Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(551)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya sempat minta kepada abdinya untuk menyiapkan jamuan minuman untuk tamu-tamunya.
Kemudian katanya kepada Kanjeng Sunan Mrapen; “Membuat hati berdebar-debar, Kanjeng Bapa…..!”
“Kabar kegembiraan yang akan segera Bapa sampaikan, Kanjeng Sultan……!” Jawab Kanjeng Sunan Mrapen.
“Segera-lah disampaikan, Kanjeng Bapa, Hadiwijaya tidak sabar…..!” Pinta Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Gusti Pangeran berkenan meridhoi perjalanan kami, sehingga bisa berjalan lancar…..!” Berkata Kanjeng Sunan Mrapen mengawali ceritanya. Sikap seorang sunan yang rendah hati yang menyadari bahwa semua usaha baik bisa berlangsung atas perkenan-Nya.
Kanjeng Sunan Mrapen kemudian melanjutkan ceritanya. Bagaimana ia bersama para pengiringnya harus berkejaran dengan waktu. Mereka mengambil jalan pitas agar segera sampai di Surabaya. Mereka hanya beristirahat seperlunya untuk memberi kesempatan kuda-kuda mereka makan, minum dan beristirahat. Sampai di Surabaya hampir saja terlambat, pasukan Surabaya telah berangkat menuju Lamongan. Beruntungnya, pasukan belum sempat bergabung ketika Kanjeng Sunan Mrapen sempat menyusul.
“Angger Adipati Panji Wiryakrama dengan senang hati menerima cara kekeluargaan untuk menyelesaikan perbedaan, Kanjeng……!” Berkata Kanjeng Sunan Mrapen kemudian.
“Syukurlah jika demikian, Kanjeng Bapa…..!” Berkata Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Demikian juga Angger Raden Pranatu dari Madura juga bisa menerima dengan senang hati……!” Lanjut Kanjeng Sunan Mrapen.
“Syukurlah, Kanjeng Bapa……!” Berkata Kanjeng Sultan Hadiwijaya singkat.
“Dengan demikian, kami bisa menahan pasukan Madura dan gabungan pasukan Surabaya untuk tidak melanjutkan perjalanan…..!” Lanjut Kanjeng Sunan Mrapen.
“Itu semua pasti karena wibawa serta bijaknya Bapa Sunan…..!” Kanjeng Sultan Hadiwijaya memuji.
“Bukan…..! Bukan karena itu. Tetapi karena Gusti Pangeran meridhoi niat baik kita…..!” Jawab Kanjeng Sunan Mrapen merendah.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya hanya mengangguk-angguk karena tahu bahwa Kanjeng Sunan Mrapen adalah seorang yang rendah hati namun berwibawa.
Kemudian Kanjeng Sunan Mrapen melanjutkan ceritanya, bagaimana mereka kemudian bergegas untuk bertemu dengan Kanjeng Adipati Lamongan. Bertemu dengan Kanjeng Adipati Lamongan sudah hampir tengah malam. Seandainya bertemunya ditunda esok hari tentu sudah terlambat. Pasukan Lamongan sudah besiap di baris depan untuk menyongsong pasukan Pajang. Lagi-lagi Gusti Pangeran memberikan jalan kepada orang yang tulus dan jujur hatinya. Kanjeng Adipati Lamongan berhasil diluluhkan hatinya sehingga menahan pasukannya untuk tetap tinggal di barak.
“Syukur kami panjatkan kepada Gusti Pangeran yang berkenan menjadikan Bapa Sunan sebagai tangan kanan-Nya….!” Berkata Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Demikianlah yang terjadi, Kanjeng Sultan…..!” Berkata Kanjeng Sunan Mrapen.
Kanjeng Sunan Mrapen kemudian melanjutkan ceritanya. Bagaimana saat itu telah lewat tengah malam harus segera bertemu dengan senopati agung pasukan Pajang, Ki Penjawi.
Ki Penjawi yang segera tanggap bahwa yang disampaikan oleh Kanjeng Sunan adalah sudah selaras dengan keinginan Kanjeng Sultan. Maka ia segera menghentikan gerakan pasukan Pajang yang sudah bersiap untuk mengadakan serbuan ke pasukan Lamongan. Demikian juga halnya Kanjeng Adipati Rangga Jumena segera menghentikan gerak pasukan Madiun yang telah bersiap bersama pasukan Pajang.
“Puji syukur kembali kami panjatkan kepada Hyang Maha Agung……!” Berkata Kanjeng Sultan Hadiwijaya singkat namun penuh syukur.
“Demikianlah yang terjadi, Kanjeng. Sehingga perang besar bisa terhindar…..!” Berkata Kanjeng Sunan Mrapen.
……………
Bersambung………
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula kontens kami di Youtube. Cari di St Sunaryo.