Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(315)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Orang-orang di warung itu pun berlarian mendatangi suara jeritan. Tidak hanya satu kali jeritan, tetapi tiga atau empat kali. Bahkan kemudian disusul dua kali jeritan lagi.
“Heee…., ada apa…., ada apa….?” Bertanya beberapa orang.
“Ada orang yang tidak jantan, membidik kami dari jarak jauh….!” Berkata lurahe perampok mencoba berdalih.
Tetapi belum sempat menyelesaikan kata-katanya ketika kemudian ia kembali mengaduh.
“Auuuch…..!”
Kali ini mulutnya ditimpuk tanah.
Bahkan ketika orang-orang berwajah sangar itu ada yang mencoba berdiri, ia kemudian mengaduh lagi.
“Auuuch…..!”
Lututnya ditimpa baru sebesar telur puyuh.
“Heee….., apa yang terjadi…..?” Bertanya beberapa orang yang berdatangan.
Ki Juru Martani kemudian mendekati mereka.
“Mereka akan merampas kuda-kuda kami. Kuda yang akan kami antar ke Keling……!” Berkata Ki Juru Martani menirukan Ki Pemanahan yang sebelumnya mengatakan bahwa kuda-kuda itu akan diantar ke Keling.
“Tidaaak……!” Elak salah seorang dari mereka.
Namun belum selesai ia berkata-kata, mulut orang itu juga tersumpal tanah.
Ki Juru Martani sempat menendang gundukan tanah di pekarangan itu. Dengan ilmunya yang tinggi, tanah itu menyumpal mulut orang yang mencoba mengelak.
“Ayo bangkit…..! Tadi siapa yang mau menghabisi kami bertiga…..!” Berkata Ki Juru Martani dengan penuh wibawa.
Orang-orang itu sudah tidak mampu bangkit, karena kaki mereka tertancap garpu yang mengucurkan darah. Dan ada yang terkena lemparan sendok yang sepertinya meretakkan tulang kaki mereka. Ada pula yang tulang tempurung lututnya pecah karena dihantam batu sebesar telur puyuh. Bahkan ada yang kedua kakinya tak berdaya karena hantaman garpu dan batu.
Hanya barang-barang sederhana yang menghantam mereka. Namun barang-barang itu dilemparkan oleh seorang yang berilmu sangat tinggi, Ki Juru Martani. Barang-barang itu pun meluncur dengan kecepatan sangat tinggi dan tepat mengenai sasaran yang dikehendaki oleh Ki Juru Martani.
Akibatnya sungguh menggetarkan, hampir semuanya tak bisa berdiri karena kakinya yang teramat sakit.
Mereka pun tak ada yang berani berdiri untuk melayani tantangan Ki Juru Martani, orang yang sederhana namun berwibawa.
“Salah seorang dari kalian cepat panggil Ki Demang terdekat, atau prajurit jaga yang tak jauh dari tempat ini. Mereka ini adalah para perampok yang sangat berbahaya. Jika ia mampu pasti tak segan untuk membunuh korbannya……!” Berkata Ki Juru Martani kepada mereka yang berkerumun.
Pemilik warung laki-laki-lah yang kemudian berlari menuju rumah Ki Jagabaya yang tak jauh dari warung itu.
Dalam pada itu, Sultan Hadiwijaya dan Ki Pemanahan yang berdandan layaknya orang biasa yang sedang berpergian jauh juga keluar dari warung itu untuk melihat apa yang dilakukan oleh Ki Juru Martani. Tetapi keduanya tidak ikut campur, karena yakin bahwa Ki Juru Martani seorang diri akan bisa mengatasi.
Ki Juru Martani segera mendekati pekatik yang tak berdaya. Ia segera memijit-mijit pekatik itu. Tak berapa lama ia segera pulih kembali.
“Pekatik ini yang bisa menjadi saksi atas apa yang dilakukan oleh empat orang itu……! Kau tidak usah takut, mereka berempat sudah tidak berdaya. Katakan apa yang sebenarnya terjadi……!” Berkata Ki Juru Martani kepada pekatik itu.
Ketika Ki Jagabaya datang, yang berkerumun di tempat itu sudah cukup banyak. Mereka tidak mengerti bagaimana empat orang yang berwajah sangar itu semuanya tidak berdaya. Padahal semuanya menenteng senjata pedang.
Orang-orang yang semula berada di warung itu sedikit tahu bahwa seseorang telah melumpuhkan orang-orang yang berwajah sangar itu. Orang yang sedang berbicara itulah orangnya. Mereka kagum, orang itu pasti seorang yang berilmu sangat tinggi.
“Hee….., apa yang terjadi…..?” Bertanya Ki Jagabaya.
“Mereka akan merampas kuda-kuda kami Ki Jagabaya…..! Bertanyalah kepada pekatik ini…..!” Berkata Ki Juru Martani.
……………….
Bersambung…………….
(@SUN)