Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#466

penerus trah prabu brawijaya

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
466
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Ki Purwareja dan Ki Suteja benar-benar telah minta pamit. Mereka berdua kemudian minta pamit pula kepada Ki Ageng Mataram, Ki Ageng Giring, Ki Patih Mandaraka, Ki Demang Karanglo dan beberapa orang yang sempat ia salami.

Ki Patih Mandaraka alias Ki Juru Martani belum pernah mendengar tentang Ki Tunggulwulung.
Ki Ageng Mataram alias Ki Pemanahan kemudian menceritakan secara singkat tentang Ki Tunggulwulung. Ki Pemanahan dan Ki Ageng Giring memang pernah sampai di pertapaan Tunggulwulung yang terletak di dusun Timoho di tepi kali Progo. Diceritakan pula bahwa Ki Tunggulwulung dan para kerabatnya yang boyongan ke dusun itu adalah trah Majapahit pula.
Dikatakan pula tentang pusaka-pusaka warisan dari Prabu Brawijaya.
Ketika Ki Pemanahan saat itu sedang pergi ke Giri, Mas Danang Sutawijaya yang pergi ke pertapaan Tunggulwulung yang kemudian diberi beberapa pusaka yang antara lain berupa panji berwarna hitam. Panji tersebut kemudian juga disebut pusaka Kiai Tunggulwulung, sama namanya dengan sang pertapa.
“Kedatangan Ki Purwareja dan Ki Suteja tadi untuk mengabarkan bahwa Kiai Tunggulwulung telah berpulang…..!” Ki Ageng Mataram mengakhiri ceritanya.
“Pasti beliau Kiai Tunggulwulung itu sudah amat sepuh…..!” Berkata Ki Patih Mandaraka alias Ki Juru Martani.
“Yaaa…., tentu saja, pasti sudah lebih dari satu abat…..!” Ki Ageng Giring yang menyahut.
“Danang dalam waktu dekat akan nyekar – tabur bunga ke makan Kiai Tunggulwulung…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Itu baik sekali……!” Berkata Ki Patih Mandaraka.

Setelah hampir petang, mereka yang mengerjakan jalan dari Papringan yang mengarah ke Kotagede telah kembali ke Papringan. Mereka semakin bersemangat untuk melanjutkan pembuatan jalan agar segera tembus ke Kotagede. Dengan demikian Kotagede akan bisa dituju dari dua arah, dari timur dan dari utara. Yang dari timur bisa mengarah ke pegunungan Sewu dan ke Prambanan dan seterusnya ke Panjang. Sedangkan yang ke arah utara bisa ke Tidar atau ke pegunungan Menoreh.

Di hari berikutnya, Raden Mas Danang telah mengajak Ki Dhandhang dan Ki Karep untuk menemani pergi ke pertapaan Tunggulwulung untuk nyekar makam Kiai Tunggulwulung.
Namun sebelumnya, Raden Mas Danang Sutawijaya telah memberikan pesan-pesan yang mesti dikerjakan. Jika luasan lahan yang dibersihkan sudah cukup luas sampai batas patok-patok yang ia tanam, mereka bisa mulai menebang pohon di sekitar pohon beringin tua untuk pembuatan alun-alun. Namun beringin tua itu jangan sampai ditebang. Raden Mas Danang Sutawijaya juga mengatakan bahwa mungkin mereka bertiga tidak langsung kembali tetapi akan lewat sisi utara dari telatah Mataram ini.

Tiga ekor kuda berderap tidak terlalu kencang. Mereka memang tidak tergesa-gesa. Perhitungannya, sedikit setelah matahari naik sepenggalah tentu telah sampai di pertapaan Tunggulwulung.
Namun Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian teringat bahwa telah pesan batu bata dan genteng di Berja. Ia justru ingin sedikit menunda pengiriman itu satu dua pekan. Perhitungannya, saat itu jalan tembus dari Papringan ke Kotagede telah selesai. Dengan demikian gerobak-gerobak sapi pengangkut batu bata tidak harus berputar melewati Wiyara.
“Yaaa…., tidak apa-apa Raden, artinya jarak tempuh menjadi semakin dekat….!” Berkata si penjual genteng.
“Kami tentukan saja, tiga pekan dari sekarang dengan hari yang sama dengan hari ini…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Baiklah, tiga pekan lagi akan kami kirim…..!” Jawab si penjual genteng.

Raden Mas Danang Sutawijaya dan Ki Dhandhang dan Ki Karep segera melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang sudah tidak jauh lagi. Apalagi mereka berkuda.

Ki Purwareja dan Ki Suteja telah mendengar derap kaki kuda. Derap kaki kuda yang tidak hanya seekor. Mereka mengira dua atau tiga ekor kuda.
Mereka memastikan bahwa yang datang pasti Raden Mas Danang Sutawijaya.
……………
Bersambung…………
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *