Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(349)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Banyak yang hadir di panti andrawina.
Kanjeng Sunan Kudus, Ki Patih Mentahun, Pangeran Harya Mataram dan para adipati serta para senopati.
Hari itu Sultan Harya Penangsang telah selesai menjalani tapa brata. Kekuatan ilmu jayakasantikan pun telah pulih, namun raganya belum pulih benar karena puasa yang ia jalani. Tubuhnya yang sebelumnya tampak kekar berotot, kini lebih kurus. Walau demikian bukan berarti Sultan Harya Penangsang tak bertenaga. Justru tubuhnya semakin ringan dan ilmunya semakin matang.
Sebelum pesta dimulai, para tamu bersenda gurau di antara mereka. Suasana riang gembira terpancar dari wajah-wajah mereka.
Setelah beberapa pekan menahan kesabaran untuk segera menyerbu pasukan Pajang, kini saatnya telah tiba.
Mereka yakin dengan mudah akan bisa menggulung pasukan Pajang. Menurut laporan yang mereka terima, pasukan Pajang jauh lebih kecil dari pasukan Jipang. Paling tidak besuk pertempuran baru dimulai. Namun jika hari ini kiranya belum akan terjadi.
Mereka pun yakin bahwa pasukan Pajang yang telah berada di seberang kali Bengawan Sore tak akan berani menyeberangi sungai. Jika pasukan kecil itu berani menyeberangi sungai sama saja dengan mencari mati.
Pesta ini pasti akan berlangsung sampai siang atau bahkan sore. Terlebih jika ada hiburan serta minum-minuman tuak dan minuman keras lainnya.
Hidangan pun telah ditata di meja-meja perjamuan. Berbagai macam lauk pauk komplit tersaji, demikian pula aneka minuman dan buah-buahan.
Pangeran Harya Mataram telah memberikan kata sambutan mewakili Kanjeng Sultan Harya Penangsang.
Sebelumnya ia meminta maaf karena Kanjeng Sultan Harya Penangsang selama ini belum bisa menemui para adipati dan para senopati yang tergabung di dalam pasukan Demak Jipang. Namun kali ini adalah kesempatan yang amat baik untuk menjamu para adipati dan para senopati. Mereka yang hadir pun bisa menerima keadaan, karena mereka tahu bahwa Kanjeng Sultan Harya Penangsang sedang menjalani laku.
Tidak panjang lebar Pangeran Harya Mataram memberikan sambutan.
Sebelum pesta andrawina dimulai, Kanjeng Sultan Harya Penangsang memberikan sambutan singkat.
“Terimakasih saudara-saudaraku yang telah dengan sabar menunggu aku selesai menjalani laku…..! Besuk pagi kita bersama-sama akan menggulung pasukan kecil dari Pajang. Namun sekarang lupakan itu semua, kini saatnya kita berpesta ria……!” Belum selesai Kanjeng Sultan Harya Penangsang menyampaikan kata sambutan, ketika tiba-tiba terdengar raung kesakitan pekatik kuda Gagak Rimang.
“Celaka Kanjeng…….! Celaka…..! Tolong Kanjeng….. tolong……!” Teriak pekatik itu sambil berlari menghadap Kanjeng Sultan Harya Penangsang yang sedang bersiap untuk menyantap hidangan.
Semua orang di panti andrawina tersebut terkejut bukan kepalang. Terlebih setelah melihat orang yang baru datang itu bersimbah darah.
“Druhun keparat…..! Ada apa itu…..!” Umpat Kanjeng Sultan Harya Penangsang.
“Bukankah kau pekatik kudaku Gagak Rimang……?” Lanjut Kanjeng Sultan Harya Penangsang.
“Benar Kanjeng….! Jaka Tingkir, Kanjeng….., Jaka Tingkir telah mengiris telingaku, Kanjeng…..!” Kata pekatik itu terbata-bata.
“Heee……! Jaka Tingkir keparat…..!” Umpat Kanjeng Sultan Harya Penangsang.
“Jaka Tingkir telah memotong telingaku, Kanjeng……! Dan ini disertai surat. Katanya surat tantangan…..!” Berkata pekatik itu.
Merah padam wajah Kanjeng Sultan Harya Penangsang mendengar nama Jaka Tingkir. Terlebih dengan kejam telah mengiris telinga abdi kesayangannya. Dan dikatakan disertai surat tantangan.
Surat yang berlepotan darah pun diterima oleh Kanjeng Sultan Harya Penangsang. Tangan bergetar menahan amarah yang amat sangat.
Namun Kanjeng Sunan Kudus sempat mengingatkan; “Sabar Ngger….. sabar, ini pasti disengaja untuk membakar kemarahan-mu Nggeer….., sabar……!”
…………..
Bersambung……….
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.