Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(330)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Malam itu Ki Juru Martani dan Raden Mas Danang Sutawijaya langsung menemui Ki Pemanahan dan Ki Penjawi.
Ki Pemanahan dan Ki Penjawi heran ketika melihat Raden Mas Danang Sutawijaya membawa setangkai tombak. Mereka telah mengenal tombak Kanjeng Kiai Plered. Namun keduanya ragu, apakah benar yang dibawa oleh Raden Mas Danang Sutawijaya itu adalah tombak pusaka Kanjeng Kiai Plered. Sepertinya mustahil senjata utama Keraton Pajang milik Sultan Hadiwijaya itu lepas dari tangan pemiliknya.
“Raden….! Apakah tombak ini tombak pusaka Kanjeng Kiai Plered…..?” Bertanya Ki Penjawi.
Setelah Raden Mas Danang Sutawijaya menjawabnya, Ki Juru Martani kemudian menceritakan bagaimana saat pertemuan dengan Sultan Hadiwijaya. Maksud kedatangan mereka adalah untuk meminta izin agar Mas Danang Sutawijaya diperkenankan ikut maju ke medan laga. Dan ternyata Kanjeng Sultan merestuinya.
“Jadi Raden diperkenankan bergabung dengan kami…..?” Pertanyaan Ki Penjawi.
“Benar Paman….!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Bagaimana dengan tombak pusaka Kiai Plered ini…..?” Lanjut pertanyaan dari Ki Penjawi.
Ki Juru Martani yang menerangkan bagaimana Sultan Hadiwijaya memberi bekal kepada Mas Danang sebuah pusaka yang sekarang ada di tangan Mas Danang.
“Syukurlah Jebeng menerima anugerah yang tak terkira. Pusaka ini lebih bernilai dari apapun untuk bekal maju ke peperangan…..!” Berkata Ki Pemanahan yang juga merupakan ayah kandung dari Raden Mas Danang Sutawijaya yang biasa dipanggil dengan sebutan Jebeng itu.
Mereka kemudian berembug tentang rencana penyerbuan ke Jipang.
Menurut rencana, besuk pasukan dari Banyumas dan sekitarnya akan segera tiba. Dan lusa pasukan besar ini akan berangkat ke Jipang.
Ki Juru Martani kemudian menyampaikan gagasannya. “Kalian bertiga dan aku harus bisa berhadapan langsung dengan Adipati Harya Penangsang. Entah nanti siapa yang berkesempatan untuk melawan Harya Penangsang harus dihadapi. Namun yang lain harus segera membantu. Jangan sampai nanti kitalah yang menjadi korban. Harus ada cara untuk memancing Harya Penangsang keluar dari sarangnya…..!”
“Bagaimana caranya, Kakang…..?” Bertanya Ki Pemanahan.
“Nanti kita bicarakan lagi. Saat ini belum ketemu cara yang terbaik…..!” Jawab Ki Juru Martani.
Namun Ki Juru Martani kemudian terlontar pendapatnya.
“Mungkin, menurut perhitungan Yayi Sultan, hanya dengan pusaka andalan Pajang, Kanjeng Kiai Plered ini Harya Penangsang bisa tembus ilmu kebalnya sehingga beliau memberikannya kepada Mas Danang Jebeng Sutawijaya……!”
“Mungkin juga benar, jika hanya sembarang senjata mungkin tidak akan mempan menggores kulit Harya Penangsang…..!” Berkata Ki Pemanahan.
Kemudian terlintas di benak Ki Juru Martani yang bijak itu tentang hal lain.
“Sebaiknya, rontek, umbul-umbul, panji-panji dan pataka yang kita tonjolkan bukan simbul simbul Keraton Pajang. Biarlah kesan yang timbul bukan Pajang yang menyerbu Jipang…..!”
“Apa maksud Kakang…..?” Bertanya Ki Pemanahan.
“Yang paling depan nanti adalah umbul-umbul, rontek, panji-panji dan pataka dari Pengging. Biarlah kesan yang ditangkap oleh Jipang, yang menyerang Jipang hanyalah sebuah wilayah kecil, Pengging, bukan Pajang……!” Lanjut Ki Juru Martani.
“Bagaimana dengan pasukan-pasukan pendukung yang telah berdatangan, apakah bisa menerima…..?” Ki Penjawi yang bertanya.
“Nanti akan kita beri pengertian, karena dengan cara itu bisa menyulut kemarahan para prajurit pasukan lawan. Kita tahu bahwa kemarahan dalam pertempuran adalah sebuah kelemahan. Ini hanya salah satu cara…..!” Berkata Ki Juru Martani yang bijak dan cerdik itu.
“Baiklah, kami bisa memahami…..!” Berkata Ki Penjawi.
Banyak yang mereka perbincangan malam itu. Sampai menjelang tengah malam mereka baru kembali ke bilik mereka masing-masing. Namun bayangan peperangan besar telah di depan mata. Peperangan yang pasti akan merenggut banyak nyawa.
…………..
Bersambung……….
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.