Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(509)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Tanjakan di jembatan kali Winanga itu memang cukup terjal, lebih terjal dari yang di jembatan kali Bedog.
Raden Mas Danang Sutawijaya ingin mengetahui bagaimana caranya gerobak-gerobak yang penuh muatan itu sampai di atas, di jalan yang datar.
Sepertinya cara yang pergunakan di jembatan Bedog juga dilakukan di jembatan Winanga, namun dengan jumlah orang yang lebih banyak.
Gerobak pertama sudah siap. Tali dadung di depan kini ditarik oleh delapan orang.
Di samping kiri kanan juga delapan orang, masing-masing empat orang di kiri dan empat orang di kanan. Yang mendorong di belakang ada lima orang. Dan yang siap mengganjal dengan kayu dua orang.
Sungguh suatu kerjasama yang sangat baik.
Gerobak pertama telah melaju pelan, tetapi akhirnya sampai di ujung atas jalan yang datar.
Gerobak yang kedua juga bisa mencapai ujung jalan di atas yang landai. Namun tidak selancar yang pertama. Mungkin sekali mereka sudah mulai kecapaian.
Mereka kemudian beristirahat untuk memulihkan kekuatan dan minum bekal yang mereka bawa.
Raden Mas Danang Sutawijaya berpikir, apakah mereka masih memiliki sisa tenaga jika harus menyelesaikan tiga belas gerobak yang penuh muatan itu?
Gerobak ke tiga telah siap. Setelah beristirahat, ereka juga telah siap seperti sebelumnya.
Tergelitik di benak Raden Mas Danang Sutawijaya untuk ikut membantu mereka. Ia tidak ingin hanya sebagai penonton saja.
“Aku ikut mendorong dari belakang, Kang…..! Aku minta yang di tengah…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Ooh jangan Den…..! Ini memang sudah menjadi pekerjaan kami. Walau agak lambat, tetapi nanti pasti selesai…..!” Jawab penjual batu bata yang telah menerima pembayaran dari Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Tidak apa-apa…..! Saya memang ingin mencari keringat…..!” Dalih Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Ooh ya….., terimakasih…..! Tetapi jika berat langsung beristirahat saja Den….!” Berkata penjual batu bata itu.
“Ayooo siaaap…..!” Berkata orang yang dituakan dalam menarik gerobak itu.
Mereka pun kemudian telah bersiap. Demikian pula Raden Mas Danang Sutawijaya yang berada di belakang gerobak dan di tengah-tengah.
“Yoook…..! Holobis kuntul baris…..! Yuuuk……! Holobis kuntul baris…..! Yuuk…..!”
Gerobak pun melaju lancar. Bahkan tanpa harus diganjal di pertengahan tanjakan.
Mereka heran, mengapa gerobak melaju lancar tanpa halangan. Bahkan mereka merasa lebih ringan dari yang pertama maupun yang kedua. Mereka belum menyadari bahwa itu karena Raden Mas Danang Sutawijaya yang ikut mendorong dari belakang. Raden Mas Danang Sutawijaya tidak hanya mengandalkan kekuatan otot, namun dilambari dengan ilmu jayakasantikan.
Namun demikian, orang-orang yang ikut mendorong dari belakang menyadari bahwa anak muda itu mendorong dengan tidak sewajarnya. Dan sepertinya Raden Mas Danang Sutawijaya itu tidak menampakkan kelelahan.
“Ayo kita siapkan gerobak yang ke empat……!” Berkata orang yang dituakan itu.
Seperti sebelumnya, gerobak yang ke empat pun telah siap. Mereka yang tadi ikut mendorong gerobak yang ke tiga merasa belum lelah. Hampir semua akan ikut mendorong gerobak yang ke empat itu.
“Den…..! Silahkan beristirahat dulu agar tidak kecapaian…..!” Berkata orang yang dituakan karena belum tahu peran Raden Mas Danang Sutawijaya yang sesungguhnya.
“Belum capai Paman…..! Nanti jika sudah capai, saya akan istirahat……!” Dalih Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka kemudian seperti sebelumnya ketika mendorong gerobak yang ke tiga. Gerobak yang ke empat ini pun melaju lancar di tanjakan yang terjal itu.
Mereka yang ikut mendorong dari belakang mulai yakin bahwa anak muda putra petinggi telatah Mataram itu memang tidak sewajarnya. Ketika dua orang yang ikut mendorong dari belakang itu melepaskan diri beberapa saat, sepertinya laju gerobak tidak terganggu.
……………..
Bersambung…………
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.