Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#408

penerus trah prabu brawijaya

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
408
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Namun para pengawal itu tidak menyediakan rumah untuk bermalam. Yang ada adalah dua buah barak yang sangat sederhana. Barak memanjang yang setengah terbuka di sisi dindingnya. Sedangkan atapnya dari getepe daun kelapa. Barak yang satu untuk para lelaki, sedangkan barak yang satu untuk para wanita. Ada enam orang wanita yang akan ikut menyeberang. Empat orang berusia setelah baya, sedangkan yang dua orang adalah wanita muda. Wajah dua wanita muda itu agak mirip, mungkin mereka adalah kakak beradik.
Rombongan laki-laki cukup banyak ada sekitar dua puluh orang ditambah Ki Ageng Giring dan Ki Pemanahan. Pengawalnya ada lima orang yang bersenjatakan pedang. Mereka pasti memiliki bakal yang lebih dari cukup sehingga berani menjadi pengawal. Menjadi pengawal rombongan penyeberang hutan tentu memiliki tanggung jawab yang besar atas keselamatan seluruh penyeberang. Terlebih menyeberang Alas Tambakbaya yang dahulu amat sering terjadi pembegalan. Namun semenjak ada pengawalan yang berbayar itu amat jarang terjadi pembegalan. Tempat yang menjadi sasaran pembegalan beralih di tempat lain.
Mereka yang menginap itu saling bercerita dan saling berkenalan. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang ingin mengunjungi sanak saudara atau kembali dari tempat saudaranya. Namun ada beberapa yang memang pedagang. Seperti yang membawa gerobak sapi itu adalah pedagang jagung. Sedangkan yang membawa kereta adalah dua orang pedagang kain lurik dari wilayah Sangkalputung yang akan dibawa ke wilayah Kedu.
Ki Ageng Giring dan Ki Pemanahan memperkenalkan diri seperti sebelumnya. Ki Ageng Giring jujur mengaku bernama Ki Giring dari Sada Paliyan yang tak jauh dari Kembanglampir. Sedangkan Ki Pemanahan mengaku bernama Bagus Kacung sebagai adik dari Ki Giring.
Ki Giring senang jika pertapaan Kembanglampir dikenal oleh banyak orang dan kemudian mengunjunginya. Dengan demikian, walau tempat itu terletak jauh di perbukitan Sewu namun dikenal dan dikunjungi banyak orang.
“Aku ingin berkunjung ke pertapaan itu suatu saat, Ki……!” Berkata salah seorang yang mengaku berasal dari Taji dan akan mengunjungi saudaranya Denggung.
“Berkunjunglah, juru kunci pertapaan itu telah mengenal aku….! Bukankah Taji itu sebelah timur dari candi Prambanan…..?” Ki Giring balik bertanya.
“Benar, aku masih saudara dekat dengan Ki Demang Taji…..!” Jawab orang itu.
Mereka masih saling berbincang karena hari masih belum terlalu malam.
Ada pula yang pernah beberapa kali ikut rombongan setiap kali ia melewati Alas Tambakbaya. Ia bercerita bahwa dahulu memang sering terjadi pembegalan di jalur jalan itu. Namun semenjak ada pengawalan ini menjadi aman. Namun konon pernah terjadi. Rombongan dengan pengawal itu dibegal oleh lima orang perampok yang garang. Namun lima orang garong itu semua tewas di tangan para pengawal. Semenjak itu perjalanan melewati Alas Tambakbaya menjadi aman.
“Lima orang pengawal itu memang berilmu tinggi. Dan ilmu mereka dimanfaatkan untuk melindungi kami-kami ini walau harus dengan bea. Daerah ini memang tidak terjamah oleh para prajurit Pajang…..!” Berkata orang dari Taji yang sepertinya memiliki wawasan tentang keprajuritan. Karena orang itu masih saudara dengan Ki Demang Taji.
“Kalau Grogol ini termasuk kademangan apa….?” Bertanya Ki Bagus Kacung yang sejak tadi lebih banyak diam. Ia tertarik bertanya karena wilayah ini juga menjadi bagian telatah Alas Mentaok. Ki Pemanahan memang ingin mengetahui lebih banyak tentang isi dari telatah Mentaok itu.
“Setahuku tempat ini masih termasuk kabekelan Karanglo dan kademangan Kalasan. Batasnya adalah kali Kuning di sebelah barat yang tak jauh dari tempat ini……!” Berkata orang yang mengaku telah beberapa kali ikut rombongan seperti ini.
“Setelah kali Kuning itu memang belum ada perkampungan, masih berupa hutan, namun sudah ada jalan dan jembatan…..!” Lanjut orang itu.
Ki Pemanahan semakin tertarik dengan cerita-cerita seperti itu.
“Lhaaah siapakah dahulu yang membuat jalan dan jembatan itu…..?” Bertanya Ki Pemanahan.
…………..
Bersambung……….
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *