Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1218

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1218
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Terlihat bahwa pasukan dari Lumajang bersemangat tinggi untuk menunjukkan kehebatan mereka. Namun pasukan Bagelen lebih tenang dan lebih banyak bertahan. Terlihat pula bahwa pasukan Bagelen lebih berpengalaman dalam pertempuran yang sesungguhnya. Semua dari mereka yang menyaksikan terhibur senang melihat pertempuran yang seru. Ketika sedang seru-serunya, Pangeran Mangkubumi menghentikan pertempuran tersebut. Karena nanti akan berganti dengan pasukan yang lain.
Walaupun terjadi pertempuran yang seru dan sengit, namun tidak ada korban yang jatuh karena memang hanya dengan senjata bambu. Walau demikian, tak sedikit yang mengalami memar-memar dan pakaian robek-robek. Tepuk tangan pun bergemuruh di padang rumput di Lipura tersebut. Mereka senang walau hanya menyaksikan gladi perang.
Pangeran Mangkubumi sengaja menghentikan gladi tersebut agar tidak ada yang menang atau kalah.
Dengan demikian mereka tetap bersemangat dan bersahabat.
Pangeran Juminah-lah yang kemudian sesorah memberi tanggapan dan saran-saran kepada kedua pasukan yang baru saja bertempur.
Disampaikan bahwa pasukan Lumajang bersemangat tinggi dan bisa diketahui bahwa ada beberapa prajurit yang berilmu tinggi. Itu bisa diketahui bahwa ada dua atau tiga orang prajurit Lumajang yang mampu melawan keroyokan prajurit Bagelen. Namun terlihat pula bahwa pasukan Bagelen lebih berpengalaman. Karena memang pasukan Bagelen pernah terlibat langsung di dalam pertempuran yang sesungguhnya bersama pasukan Mataram. Demikian pula dalam hal pengendalian kuda, pasukan Bagelen lebih berpengalaman. Sedangkan para prajurit Lumajang masih ada beberapa yang terlihat canggung.
Banyak saran-saran dan masukan yang disampaikan oleh Pangeran Juminah.
“Inilah gunanya gladi perang, agar kekurangan kita bisa kita ketahui. Dan nanti agar kita tidak canggung jika terlihat dalam pertempuran yang sesungguhnya. Nanti yang kita hadapi bukan pedang dan tombak bambu, tetapi senjata yang sesungguhnya. Nanti bukan lagi tontonan untuk menghibur penonton, tetapi nyawa taruhannya….!” Di antara sesorah Pangeran Juminah.
“Bayangkan, sekarang yang tubuhnya memar dan pakaian robek, jika lawannya benar-benar bersenjata tajam tentu sudah menjadi korban. Jangan sampai itu terjadi dalam pertempuran yang sesungguhnya….!” Lanjut Pangeran Juminah.
Tanpa mereka sadari, mereka mengamati tubuh dan pakaian masing-masing. Ada yang mengalami memar di beberapa bagian tubuhnya. Mereka membayangkan dirinya sendiri jika lawan benar-benar bersenjata tajam, ia tentu sudah tewas.
“Setiap prajurit berkuda harus akrab dengan kuda tunggangannya. Dengan demikian, kuda seakan tahu apa yang dikehendaki oleh penungganya. Jangan sungkan untuk memberi makan kuda dengan tangannya, juga membelai dan bahkan memijatnya…..!” Lanjut Pangeran Juminah.
Mereka pun menyadari dan memahami apa yang dikatakan oleh Pangeran Juminah.
Pangeran Mangkubumi yang kemudian melanjutkan.
Disampaikan bahwa pasukan berikutnya yang akan tampil adalah pasukan dari Tulungagung.
Sorak sorai pun kembali menggema di padang rumput tersebut. Terutama dari pasukan Tulungagung. Mereka senang untuk segera unjuk kemampuan. Mereka masih menunggu, pasukan dari mana yang akan menjadi lawan mereka.
Kembali terdengar tepuk tangan dan sorak sorai di hampir seluruh padang rumput. Karena yang akan menjadi lawan dari pasukan Tulungagung adalah pasukan darat dari Mataram.
“Kemungkinan terbesar, jika kita menyerbu lawan, yang akan kita hadapi adalah pasukan darat, bukan pasukan berkuda. Karena tidak banyak pasukan yang memiliki pasukan berkuda….!” Lanjut Pangeran Mangkubumi.
Para prajurit dari pasukan Tulungagung berdebar-debar namun juga berbangga karena berkesempatan untuk melawan pasukan Mataram.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *