Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1085

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1085
Mataram.
Ki Ageng Mangir
Wanabaya.

Di sisa malam itu, Baron Sekeber tidak bisa tidur. Ia hanya bisa keluar masuk bangsal tempat tinggal sementara, sementara ia mengerjakan taman dan sebagian bangunan kaputren. Ia merasa begitu bodoh dengan tindakannya itu. Dan yang paling ia sesali adalah, bagaimana ia salah menilai Gusti Anem. Ia mengira Gusti Anem membutuhkan kehangatan seorang lelaki karena telah beberapa waktu ditinggal oleh sang suami. Dan ia mengira, kebaikan Gusti Anem selama ini kepada dirinya karena tertarik kepada dirinya. Namun ternyata jauh dari yang ia kira. Sedangkan ia sendiri memang sedang sangat berhasrat untuk menyalurkan keinginannya yang ia tahan belasan tahun. Selama ini hasrat itu ia lampiaskan dengan caranya. Namun cara itu tidak sepenuhnya membuatnya puas.
Dalam pada itu, Gusti Anem hanya bisa menangis seorang diri di bangsalnya. Ia tidak mengira sama sekali akan mendapat perlakuan yang hina oleh Baron Sekeber yang selama ini ia nilai sangat baik budi pekertinya. Selama ini ia memang puas dengan apa yang telah dikerjakan oleh Baron Sekeber. Taman kaputren menjadi bagus demikian pula pemandian yang hampir rampung. Bangunan yang sedang dikerjakan pun memiliki corak yang berbeda dengan bangunan yang telah ada. Dan semua dikerjakan dengan teliti sehingga kokoh kuat dan indah. Jika semuanya telah selesai, tentu kaputren tempat tinggalnya itu akan menjadi kaputren yang paling indah. Gusti Anem sungguh bangga dan senang karenanya. Namun persaan senang dan bangga itu seketika ambyar karena perilaku Baron Sekeber yang hanya sekejap itu. Namun yang hanya sekejap itu membuatnya sangat bersedih dan merasa terhina. Sedikit beruntungnya. Saat itu Kanjeng Panembahan Senopati tidak berada di keraton. Bagaimana jika dalam keadaan seperti itu sang suami berada di sisinya. Bagaimana ia akan mengatakannya. Tiba-tiba saja Gusti Anem teringat kepada sang suami. Ia menjadi sangat merindukan kehadirannya dalam kesendirian seperti saat itu. Selama ini ia mampu bertahan karena ada kesibukan pengerjaan taman, pemandian dan bangunan kaputren. Ia ikut melibatkan diri dengan membantu para Mbok Emban. Bahkan ia sendiri yang meladeni Baron Sekeber, walau sebatas masalah minuman dan makanan. Ia memang telah mulai akrab dengan Baron Sekeber yang pintar pula bercerita. Terutama cerita tentang negerinya yang konon sangat jauh di seberang lautan. Ia akui pula bahwa Baron Sekeber berperawakan gagah berkulit putih bersih dan tampan. Otot-ototnya pun terlihat kokoh kuat karena ia pekerja keras. Namun bukan berarti itu membuat ia berhasrat untuk berbuat yang jauh dari norma seorang istri.
“Oooh….., mengapa Kanjeng Panembahan belum kembali pula….?” Batin Gusti Anem. Menurut perhitungannya, dalam pekan ini semestinya Kanjeng Panembahan Senopati telah pulang karena tinggal dua pekan lagi pasewakan agung akan dilangsungkan.

Sementara itu, dua orang prajurit sandi yang dari Sunda Kelapa telah sampai di Mataram. Ia sedikit kecewa karena ternyata Kanjeng Panembahan Senopati sedang tidak berada di keraton. Menurut yang mereka dengar, Kanjeng Panembahan Senopati telah pergi meninggalkan keraton lebih dari lima lapan yang lalu. Dan mereka belum tahu kapan Kanjeng Panembahan Senopati akan kembali.
“Kita menghadap Gusti Patih Mandaraka saja…..!” Ajak salah seorang prajurit sandi. “Baiklah, ayo kita menghadap Kanjeng Gusti Patih…..!” Jawab sejawatnya.
“Ya sekarang saja, kita tidak perlu berbenah. Kita langsung menghadap. Prajurit seperti kita ini akan selalu diterima dalam keadaan seperti apapun…..!” Dalih kawannya.
“Dan kita pun tak pernah menunda tugas apapun…..!” Jawab kawaMernnya.
Mereka masih berkuda dengan pakaian pengembara.
Matahari belum bangun dari peraduan ketika dua orang prajurit sandi dari Sunda Kelapa itu menemui prajurit jaga di kepatihan tempat tinggal Ki Patih Madaraka.
………..
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *