Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(573)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya tersenyum dan kemudian mengangguk- angguk.
“Baiklah……, bagaimana Kanjeng Ratu bisa tahu kalau aku berkunjung tidak pada waktunya…..?” Bertanya Raden Mas Sutawijaya.
“Makluk laut di laut Kidul ini semua adalah sahabatku. Mereka akan memberitahukan kepadaku. Bersamadilah di batu karang itu…..!” Jawab Wanita cantik itu.
“Baiklah Kanjeng Ratu…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka berdua untuk beberapa saat masih berbincang. Namun semburat merah di ufuk timur mengharuskan Wanita cantik jelita bergaun hijau itu harus segera kembali ke alamnya.
Sekejap kemudian kereta kencana tanpa kusir yang ditarik enam ekor kuda putih itu segera meninggalkan tepian dan menuju laut lepas.
Dengan mata terpejam Raden Mas Danang Sutawijaya bisa melihat kereta itu yang semakin lama semakin kecil dan kemudian hilang di balik cakrawala.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian membuka matanya. Deburan ombak laut kembali seperti seperti hari-hari biasa.
Bulan yang tidak bulat masih menggantung di angkasa. Bintang gemintang pun masih nampak berkerlap-kerlip. Lintang panjer esuk masih tampak di ufuk timur. Cahaya jingga sudah semburat di ufuk timur pula.
Di kejauhan terdengar kokok ayam hutan. Burung-burung berkicau menyambut datangnya sang mentari.
Kalong dan kelelawar telah kembali ke sarangnya. Katak dan kodok telah tak terdengar irama merdunya, demikian pula belalang dan mengkritik tak terdengar deriknya.
Raden Mas Danang Sutawijaya mencoba untuk beristirahat barang sejenak dalam duduknya. Ia hampir sehari semalam tidak tidur. Nanti setelah matahari bersinar, ia akan segera kembali ke Mataram.
Raden Mas Danang Sutawijaya bisa terlelap beberapa saat. Ketika ia membuka mata, matahari telah mengintip dari balik pegunungan di sisi timur pantai Parangtritis itu.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian menggeliat. Dan kemudian berdiri mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru mata angin.
“Heeem….., aku harus segera kembali ……!” Batin Raden Mas Danang Sutawijaya.
Ia kemudian meloncat dengan ringannya ke tepian pantai berpasir.
Sejenak ia mengedarkan pandangan ke laut lepas. Seakan ia minta pamit kepada sang penguasa laut selatan itu.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian berlari-lari kecil menuju ke getek bambu yang ditambatkan di tepi kali Opak. Dengan satang bambu ia menuju ke tempuran kali Opak dengan kali Gajahwong.
Raden Mas Danang Sutawijaya tak menemui kesulitan karena telah beberapa kali melewati sungai itu. Seperti sebelumnya, getek bambu itu ia tambatkan dengan sebagai di daratan.
Ia kemudian menyusur sungai Gajahwong ke arah hulu. Perjalanan pun tanpa halangan karena sudah terbiasa.
Kali ini Raden Mas Danang Sutawijaya kembali ke Kotagede agak melingkar dari arah timur. Seakan ia baru kembali dari bepergian di arah timur. Dengan demikian tidak ada yang menduga bahwa ia baru saja dari pantai selatan.
Raden Mas Danang Sutawijaya tidak langsung masuk ke bangsal tempat tinggalnya, tetapi ia memilih untuk langsung mengontrol pekerjaan yang sedang berlangsung.
Gapura gerbang alun-alun sudah tampak kokoh dan megah. Demikian pula alun-alun sudah tampak tertata rapi. Pohon beringin di tepian alun-alun semua telah ditanam. Sedangkan beringin tua di tengah alun-alun tampak rapi karena cabang-cabang yang tak beraturan telah ditebang. Namun akar-akar yang menjuntai sampai tanah tetap dibiarkan sehingga pohon itu tampak kokoh kuat.
Bangsal-bangsal di luar alun-alun sudah dibangun pula. Bangsal-bangsal itu untuk berbagai keperluan layaknya sebuah keraton yang sudah berdiri. Seperti di keraton Demak, Jipang atau pun Pajang. Namun bangsal-bangsal di Mataram tersebut hampir semua terbuat dari kayu dengan lantai panggung yang terbuat dari kayu pula.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo