Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(529)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Mereka berbincang dengan akrab, seakan teman sudah lama.
Ki Prawangsa lebih banyak bercerita tentang kademangan Sangkalputung yang telah ramai, lebih ramai dari pada kademangan-kademangan di sekitarnya. Bahkan dengan Jatinom yang ada barak pasukan Pajang pun Sangkalputung lebih ramai. Dahulu pernah terpikirkan oleh Kanjeng Sultan Hadiwijaya untuk menetapkan Sangkalputung menjadi sebuah kadipaten dengan membawahi kademangan-kademangan di sekitarnya. Namun tertunda karena kadipaten-kadipaten di bang wetan belum menyatu dengan pemerintahan Pajang sebagai pusatnya.
“Semoga nanti setelah bisa menyatukan bang wetan, kademangan ini benar-benar menjadi sebuah kadipaten…..!” Berkata adik ipar Ki Prawangsa yang dari Menoreh itu.
“Itulah harapan kami, putra Ki Demang Sangkalputung pun juga seorang muda yang mumpuni dan berilmu tinggi. Dia-lah yang akan menjadi menantu Ki Gede Menoreh…..!” Berkata Ki Prawangsa.
“Kapankah lamaran itu akan berlangsung…..?” Bertanya salah satu utusan dari Menoreh yang memang pernah mendengar hubungan dekat antara putra Ki Demang dengan putri Ki Gede Menoreh.
“Tadi belum menentukan hari pasarannya, masih akan disepakati dengan pihak Menoreh…..!” Berkata Ki Prawangsa.
“Padahal Menoreh juga harus mengirimkan bregada prajurit ke Pajang selapan lagi……!” Berkata adik Ki Prawangsa.
“Sekarang jalan dari Prambanan sampai kali Progo telah diperlebar, Kang……!” Berkata salah satu utusan dari Menoreh yang pernah singgah di rumah Ki Prawangsa.
“Oooh yaa…., aku pernah mendengar. Sepertinya Mataram benar-benar akan membangun sebuah pemukiman yang besar dan tertata…..!” Jawab Ki Prawangsa.
“Sepertinya memang demikian. Kami besuk berencana untuk singgah. Karena Raden Mas Danang Sutawijaya sendiri yang meminta kami untuk singgah sepulang dari Panjang ini…..!” Berkata adik ipar Ki Prawangsa.
“Kami yang dari Banyumas juga akan singgah, meskipun kami tidak diminta. Kami kira para petinggi Mataram tidak akan keberatan…..!” Utusan dari Banyumas yang menyahut.
“Jadi kami semua ini besuk akan singgah di Kotagede, pusat pemukiman Mataram…..!” Utusan dari Bagelen yang menimpali.
Utusan dari Bagelen sempat bercerita bagaimana mereka melihat Raden Mas Danang Sutawijaya ikut mendorong gerobak bermuatan batu bata dan genteng. Mereka mengakui bahwa Raden Mas Danang Sutawijaya memang memiliki tenaga yang sangat besar.
Mereka juga menceritakan bahwa mereka juga ikut membantu mendorong gerobak itu.
Perbincangan mereka terputus ketika Nyi Prawangsa meminta para tamunya untuk makan malam bersama walau sudah terlambat dari yang semestinya.
“Ayolah…..! Tidak usah ada yang bilang; ‘aaah jangan merepotkan.’ Karena kita memang merepotkan…..!” Seloroh adik ipar Ki Prawangsa.
Mereka pun tertawa karena sudah ditebak terlebih dahulu.
“Jujur saja…..! Kita semua memang kelaparan…..!” Sahut utusan dari Banyumas.
“Kami memang sengaja tidak mampir di warung karena yakin akan dijamu di sini. Aku sudah terbiasa dijamu di rumah ini…..!” Sahut utusan dari Menoreh yang telah beberapa kali singgah di rumah kakak sahabatnya itu.
Ki Prawangsa dan Nyi Prawangsa pun senang karena tamu-tamunya menyenangkan.
Mereka pun menikmati hidangan sambil berbincang ringan. Namun kadang diselingi dengan canda ria.
Ki Prawangsa sempat bercerita bahwa dahulu jika harus ke Menoreh dari Sangkalputung harus bersama rombongan yang dikawal oleh pengawal bayaran. Karena saat itu Alas Tambakbaya dan Alas Mentaok memang sangat berbahaya karena ada gerombolan perampok yang bersarang di lereng Merapi. Tetapi konon, setelah Alas Mentaok dibuka, para perampok itu tidak berani lagi menampakkan diri. Dan kini perdagangan Prambanan – Sangkalputung pun semakin ramai.
Sebelum larut malam, Ki Prawangsa telah mempersilahkan para tamunya untuk beristirahat. Mereka tentu perlu beristirahat secukupnya.
…………..
Bersambung………..
(@SUN-aryo)