Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#318

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(318)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Yang belok ke kanan itu merupakan jalan setapak yang masuk ke hutan Danaraja. Jalannya pun jarang dilalui orang. Namun kuda-kuda yang tinggi besar itu tidak mengalami kesulitan melewati jalan yang berumput setinggi lutut orang dewasa. Kebetulan saat itu bukan musim penghujan sehingga hutan tidak becek dan tidak terlalu pepat. Namun bagi ketiga orang yang berilmu tinggi, jalanan itu bukan merupakan halangan.
Kuda-kuda itu pun tidak bisa berderap kencang.

Sementara itu, Kanjeng Ratu Kalinyamat beserta para inang yang membantunya telah lebih dari satu tahun berada di pertapaan itu. Selain Kanjeng Ratu Kalinyamat ialah; Kingkin, Mangkin dan Semangkin tiga orang gadis yang telah dewasa serta seorang inang setengah baya yang kaya wawasan dan pengalaman. Dialah yang sebagai tempat curahan hati dari Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Mereka sudah terbiasa dengan kehidupan alam hutan itu. Walau mereka semua perempuan, namun bisa mencukupi kebutuhan untuk kehidupan sehari-hari dari hasil hutan di sekitar itu. Mereka tidak pernah keluar jauh dari pertapaan. Kebutuhan makan minum bisa dicukupi oleh hasil hutan. Kali kecil yang amat jernih itu menyediakan berbagi ikan air tawar yang bisa untuk lauk. Buah-buahan pun melimpah di sekitar pertapaan itu. Demikian pula umbi-umbian hutan yang bisa dimakan. Sayur mayur pun tak akan kekurangan. Hampir semua pucuk daun muda bisa dijadikan sayuran. Bahkan di tepian kali juga tumbuh beberapa pohon kelapa. Mereka tidak perlu memanjat pohon kelapa, karena buah yang kering akan jatuh dengan sendirinya. Empon-empon banyak tumbuh liar di tepian sungai.
Kadang mereka berpikir, dari mana asal tumbuhan serta ikan-ikan itu. Namun mereka tak pernah menemukan jawabannya. Namun yang ia yakini, semua itu atas kuasa yang pencipta alam semesta ini. Semakin mereka merenung, semakin mereka meyakini kuasa Hyang Maha Agung.

Kanjeng Ratu Kalinyamat pun masih bertahan dengan cara bertapanya yang tidak lumrah, tanpa selembar kain pun menutupi tubuhnya. Ia hanya berselimutkan rambutnya yang tebal dan panjang. Keadaan di dalam cekungan gua yang gelap tidak memungkinkan orang lain melihat keadaan Kanjeng Ratu Kalinyamat yang tanpa busana itu. Lagi pula cekungan gua itu dibuat tirai dari getepe daun kelapa. Bahkan para wanita yang membantu pun tidak pernah melihat keadaan Kanjeng Ratu Kalinyamat yang sesungguhnya. Walau mereka tahu keadaan Kanjeng Ratu Kalinyamat. Namun mereka menaruh hormat kepada Kanjeng Ratu.
Di dalam kegelapan dan keheningan itu, Kanjeng Ratu Kalinyamat merasakan semakin dekat dengan alam, dan tentu saja juga kepada sang pencipta alam ini.
Kanjeng Ratu Kalinyamat pun semakin khusuk dalam bersamadi. Yang ia inginkan hanya satu, nyawa Harya Penangsang.
Ini sebagai wujud kesetiaan dan hormat kepada sang suami, Pangeran Hadliri yang tak bersalah dan tak bermasalah telah dibunuh dengan keji oleh utusan Harya Penangsang.
Ia tidak akan menyudahi tapa brapa yang tidak lumrah itu sebelum mendapat kepastian tewasnya Harya Penangsang.

Kanjeng Ratu Kalinyamat yang sedang di dalam keheningan di dalam goa tertegun ketika sayup-sayup terdengar derap kaki kuda yang lambat.
Beberapa saat ia masih mencoba meyakinkan suara derap kaki kuda itu. Semakin lama derap kaki kuda itu semakin jelas.
“Kanjeng Ratu….., Kanjeng Ratu…..!” Mbok Emban sepuh menyapa Kanjeng Ratu Kalinyamat dari luar tirai.
“Ya Mbok…..!” Sahut Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Sepertinya ada derap kaki kuda yang mendekat…..!” Berkata Mbok Emban sepuh.
“Yaaa….., aku juga telah mendengar beberapa saat yang lalu. Derap yang lambat, semoga yang datang tidak bermaksud jahat…..!” Berkata Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Mungkin tiga atau empat ekor kuda yang berderap itu…..!” Berkata Mbok Emban yang berpengalaman itu. Sedangkan para gadis yang lain sedang memasak di dapur pondok sehingga tidak menyadari ada suara derap kaki kuda.
…………..
Bersambung………
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *