Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#341

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(341)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Para pemanah kini membidikkan anak panah ke arah lebih jauh di seberang jembatan. Mereka tidak mengarahkan ke satu sasaran, namun mereka luncurkan ke arah kerumunan orang.
Di sana masih banyak para prajurit Jipang yang berkerumun untuk mengetahui apa yang terjadi. Namun mereka tak sempat mengelak atau menangkis anak panah-anak panah itu. Mereka kemudian berlarian mundur dengan anah panah menancap di tubuh. Anak panah-anak panah itu menancap di sembarang bagian tubuh. Ada yang di punggung, di pinggang, di dada, di lambung, di perut, bahkan ada yang di kepala atau di kaki dan lengan tangan.
“Mundur……, mundur….., mundur……! Ini pasti ulah licik pasukan Pajang……!” Perintah salah seorang senopati Jipang.
Mereka yang belum sempat menyeberangi jembatan segera berlarian mundur. Namun banyak dari mereka yang menahan sakit karena anak panah menancap di tubuhnya. Mereka pun belum berani mencabut anak panah-anak panah itu karena khawatir darah akan mengucur deras.
“Gilaaa……! Prajurit Pajang sungguh gila…… liciiik…..!” Umpat banyak prajurit Jipang yang sama sekali tidak menduga akan mendapat serangan seperti ini.

Namun yang nasibnya lebih apes adalah para prajurit Jipang yang sudah terlanjur menyeberangi sungai. Mereka telah terkepung dari segala arah, bagai ikan yang terperangkap masuk wuwu.
Dari arah tepian kali, mereka dihujani anak panah, dari arah depan mereka diserbu pasukan lawan, dari samping pun bermunculan para penyerang dari balik pepohonan. Dan mereka tidak mungkin bisa berlari menyelamatkan diri lewat jembatan. Di jembatan sendiri telah banyak para prajurit yang terduduk karena anak panah menancap di tubuhnya.

Para prajurit Pajang sungguh kagum terhadap sepak terjang dari Raden Mas Danang Sutawijaya. Dengan bersenjatakan tongkat ia telah banyak merobohkan prajurit lawan. Walau ia tidak bermaksud untuk membunuh lawan, namun para prajurit Jipang itu pasti terhuyung jatuh disodok tongkat.

Tak perlu butuh waktu lama, para prajurit Jipang itu sudah tidak berdaya. Mereka pun bergelimpangan di pinggiran sungai itu.
“Lucuti semua senjata mereka, jika ada yang melawan, apa boleh buat, habisi mereka…..!” Perintah Ki Penjawi.
Mereka, para prajurit Pajang dengan sigap melucuti senjata-senjata prajurit Jipang. Para prajurit Jipang tidak ada yang berani melawan karena mereka tahu akibatnya, nyawa mereka akan melayang.
Demikian pula segala peralatan untuk merusak jembatan juga disita oleh para prajurit Pajang.

Para prajurit Jipang yang selamat tanpa terluka sedikitpun telah berhasil sampai di tempat kuda-kuda ditambatkan. Namun mereka masih menunggu perintah senopati untuk mengambil tindakan.

Dalam pada itu, seluruh prajurit Jipang yang tidak sempat melarikan diri telah dilucuti semua senjata mereka.
“Biarkan mereka pergi, biar diurus oleh kawan-kawan mereka yang selamat. Kita menunggu kedatangan pasukan yang besar akan segera tiba……!” Perintah Ki Penjawi.
Namun para prajurit Jipang itu tidak segera meninggalkan tempat. Banyak dari mereka yang menahan sakit karena tertancap panah. Namun tak sedikit pula yang tak mampu bertahan sehingga tewas.
“Segera tinggalkan tempat ini…..! Angkat kawan kalian yang tewas. Kawan kalian yang di seberang tentu masih banyak yang selamat…..! Pergi…… cepat pergi……! Atau kalian akan menunggu pasukan yang besar datang…..!” Berkata Ki Penjawi dengan keras.
Para prajurit Jipang yang kesakitan pun segera meninggalkan tempat itu dengan tertatih-tatih. Sedangkan yang tewas atau terluka parah masih bergelimpangan di sekitar jembatan itu.
“Heee….! Katakan kepada pimpinan kalian. Angkat para prajurit yang tewas dan terluka parah ini. Kami tidak akan menggangu…..!” Teriak Ki Penjawi.

Hari telah mulai terang tanah ketika para prajurit Jipang yang selamat dan tidak terluka memapah para prajurit yang terluka parah. Demikian pula yang tewas telah dibopong ke tempat kuda-kuda mereka ditambatkan.
……………
Bersambung………..
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *