Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#650

penerus trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(650)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.

Ketika hari menjelang petang, hampir semua pelayat telah meninggalkan Kotagede.
Mereka pulang dengan membawa kesan yang mendalam atas yang mereka saksikan tadi.
Hampir semua mengagumi bangunan- bangunan yang ada di Kotagede tersebut. Mereka tidak mengira begitu cepat perkembangan pembangunan di kawasan itu. Kawasan yang sebelumnya adalah hutan belantara yang terkenal angker, hutan Alas Mentaok.
Namun yang selalu menjadi perbincangan adalah diangkatnya Raden Mas Danang Sutawijaya sebagai pimpinan telatah Mataram. Nama gelarnya pun juga menjadi bahan perbincangan. Banyak dari mereka yang tidak mengerti makna dari gelar tersebut.
“Sepertinya kita belum pernah mendengar gelar dengan nama panembahan untuk pimpinan suatu wilayah…..!” Berkata salah seorang yang sedang dalam perjalanan pulang itu.
“Yaa…., seperti pimpinan sebuah padepokan…..!” Sahut kawannya.
“Mengapa bukan sultan atau sunan atau prabu atau bre, atau apalah…..?” Sahut yang lain lagi.
“Kita tidak tahu…..!” Berkata orang yang pertama.
“Hayo….., siapa ingat nama gelar lengkapnya…..?” Bertanya salah seorang dari mereka.
“Aku ingat….! Panembahan Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama…..!” Sahut kawannya yang memang hafal.
“Senopati Ing Ngalaga…..! Artinya menunjukkan bahwa ia sebagai pimpinan tertinggi sebuah pasukan di medan laga……!” Berkata yang lain seakan lebih tahu dari mereka.
“Lha kalau sayidin panatagama…..?” Bertanya yang lain.
“Tadi ada yang bilang kalau artinya sebagai pemimpin dalam bidang agama juga…..!” Sahut kawannya.
Perbincangan-perbincangan seperti itu hampir terjadi di setiap rombongan yang sedang pulang.

Sementara itu, Raden Mas Danang Sutawijaya yang sekarang bergelar Panembahan Senopati Ing Ngalaga Sayidin panatagama itu dengan berbincang dengan Ki Juru Martani.
Banyak hal yang mereka perbincangkan terutama tentang masa depan dari Mataram.
“Bagaimana pun, Mataram adalah bagian dari Pajang, walau sebagai tanah perdikan yang tidak berkewajiban membayar pajak. Namun harus tetap menghadap Kanjeng Sultan setiap ada pisowanan agung…..!” Berkata Ki Juru Martani.
Panembahan Senopati Ing Ngalaga hanya mengangguk-angguk, namun tidak menjawab. Bagi Panembahan Senopati, masih ada ganjalan perasaan untuk dengan serta merta menghadap Kanjeng Sultan Hadiwijaya di Pajang yang juga sebagai ayah dan gurunya itu.
Namun Panembahan Senopati justru membelokkan pembicaraan.
“Besuk malam adalah bulan purnama, Danang harus ke laut kidul, Uwa…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Heeem….., jika itu sudah menjadi kesepakatan ya harus kau tepati, jangan kau ingkari…..!” Saran Ki Juru Martani.
“Tetapi apa perlunya saja….! Kemungkinan masih ada para pelayat yang berdatangan….!” Saran Ki Juru Martani.
“Baik Uwa…..! Besuk sore Danang akan berangkat dan semoga lusa sudah kembali lagi…..!” Jawab Panembahan Senopati.
Hari telah menjelang larut malah, mereka hampir sehari semalam tidak beristirahat. Terutama Panembahan Senopati yang sejak perjalanan dari Menoreh dan kejadian di tepi kali Praga belum istirahat sama sekali. Maka Panembahan Senopati memerlukan beristirahat agar tubuh tetap bugar. Walau seseorang memiliki ilmu yang tinggi, namun raga tetap ada keterbatasannya. Raga tetap memerlukan makan, minum, istirahat dan tidur.
Seperti yang terjadi pada Ki Ageng Mataram yang berilmu tinggi pula. Namun raga tetap ada keterbatasan, yang bisa sakit, bahkan tak tertolong.
Sisa malam itu digunakan oleh Panembahan Senopati untuk beristirahat secukupnya. Walau demikian, ia sempat menemui istrinya yang telah berbadan Dua.
Namun kelelehan tidak hanya dialami oleh Panembahan Senopati saja. Hampir semua penghuni kawasan Kotagede mengalami hal yang sama. Mereka hampir sehari semalam juga tidak beristirahat. Bahkan para wanita pun tidak beristirahat pula. Namun mereka puas karena semua berjalan lancar, hidangan pun tidak berkekurangan.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *