Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#468

penerus trah prabu brawijaya

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
468
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Bahkan terpikir pula oleh Raden Mas Danang Sutawijaya pada suatu saat berkunjung ke Menoreh, ke Bagelen, ke Banyumas dan juga ke Tidar. Namun nanti setelah pembangunan di Kotagede layak sebagai sebuah kota.
Kepada Ki Purwareja dan Ki Suteja, Raden Mas Danang Sutawijaya juga menawarkan jika warga pedusunan di sekitar pertapaan ini ingin bermukim di Kotagede juga dipersilahkan.

Namun akhirnya Raden Mas Danang Sutawijaya dan Ki Dhandhang dan Ki Karep mohon diri.
Mereka yang berada di pertapaan Tunggulwulung tidak mungkin mencegah mereka.
“Kami akan kembali lewat jalur Utara, Paman…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Nanti akan melewati pasar Balangan dan jika menyusur ke arah utara nanti akan sampai di pasar Tempel. Kami pernah sampai di kedua pasar itu…..!” Berkata Ki Suteja.
“Yaaa…., kami akan menyusur lewat utara. Kami ingin sampai di pasar Tempel itu…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Di pasar Tempel ada warung mangut yang selalu ramai, Raden. Dan rasanya pun cocok di lidah. Di sana juga banyak dijajakan buah salak yang manis…..!” Cerita Ki Suteja.

Raden Mas Danang Sutawijaya, Ki Dhandhang dan Ki Karep telah benar-benar meninggalkan pertapaan Tunggulwulung di dusun Timoho itu.
Mereka berkuda tidak terlalu cepat. Mereka merasa tidak dikejar waktu untuk segera sampai. Karena menurut perhitungan Raden Mas Danang Sutawijaya, pengerjaan di Kotagede masih memperluas pembersihan lahan untuk pukiman. Sedangkan untuk pembuatan jalan tembus sampai Kotagede masih akan berlangsung sampai dua atau tiga pekan lagi.

Sampai di pasar Balangan, mereka melihat beberapa warung yang menjajakan dagangan tembikar.
“Apakah mungkin di sekitar tempat ini juga ada para perajin tembikar…..?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Coba nanti saya mau bertanya….!” Berkata Ki Karep.
Mereka bertiga justru kemudian turun karena tertarik dengan tembikar yang dijajakan. Namun sepertinya tembikar seperti kuwali, kelenting, gentong, cobek, kendi dan sebagainya lebih sederhana jika dibandingkan dengan yang berada di Prambanan.
Mereka juga melihat beberapa warung menjajakan tikar pandan dan tikar mendong. Namun mereka tidak mampir ke tempat penjual mendong tersebut.

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan lewat sisi utara.
Jalan lewat sisi utara sudah cukup bagus. Walau jalan itu belum terlalu ramai, namun sekali dua kali berpapasan para pejalan kaki.
Sawah dan tegalan di kiri kanan jalan itu banyak yang menanam sayur mayur, tak ditemui tanaman padi.
Menurut keterangan yang pernah diceritakan oleh Ki Pemanahan yang sekarang disebut Ki Ageng Mataram, wilayah ini juga termasuk telatah Mataram.
“Batasan dari telatah Mataram, di sisi barat adalah sungai Progo tadi, sedang di sisi utara adalah sungai Krasak sampai di pucuk gunung Merapi…..!” Berkata Raden Mas Danang yang memang pernah mendapat cerita dari sang ayah kandung, Ki Ageng Mataram.
“Demikian Raden, apakah kita akan sampai ke pucuk gunung Merapi kali ini……?” Bertanya Ki Dhandhang.
“Belum kali ini, tetapi suatu saat aku mesti sampai di puncak gunung Merapi itu…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.

Jalan yang mereka lalui terasa menaik, seakan menuju ke arah puncak gunung Merapi. Memang arahnya menuju ke arah puncak gunung Merapi. Semburan asap di puncak gunung itu begitu jelas, demikian pula lelehan lahar. Jika tidak sedang murka, gunung Merapi itu begitu indah. Namun jika sedang murka bisa meluluhlantakkan apa saja dengan terjangan laharnya.
Raden Mas Danang Sutawijaya teringat cerita dari Ki Juru Martani, bahwa gunung itu pernah meletus dengan dahyat. Konon ketika itu, keraton Mataram dan banyak candi terkubur oleh pasir dan batu dari puncak Merapi. Peristiwa maha dahyat itu kemudian disebut peristiwa Pralaya. Konon ceritanya pula, karena itu pula pemerintahan di pulau ini berpindah ke bang Wetan. Pemindahan tempat pemerintahan itu dilaksanakan pada saat Empu Sendok berkuasa.
………….
Bersambung………….
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

3 thoughts on “Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#468

  1. TRI Widodo 11/10/2023 at 12:17

    Matur nuwun pak Maswo, salam sehat selalu………

    Balas
    1. Eddy Guritno 11/10/2023 at 17:01

      Maturnuwun paķ Maswo.
      Ini cerbung yang saya tunggu setiap hari, begitu pula Pergiwa pergiwati dan Ramayana.

      Balas
  2. Fransisca 11/10/2023 at 16:11

    Wow asyik, aku seneng membacanya

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *