Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#536

penerus trah prabu brawijaya

Penerus Trah Prabu Brawijaya.

(@SUN-aryo)
(536)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.

Sementara itu, perjalanan Kanjeng Sunan Mrapen harus menginap di perjalanan. Mereka tidak mungkin memaksakan diri untuk melanjutkan perjalanan. Kuda-kuda mereka juga perlu beristirahat dan makan serta minum. Kanjeng Sunan Mrapen memang ingin segera bertemu dengan Kanjeng Sultan Hadiwijaya untuk mencegah terjadinya perang besar yang mungkin akan terjadi di bang wetan.

Sementara itu di pagi buta di hari berikutnya, seluruh prajurit yang berkumpul di Pajang telah berkemas. Menurut rencana, mereka akan berangkat ke Madiun pada pagi hari itu juga. Dan di Madiun akan bergabung dengan pasukan Madiun dan sekitarnya. Pasukan yang dipimpin oleh Adipati Rangga Jumena.
Jika dua pasukan besar itu telah bergabung maka akan menjadi sebuah pasukan yang sangat besar. Pasukan yang siap melibas pasukan lawan manapun.
Para wanita telah menyiapkan nasi nuk bungkus daun pisang.
Puluhan dandang telah penuh dengan minuman hangat.
Para prajurit menikmati sarapan pagi dengan gembira.
Mereka pun bersemangat untuk segera berangkat ke medan laga. Bagi mereka berperang adalah bentuk pengabdian yang membanggakan. Dan mereka pun bangga menjadi bagian dari pasukan yang besar itu. Mereka adalah para prajurit pilihan dari kadipaten masing- masing.
Kini mereka telah berkumpul dan memenuhi luasnya alun-alun. Sungguh sebuah pasukan yang besar yang akan menggetarkan pasukan lawan manapun.
Mereka dikelompokkan bregada per bregada sesuai asal mereka.
Ki Penjawi yang dipercaya sebagai senopati agung telah sesorah di atas panggung. Ki Penjawi membakar semangat seluruh prajurit bahwa Pajang harus menjadi penguasa tunggal di pulau ini.
“Para adipati bang wetan tidak mau dibujuk secara halus, oleh karena itu satu-satunya pilihan adalah dengan kekerasan. Dan kita memiliki kekuatan yang akan mampu menggilas mereka di kandang mereka…..!” Berkata Ki Penjawi.
Panjang lebar Ki Penjawi memberi sesorah kepada mereka. Para prajurit semakin tersulut semangat mereka.
Kemudian Kanjeng Sultan Hadiwijaya memberi sesorah singkat.

Ketika matahari baru naik sejengkal, pasukan besar itu sudah mulai bergerak. Pangeran Jepara berkuda di paling depan sambil mempermainkan pedang panjang berukir indah. Pedang berkilat-kilat diterpa matahari pagi. Dan kemudian diikuti oleh pasukan Jepara yang termasuk besar pula. Pasukan yang sebagian besar berjalan kaki. Mereka akan menempuh perjalanan yang sangat panjang. Namun mereka adalah para prajurit pilihan yang tidak khawatir dengan panjangnya perjalanan. Beberapa prajurit sengaja membawa tambur untuk dipukul berirama untuk menambah semangat dan mengusir kejenuhan. Bahkan ada pula yang membawa kendang kecil dan juga bende.
Kawula Pajang telah berjejer di sepanjang pinggir jalan yang akan dilalui oleh pasukan besar itu. Mereka mengelu-elu-kan pasukan itu. Para orang tua dan sanak saudara bangga karena keluarganya ada yang menjadi bagian pasukan besar itu.
Namun ada pula yang justru mengelus dada. Mengapa peperangan mesti terjadi. Peperangan yang akan mengorbankan banyak nyawa. Tak terkecuali nyawa mereka yang sekarang terlihat gagah dan penuh semangat itu.

Ujung pasukan telah lewat yang kemudian disambung oleh pasukan bandar Semarang yang gagah-gagah. Mereka adalah juga prajurit pilihan dari mereka yang terpilih. Pasukan yang telah berpengalaman mengatasi kerasnya kehidupan pelabuhan laut yang ramai. Mereka terdiri dari lima bregada prajurit.
Bregada yang pertama bersenjatakan panah dan tameng. Di tangan kanan menenteng gandewa, di tangan kiri menenteng tameng rotan yang ringan dan punggungnya mengendong endong yang penuh dengan anak panah.
Bregada dua dan tiga bersenjatakan tombak yang tangkai sedang. Ujung- ujung tombak yang hitam namun tajam.
Bregada yang empat dan lima bersenjatakan pedang. Mereka sengaja mempermainkan pedang mereka untuk memberi hiburan kepada mereka yang menyaksikan.
………………
Bersambung………….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *