Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(518)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Namun demikian, mereka harus segera melanjutkan perjalanan. Walau hari telah mulai gelap. Sapi-sapi pun telah cukup beristirahat, makan dan minum. Apalagi beban sekarang tidak seberat beban sebelumnya. Ranting-ranting kering tentu tidak seberat batu bata dan genteng. Dengan membawa ranting-ranting tanpa membeli dan mencari sudah merupakan keuntungan tersendiri. Mereka tidak ingin mengecewakan Raden Mas Danang Sutawijaya yang telah memberi uang muka lebih dari cukup. Dan mereka pun sadar bahwa nantinya, wilayah Berja juga merupakan bagian dari telatah Mataram.
Sementara itu, petang hari itu Raden Mas Danang Sutawijaya telah berpamitan kepada Ki Juru Martani, Ki Ageng Mataram, Ki Ageng Giring dan Ki Demang Karanglo. Selama tiga hari akan meninggalkan Kotagede untuk pergi ke Laut Selatan. Malam besuk adalah malam tepat selapan hari setelah kunjungan ke Laut Selatan atau Laut Kidul. Malam besuk adalah saat untuk memenuhi janji untuk bertemu dengan sang penguasa Laut Kidul itu.
“Ya Ngger Raden Mas Danang, aku restui kepergian Raden. Berhati-hatilah agar lancar perjalanan Raden…..!” Berkata Ki Juru Martani yang bergelar Ki Mandaraka itu.
Ki Ageng Mataram, Ki Ageng Giring dan Ki Demang Karanglo pun memberi restu sebagaimana Ki Juru Martani.
Petang hari itu juga Raden Mas Danang Sutawijaya telah menyusuri kali Gajahwong ke arah hilir. Raden Mas Danang Sutawijaya yang telah beberapa kali menyusuri sungai itu tidak lagi mengalami halangan. Terlebih malam itu adalah malam menjelang bulan purnama, sinarnya mampu menerangi perjalanan Raden Mas Danang Sutawijaya. Di musim kemarau ini, bulan akan bersinar sepanjang malam. Lagi pula aliran air sungai Gajahwong tidak deras saat itu. Meskipun demikian sesungguhnya medan yang dilewati oleh Raden Mas Danang Sutawijaya itu adalah medan yang sangat berat bagi orang kebanyakan. Bahkan hampir mustahil ada orang seorang diri berani menempuh perjalanan yang sangat berat itu. Sungai adalah tempat kehidupan ular dan buaya yang siap menerkam mangsa. Binatang buas yang lain seperti singa, macan gembong maupun anjing hutan senang beristirahat di tepi sungai di musim kemarau ini. Apalagi anjing hutan atau serigala itu juga bisa berburu di malam hari. Lolongan gerombolan anjing hutan juga terdengar pada malam hari itu, mungkin mereka sedang berebut mangsa. Namun demikian Raden Mas Danang Sutawijaya tidak khawatir karena kecil kemungkinan serigala-serigala itu akan berburu di sungai. Demikian juga singa atau macan di tepi sungai tak akan sempat menyadari adanya mangsa yang berloncatan di atas batu-batu kali. Bahkan ular maupun buaya tak akan sempat merunduk mangsa yang berloncatan yang tak jauh dengan keberadaanya.
Ketika sampai di tempuran dengan kali Opak, Raden Mas Danang Sutawijaya masih menemukan getek bambu yang dulu pernah ia pakai dan ia tambatkan di tepi sungai. Satang bambu panjang pun masih berada di tempat semula. Hampir mustahil ada orang yang akan sampai di tempat itu walaupun di siang hari sekalipun. Namun demikian, bagi Raden Mas Danang Sutawijaya telah akrab dengan dunia air. Bahkan ia pernah tapa kungkum di sebuah kedung selama tiga hari tiga malam.
Ketika bulan yang menjelang purnama itu tepat di atas ubun-ubun, Raden Mas Danang Sutawijaya telah sampai di batu karang. Batu karang tempat ia memusatkan nalar budi sambil memandang ke laut lepas yang luas tak terbatas. Di tengah malam hari ketika itu pun, Raden Mas Danang Sutawijaya melakukan kembali setelah beberapa saat beristirahat dan berbenah. Namun demikian, ia menyadari bahwa malam itu belum akan bertemu dengan penguasa Laut Kidul.
Dari tempat itu, Raden Mas Danang Sutawijaya menyadari betapa kecilnya sosok seorang anak manusia di banding lautan luas yang tak bertepi itu. Apalagi jika dibandingkan dengan alam semesta. Namun demikian, Raden Mas Danang Sutawijaya semakin menyadari, betapa agungnya alam semesta ini tentu lebih agung Sang Pencipta.
……………..
Bersambung………….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.