Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(305)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Para orang tua mereka pun paham akan tekat Raden Mas Danang Sutawijaya dalam menggembleng diri.
“Bakat dan tekat yang besar tentu akan berbuah hasil yang terbaik….!” Berkata Ki Juru Martani ketika sedang bertemu dengan Sultan Hadiwijaya, Ki Penjawi dan Ki Pemanahan saat sedang membicarakan Danang Sutawijaya.
“Tetapi sepertinya anak itu sulit berkembang…..!” Berkata Ki Pemanahan merendah tentang anak kandungnya itu.
“Ia telah jauh melampaui anak-anak sebayanya. Bahkan para senopati Pajang pun jarang yang bisa menyamainya…..!” Berkata Ki Penjawi membesarkan hati.
Mereka berempat sedang berbincang tentang berbagai hal, utamanya tentang persiapan pasukan Pajang bersama dengan pasukan dari kadipaten-kadipaten sahabat.
Mereka telah mendapat laporan dari Senopati prajurit sandi bahwa Jipang telah menghimpun kekuatan besar. Pasukan yang dihimpun dari kadipaten-kadipaten di pesisir pantai utara pulau Jawa. Yang mereka dengar, Jipang benar-benar akan menyerang Pajang yang mereka anggap masih lemah dibandingkan dengan kekuatan Jipang yang besar.
Mereka pun menyadari, jika Pajang tidak segera bersiap secara sungguh-sungguh, akan sulit menandingi pasukan Jipang.
Ki Penjawi kemudian mengatakan bahwa Mas Manca dan Mas Wila serta para senopati telah datang ke kadipaten-kadipaten di selatan dan barat. Bahkan Ki Wuragil yang berada di padepokan Rawapening telah pula menghubungi Ki Gede Banyubiru. Ki Gede Banyubiru telah bersedia mengirim pasukan terbaiknya.
Ia juga telah menghimpun kekuatan dari Sela dan sekitar Gunung Tidar. Sisa-sisa padepokan yang dahulu didirikan oleh Ki Ageng Sela. Bahkan para lelaki yang masih merasa kuat, ingin bergabung dengan pasukan Pajang. Mereka memang tidak asing lagi dengan Ki Juru Martani, Ki Penjawi dan Ki Pemanahan, karena mereka pernah lama tinggal di Sela.
Ketika mereka sedang berbincang tentang berbagai hal, mereka terkejut adanya utusan dari Kudus. Tiga orang santri yang diutus oleh Sunan Kudus.
Sultan Hadiwijaya menerima mereka dengan ramah. Walau belum terlalu akrab, tetapi sudah saling mengenal. Sultan Hadiwijaya adalah juga merupakan siswa dari Sunan Kudus sendiri dalam memperdalam ilmu keagamaan. Namun Sultan Hadiwijaya memang tidak terlalu sering datang ke Kudus. Dan kali ini ada utusan dari Kudus, pasti ada sesuatu yang penting.
Setelah saling berkabar keselamatan sesuai adat yang berlaku di keraton Pajang, salah satu utusan itu kemudian menyampaikan maksud dan tujuannya. Apa yang disampaikan diperkuat dengan surat tulisan tangan yang ditulis oleh Sunan Kudus sendiri.
Sultan Hadiwijaya membaca surat itu dengan sesekali mengangguk-angguk sepertinya memahami isi surat tersebut.
“Baiklah…..! Kalian tunggu di bangsal Srimanganti, akan aku buatkan surat balasan…..!” Berkata Sultan Hadiwijaya.
Ketiga utusan itu kemudian beringsut keluar menuju bangsal Srimanganti seperti yang diminta oleh Sultan Hadiwijaya.
“Kanjeng Sunan Kudus meminta agar saya datang ke Kudus pekan depan. Beliau akan melanjutkan mbabar ilmu tentang ilmu yang dahulu belum tuntas……!” Berkata Sultan Hadiwijaya.
“Bagaimana menurut Dimas Sultan sendiri…..?” Bertanya Ki Juru Martani.
“Saya tidak mungkin menolak perintah dari seorang guru yang saya hormati…!” Jawab Sultan Hadiwijaya.
Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Penjawi tidak mungkin menahan Sultan Hadiwijaya untuk tidak berangkat. Namun Ki Juru Martani yang waskita perasaan batinnya tidak tega jika Sultan Hadiwijaya berangkat seorang diri atau hanya dengan pengawal raja saja.
“Baiklah Dimas Sultan, kami, aku dan Adi Pemanahan akan ikut menyertai datang ke Kudus. Biarlah Adi Penjawi tetap tinggal di keraton Pajang…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Baiklah jika demikian, akan aku buatkan surat balasan tentang kesediaanku untuk datang menghadap ke Kudus sesuai hari yang ditentukan….!” Berkata Sultan Hadiwijaya.
………………
Bersambung…………..
(@SUN)