Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#374

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(374)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Dengan kecepatan tinggi, Kanjeng Sultan Hadiwijaya beserta Tiga Serangkai dari Sela memacu kuda mereka. Mereka tak ingin pasukan gabungan yang besar itu tiba terlebih dahulu.

Sementara itu perjalanan pasukan Pajang yang besar memang lambat. Mereka berjalan kaki dari Jipang menuju Pajang. Dan mereka juga harus berhenti beberapa kali di sepanjang perjalanan. Bahkan juga harus menginap di perjalanan. Ketika mereka menginap, prajurit yang besar itu dijamu oleh kademangan yang diinapinya. Warga dan perangkat kademangan tidak berkeberatan meskipun harus menjamu para prajurit yang ribuan jumlahnya itu. Mereka justru bangga bisa berbuat sesuatu untuk para pejuang mereka yang telah mempertaruhkan nyawa.
Di sepanjang perjalanan yang panjang itu, mereka selalu dielu-elukan oleh warga. Warga bangga akan pasukan gabungan Pajang yang mampu mengalahkan pasukan Jipang. Di antara mereka adalah kereta-kereta kuda yang mengangkut barang-barang jarahan dari keraton Jipang. Barang jarahan yang tentu tidak kecil nilainya.
Setiap kali pula mereka mengelu-elukan nama Danang Sutawijaya. Nama Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Penjawi mereka elu-elukan pula.
Kawula Pajang yang tak jauh dari kotaraja telah akrab dengan nama-nama itu. Mereka itu yang ikut menggagalkan usaha para soreng yang akan membunuh Kanjeng Sultan Hadiwijaya ketika itu.

Ketika Kanjeng Sultan Hadiwijaya beserta Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Penjawi tiba di keraton Pajang, pasukan besar juga sudah mendekati kotaraja Pajang. Mereka kagum ketika melihat di sepanjang perjalanan telah berjubel kawula Pajang untuk menyambut kedatangan pasukan yang menang perang. Bahkan Kanjeng Sultan Hadiwijaya sendiri kemudian menanti pasukan besar itu di pintu gerbang alun-alun Pajang.
Di alun-alun Pajang juga sudah berjubel kawula yang menanti kedatangan para prajurit. Di antara mereka tentu banyak sanak-saudara, bahkan orang tua dari salah satu prajurit yang tergabung di dalam pasukan yang besar itu. Mereka menanti sanak-saudaranya itu dengan harap-harap cemas. Karena bagaimana pun yang namanya peperangan tentu memakan korban.
“Semoga Darpa anak kita selamat, Pak-ne……!” Celetuk salah seorang ibu yang ikut berjubel di alun-alun itu.
“Ya tentu saja harapan kita ia selamat, sebagai hadiah cucu kita yang baru sepekan kelahiran…..!” Sahut sang suami.
Ketika pasukan itu mendekati alun-alun, banyak nama-nama prajurit yang dipanggil-panggil oleh sanak saudara mereka yang ikut berjubel.
“Kemaaa….., Lasaaa…., Darpaa….., Sukra….!” Dan masih banyak lagi nama-nama yang disebutkan.
Jika nama-nama yang disebut tadi mendengar, mereka segera mendekati sanak saudara yang ikut berjubel di tepi jalan. Terjadi keharuan yang amat sangat ketika anak atau sanak saudara mereka selamat dan segar bugar. Tak sedikit ibu-ibu yang menangis sambil merangkul anaknya yang pulang perang dengan selamat. Lebih mengharukan lagi ketika seorang istri menubruk suaminya yang masih menenteng pedang itu.
“Kakaaaang……, kau selamat……!” Berkata seorang istri sambil menangis sesenggukan.
“Heee….. sudah…. sudah…..! Nanti dilanjutkan di rumah…..!” Seloroh seseorang yang menyaksikan adegan itu sambil bergurau.
Yang lain pun tertawa menimpalinya karena mereka tahu itu adalah tangis kebahagiaan.

Para adipati, para senopati dan para pimpinan prajurit diterima oleh Kanjeng Sultan Hadiwijaya di Siti Hinggil keraton Pajang. Sedangkan para prajurit telah disediakan aneka sajian makanan, minuman dan aneka buah-buahan di sepanjang tepian alun-alun. Hidangan yang benar-benar telah disiapkan oleh warga kotaraja Pajang. Hidangan yang tidak hanya sekedarnya, namun sungguh hidangan pesta, pesta kemenangan. Kemenangan yang besar ini memang layak dirayakan dengan pesta.
Para prajurit pun tak mengira akan mendapat sambutan yang istimewa.
……………
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *