Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(366)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Pada siang hari itu juga Sultan Hadiwijaya mengajak Tiga Serangkai dari Sela untuk berangkat ke hutan Danaraja.
“Kakang sekalian, marilah sekarang juga kita berangkat ke Danaraja untuk menemui Kangmbok Ratu Kalinyamat. Sudah saatnya beliau menghentikan tapa brata yang tidak semestinya itu…!” Berkata Sultan Hadiwijaya.
“Marilah kita berangkat bersama-sama…..!” Jawab Ki Juru Martani.
Mereka berempat segera berangkat menuju hutan Danaraja.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya segera menyampaikan kepada senopati dan para prajurit pengawal keraton bahwa pasukan Pajang telah memenangkan perang melawan Jipang. Harya Penangsang dan Patih Mentaun telah tewas pula.
Setelah itu, mereka berempat pun segera berangkat menuju hutan Danaraja. Sedangkan kabar kemenangan pasukan Pajang atas pasukan Jipang segera tersebar di sekitar keraton. Namun dari dalam keraton dengan cepat pula menyebar keluar benteng keraton.
Mereka yang sedang di sawah dan tegalan maupun di tempat penggembalaan terkejut dan heran. Mereka mendengar segala bunyi-bunyian dari rumah-rumah warga maupun bunyi kentongan dari gardu ronda. Namun mereka mengerti bahwa bunyi-bunyian itu adalah pertanda suka cita. Namun mereka belum mengetahui kabar apa yang telah terjadi.
“Pajang jaya….., Pajang jaya……, Pajang jaya……!” Bersahut-sahutan.
“Penangsang tewas……, Penangsang tewas….., Penangsang tewas…….!” Sahut-menyahut sambung-menyambung teriakan kawula Pajang.
Mereka layak bersukaria karena tahu bahwa pasukan Jipang adalah pasukan yang kuat. Namun demikian, pasukan Pajang mampu mengalahkannya.
Para senopati dan para prajurit yang tidak ikut berperang ke Jipang telah menggerakkan kawula Pajang untuk menyambut para pahlawan mereka dari medan laga. Mereka akan menyambut secara meriah kedatangan pasukan yang telah memenangkan pertempuran.
Sementara itu, pasukan Pajang yang menang perang berjalan dengan lambat. Dalam perjalanan, pasukan itu juga telah disambut warga di sepanjang jalan. Terlebih setelah melewati Masaran yang sebelumnya sudah menjadi bagian dari Pajang. Mereka sebelumnya telah mendengar bahwa pasukan Jipang akan merusak jembatan di sepanjang perjalanan dari Pajang sampai Jipang. Kabar yang mereka dengar itu membuat warga tidak senang kepada Jipang. Setelah mengetahui bahwa Pajang mampu mengalahkan Jipang, mereka pun menyambut dengan suka ria.
Para prajurit pun bangga mendapat sambutan warga yang gegap gempita.
Dalam pada itu, Raden Mas Danang Sutawijaya begitu berbunga-bunga hatinya. Di dalam kereta ia selalu menemani seorang wanita cantik jelita yang menggetarkan hatinya. Demikian pula sang wanita selalu tersenyum ceria. Ia begitu kagum dan terpesona kepada seseorang perjaka yang lebih muda darinya. Namun ia tahu bahwa perjaka muda itu adalah seorang yang gagah perkasa dan sakti mandraguna. Ia tak mampu melukai segores kulit perjaka itu. Ia kini tidak menyesal kehilangan sang suami yang juga gagah perkasa, Sultan Harya Penangsang yang jauh berbeda usia. Dan kini ia menemukan ganti seorang perjaka yang jauh lebih tampan dan perkasa. Perilakunya pun jauh lebih lembut dibandingkan sang suami yang kasar dan tidak sabaran.
Sementara itu, perjalanan Sultan Hadiwijaya bersama Tiga Serangkai dari Sela berjalan dengan lancar. Meskipun demikian, mereka juga harus beberapa kali berhenti di warung untuk mengusir haus dan juga untuk memberi kesempatan kuda-kuda mereka makan dan minum serta beristirahat.
Mereka tak berniat untuk menginap di perjalanan. Meskipun hari telah gelap, namun mereka tetap melanjutkan perjalanan. Kanjeng Sultan Hadiwijaya tergerak hatinya untuk segera menghentikan tapa brata kakak iparnya yang tidak biasa itu.
“Beruntung saat ini musim kemarau dan bulan bulat menerangi bumi…..!” Seloroh Ki Penjawi.
“Yaaa…., sekarang musim kapat yang jarang hujan…..!” Sahut Ki Pemanahan.
……………
Bersambung………..
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.