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Ki Penjawi dan Mas Danang Sutawijaya membawa empat orang tawanan itu ke sanggar yang biasa untuk berlatih atau mematangkan ilmu Sultan Hadiwijaya.
Sanggar yang cukup luas dan serba komplit perlengkapannya. Sanggar yang sebagian besar arenanya terbuka.
Berbagai macam alat untuk menempa diri ada di arena sanggar itu. Demikian pula segala macam senjata ada di sanggar itu pula.
Sedangkan Sultan Hadiwijaya, Ki Juru Martani dan Ki Pemanahan sedang berbincang di tempat lain.

Para soreng berdebar-debar melihat berbagai macam senjata di sanggar itu.
Mereka membayangkan akan disiksa di tempat itu tanpa ada yang mengetahui selain yang berada di sanggar. Dalam keadaan tidak berdaya, para soreng itu tak akan mampu melawan jika diperlakukan seperti apapun. Mereka pun telah membayangkan hukuman yang paling berat akan mereka terima. Bahkan hukuman mati telah menanti. Mereka juga membayangkan, sebelum dibunuh mereka akan disiksa terlebih dahulu. Atau mungkin akan dijadikan kelinci percobaan untuk ilmu-ilmu orang yang berilmu sangat tinggi itu.
Ki Soreng Pati dan Ki Soreng Rana sama sekali tidak menduga bahwa ilmu Sultan Hadiwijaya sungguh tak terjangkau. Di samping ia mampu terhindar dari puncak ilmu sirep Ki Soreng Satru yang sangat tajam, ia juga mampu menahan keris pusaka yang dihujamkan dengan lambaran puncak ilmu kedua orang soreng, Soreng Pati dan Soreng Rana. Bahkan dalam keadaan tidur terlentang Sultan Hadiwijaya mampu melumpuhkan mereka berdua dengan satu serangan.
Mereka menjadi ragu, apakah jika Sultan Harya Penangsang berperang tanding melawan Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya akan mampu mengungguli.

Tak kalah herannya adalah Ki Soreng Singaparna. Ia yang merasa telah berilmu tinggi dan tak tertandingi, mengapa begitu mudah dilumpuhkan oleh Ki Penjawi dan anak muda yang bernama Raden Mas Danang Sutawijaya. Mereka tahu nama-nama itu setelah mereka berbincang-bincang.
“Heeem….., Sultan Hadiwijaya yang sakti mandraguna itu ternyata juga didampingi oleh orang-orang yang sakti pula….!” Batin Ki Singaparna.

Ki Satru pun tak habis mengerti, mengapa ada beberapa orang yang bisa terbebas dari ilmu sirep yang telah ia lontarkan dengan puncak ilmunya. Jika hanya seorang saja seperti Sultan Hadiwijaya masih bisa dipahami, tetapi ini ada beberapa orang.
Bahkan Ki Satru juga heran ada orang yang mampu melumpuhkan dirinya hanya dengan sekali hantam dengan batu sehingga ia terjatuh dan langsung diringkus dengan mudahnya. Orang itu kemudian ia ketahui bernama Ki Juru Martani. Nama yang sudah sering ia dengar sebelumnya.
Mereka, para soreng tidak menduga sama sekali gagal menjalankan tugas. Sepertinya rencana berjalan mulus tanpa hambatan. Namun kenyataannya semua rekannya tertangkap tak berdaya. Bayangan hadiah dari Sultan Harya Penangsang yang sangat berharga telah di depan mata. Namun kini telah sirna, bahkan hukuman yang paling berat hampir pasti mereka terima.

Sementara itu dua orang prajurit sandi yang berada di sekitar alun-alun telah terbangun. Mereka sebelumnya telah berjanji, mereka akan bertemu di bawah pohon beringin di pojok alun-alun ini. Namun mereka belum melihat seorangpun. Ia berdua memang tertidur seperti semua orang di alun-alun itu. Dan alun-alun pun masih sangat sepi, sepertinya belum ada yang terbangun kecuali mereka berdua. Tetapi pengaruh ilmu sirep sepertinya telah pudar, bahkan hilang sama sekali.
“Kita tunggu beberapa saat, nanti pasti akan ada, paling tidak salah seorang dari mereka memberi kabar kepada kita……!” Berkata salah seorang prajurit sandi itu.
“Jika terjadi sesuatu, salah seorang seperti Ki Soreng Singaparna pasti akan dengan mudah melepaskan diri….!” Perhitungan salah seorang prajurit sandi.
Setelah beberapa saat tidak ada kabar, salah seorang dari prajurit sandi yang telah hapal seluk bekuk keraton akan menyelinap masuk.
Prajurit itu sempat melihat para prajurit jaga tetap terjaga.
………………….
Bersambung…………..

Petuah Simbah: “Rencana yang telah matang sembilan puluh sembilan persen pun bisa meleset juga.”
(@SUN-aryo)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *