Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(590)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Orang bertubuh tambun itu sepertinya lebih garang dari orang yang pertama. Sedangkan yang pertama tidak banyak berkata-kata, apalagi dengan membentak-bentak. Namun yang pertama tadi sungguh membuat mereka jeri. Bagaimana tidak, lemparan batu sebesar telur ayam yang pertama menghantam tulang kering kaki. Orang pertama yang pertama terhantam batu itu kakinya serasa patah tulang kakinya. Sedangkan lemparan yang kedua menghantam punggung orang yang kedua sehingga membuat orang itu bagaikan lumpuh. Sedangkan lemparan yang ke tiga menghantam orang yang ke tiga. Orang itu terhantam lambungnya sehingga terasa mual yang sangat menyiksa. Maka kemudian mereka bertiga dengan mudah diringkus oleh orang yang datang pertama yang masih basah kuyup pakaiannya itu.
Mereka bertiga semula memang ingin mencuri kuda yang tanpa penunggu yang tertambat di pohon yang sedikit jauh dari tepian kali Praga. Yang kebetulan saat itu mereka bertiga hanya dengan dua ekor kuda. Ada satu ekor kuda yang harus membawa dua orang. Seperti mendapat durian runtuh ketika mereka bertiga melihat seekor kuda yang tertambat tanpa pemilik. Lagi pula di punggung kuda itu bergelantungan bekal yang tidak sedikit. Tanpa pikir panjang salah seorang dari mereka segera ingin melepaskan tali yang tertambat. Namun seolah, durian runtuh tersebut kemudian disusul dengan durian runtuh berikutnya yang menghantam mereka bertiga.
Sesungguhnya, mereka bertiga juga memiliki bekal olah kanuragan yang cukup. Tetapi hantaman batu yang membuat mereka tidak berdaya.
“Hee…., jawab…..! Kalian dari mana…..? Jangan mencatut nama Sangkalputung jika kalian dari Sangkalputung pasti mengenal aku…..!” Bentak orang yang bertubuh tambun itu.
Mereka tak bisa mengelak lagi apalagi orang-orang yang semula masih berada di tepian telah berdatangan pula. Demikian pula dua orang wanita muda yang cantik jelita telah datang pula dengan menuntun kuda. Bahkan para tukang satang pun telah datang ikut merubung tiga orang yang diringkus itu.
“Baiklah…..! Kami akan berterus terang. Tak mungkin lagi kami berani berbohong di hadapan banyak orang ini…..!” Berkata salah seorang dari mereka.
Yang tertua dari ketiga orang yang telah tak berdaya itu kemudian menceritakan yang sesungguhnya. Mereka adalah para pelarian dari perguruan Kaliangkrik yang menyelamatkan diri karena diserang oleh perguruan Bukit Tidar. Bahkan guru mereka pun telah tewas karena tak mampu melawan salah seorang dari perguruan Lembah Tidar. Dan mereka tidak ingin dibantai seperti kawan-kawannya oleh para penyerbu dari Bukit Tidar itu. Mereka bertiga berhasil melepaskan diri dari kejaran lawan, namun hanya dengan dua ekor kuda.
“Mengapa kalian sampai ke tempat ini dan menyebut nama kademangan Sangkalputung…..?” Berkata pemuda tambun masih dengan nada keras.
“Kami hanya asal saja menyebut nama Sangkalputung, karena pikir kami tidak akan ada orang yang mengenal nama Sangkalputung…..!” Dalih orang itu.
Kemudian orang itu melanjutkan bahwa mereka memang ingin menyeberang kali Praga agar tidak terkejar oleh orang-orang dari Bukit Tidar. Dan kemudian mereka tertarik dengan kuda yang tertambat tanpa pemilik. Namun naas, mereka kena batunya. Mereka sungguh-sungguh kena lemparan batu yang membuat mereka tidak berdaya.
Orang muda bertubuh tambun itu merasa tak sepantasnya menghukum ketiga orang itu. Yang lebih berhak adalah Raden Mas Danang Sutawijaya yang telah ia kenali.
“Maaf Raden, Raden-lah yang berhak untuk menghukum orang-orang ini yang ingin mencuri kuda Raden…..!” Dalih orang muda bertubuh tambun itu.
Ketiga orang itu heran karena pemuda bertubuh tambun dan terlihat garang itu menyebut dengan sebutan Raden dan dengan hormat kepada orang yang meringkus mereka. “Siapakah orang itu…..?” Batin mereka bertiga.
Namun mereka bertiga meyakini bahwa orang itu pasti orang yang berilmu sangat tinggi.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo.