Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#385

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(385)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Raden Mas Danang Sutawijaya seperti melihat kejadian nyata, namun juga seperti dalam mimpi. Ia tertidur tetapi mata sepertinya melek.
Ia seakan melihat sesuatu yang sangat menakjubkan. Selain ia mendengar suara bergemuruh, juga mendengar derap kaki kuda yang sangat banyak.
Sungai Opak itu bagai sebuah jalan tanah yang datar dan rata.
Raden Mas Danang Sutawijaya seakan melihat dan mendengar iring-iringan kereta kuda yang diiringi pula oleh puluhan kuda dengan penunggang yang tidak begitu jelas. Iring-iringan itu dari arah gunung Merapi menuju Laut Kidul.
Raden Mas Danang Sutawijaya sendiri masih dalam keadaan tertidur di dahan pohon, namun bisa melihat dan mendengar. Namun demikian, ia serasa tak bisa bangkit.
Namun suara berderap kaki kuda dan suara bergemuruh itu akhirnya hilang pula.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian geragapan dan bangkit. Beberapa saat ia merenungkan apa yang sesungguhnya terjadi.
Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia masih di alam nyata. Ditepoknya pipinya sendiri, dipegangnya dahan tempat ia bertengger, dilihatnya bintang-bintang di langit, didengarnya kokok ayam hutan. Semua nyata, tetapi apakah ia tadi melihat dengan nyata atau hanya mimpi, ia belum bisa mengerti.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian meloncat dari dahan dan segera berlari ke arah sungai Opak.
“Heeeem……, sungai ini tetap seperti kemarin sore, tidak ada yang berubah. Tetapi mengapa tadi seperti sebuah jalan yang datar dan rata…..?” Batin Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Mimpi seperti nyata, dan nyata seperti mimpi…..!” Gumam Raden Mas Danang Sutawijaya kepada dirinya sendiri.
Beberapa saat Raden Mas Danang Sutawijaya duduk di sebuah batu besar di tepi kali Opak itu. Ia berharap akan bisa melihat lagi seperti ketika ia tertidur di atas dahan. Jika itu terjadi, tentu akan sangat jelas karena begitu dekat.
Beberapa lama Raden Mas Danang Sutawijaya duduk di tepi kali itu. Sampai di ufuk timur telah semburat merah, namun tidak terjadi apapun.
Ia kemudian berbersih diri di sungai itu. Ia pun kemudian teringat kakek penyadap nira. Ia ingin bertanya tentang apa yang ia lihat dan ia dengar dalam setengah kesadarannya.

Raden Mas Danang Sutawijaya ingin berkunjung ke rumah kakek penyadap nira tersebut sesudah ia selesai menyadap. Ia akan mengikuti ketika kakek itu pulang. Tidak sulit untuk mengetahui kakek itu. Ia pasti akan memanjat pohon kelapa yang ada bumbung bambunya. Ia akan naik dengan bumbung kosong dan akan turun dengan bumbung yang telah isi.

Beberapa saat Raden Mas Danang Sutawijaya menunggu di tempat yang terlindung. Ia sempat melihat kakek itu naik turun beberapa pohon kelapa. Sungguh pekerjaan yang tidak ringan, apalagi jika musim penghujan. Namun sepertinya kakek itu tidak mengeluh akan pekerjaannya.
“Maaf Paman….., boleh saya bantu memikul bumbung ini…..!” Sapaan Raden Mas Danang Sutawijaya ketika kakek itu bersiap untuk kembali ke rumahnya.
“Ooh Den Bagus….., tidak perlu Gus….! Ini sudah menjadi pekerjaanku….!” Dalih kakek itu.
“Baiklah Paman, saya hanya ingin mencoba seberapa berat pikulan ini…..!” Bujuk Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Lagi pula saya ingin berkunjung ke rumah Paman…..!” Lanjut Raden Mas Danang Sutawijaya yang mengaku bernama Jebeng itu.
Setelah dibujuk oleh Raden Mas Danang Sutawijaya akhirnya kakek itu memperbolehkan legen itu dipikul oleh anak muda yang baru dikenalnya itu.

Bagi Raden Mas Danang Sutawijaya pikulan itu sama sekali tidak berat. Bahkan teramat ringan. Namun ia merendah, “berat juga ya, Paman…..! Tetapi akan aku coba sampai di rumah Paman…..!”
Sambil berbincang Raden Mas Danang Sutawijaya akhirnya tahu bahwa kakek itu bernama Ki Reja. Ia tinggal hanya dengan istrinya. Istrinya-lah nanti yang mengolah legen itu menjadi gula merah atau juga disebut gula kelapa.
“Lha menjualnya ke pasar bagaimana Paman…..?” Bertanya Jebeng.
“Oooh….., nanti siang anakku yang tinggal di Klurak, tak jauh dari pasar Prambanan pasti datang untuk mengambil gula dan besuk dijual di pasar Prambanan…..!” Berkata Ki Reja.
………………
Bersambung……….
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *