Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(653)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Namun Panembahan Senopati kemudian me genali salah satu yang berbincang itu adalah Ki Juru Martani.
Ia kemudian membuka mata dan mengarahkan pandangan kepada mereka yang baru datang.
“Ooh….., mari Ki Gede dan kisanak sekalian…..!” Berkata Panembahan Senopati sambil membungkuk hormat.
Mereka yang datang adalah Ki Gede Menoreh beserta beberapa pengiringnya yang diantar oleh Ki Juru Martani ke pemakaman. Mereka kemudian bersalaman dengan Panembahan Senopati sambil berucap ikut berbelasungkawa.
Mereka semua kemudian duduk bersimpuh di di sisi kiri dan kanan pusara Ki Ageng Mataram. Mereka memanjatkan doa dengan cara mereka masing-masing.
Setelah beberapa saat, Panembahan Senopati kemudian mengajak ke tempat yang teduh untuk berbincang.
Panembahan Senopati memang baru beberapa hari yang lalu berkunjung ke Menoreh. Namun perbincangan itu lebih banyak tentang keadaan Ki Ageng Mataram sebelum mangkat.
“Kami tidak mengira bahwa gerahnya bapa hanyalah sakit biasa yang akan segera sembuh…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Semua sudah pinesthi – takdir dari yang memiliki kehidupan. Kita titah tak bisa menolak atau menghindar……!” Berkata Ki Gede Menoreh.
“Tak kurang-kurang, kami sudah berusaha mencari kesembuhan, namun tidak berhasil…..!” Sambung Ki Juru Martani.
“Titah hanya wenang berusaha, tetapi kuasa tetap ada pada Hyang Maha Kuasa…..!” Berkata Ki Gede Menoreh.
“Benar Ki Gede…..! Seseorang bisa selamat dari sebuah peperangan yang besar, namun bisa pula meninggal karena hal yang sangat sepele…..!” Berkata Ki Juru Martani.
Mereka kemudian berbincang tentang banyak hal.
Ki Gede Menoreh memang pernah berkenalan dengan Ki Juru Martani pada masa mudanya. Dan Ki Gede Menoreh pun sering hadir dalam pisowanan agung di Pajang. Dan ketika itu Ki Juru Martani sebagai pepatih Kasultanan Pajang dengan gelar Ki Patih Mandaraka. Dalam kesempatan itu banyak hal yang bisa menjadi bahan perbincangan.
Ki Gede Menoreh mengatakan bahwa ingin menjalin kemitraan yang lebih erat antara Tanah Perdikan Menoreh dengan Mataram. Hal itu telah diperbincangkan pula ketika Panembahan Senopati berkunjung ke Menoreh.
“Namun ketika berkunjung ke Menoreh, kami masih menyebut Raden Mas Danang Sutawijaya. Dan kami sekarang menyebut Panembahan Senopati…..!” Berkata Ki Gede Menoreh.
“Silahkan saja Ki Gede, dengan sebutan Danang Sutawijaya juga dengan senang hati…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Tetapi sebaiknya, marilah singgah di pendapa, Ki Gede…..!” Tawaran dari Panembahan Senopati.
“Tadi kami sudah singgah di pendapa, tetapi kemudian menyusul ke pemakaman ini…..!” Berkata Ki Gede Menoreh.
Sementara mereka berbincang, terdengar orang-orang berbincang yang juga menuju ke pemakaman.
Panembahan Senopati mengarahkan pandangan kepada mereka yang baru datang. Kira-kira lebih dari duapuluh orang.
“Ooh….., Ki dan Nyi Singa Dangsa dari Bukit Tidar…..!” Gumam Panembahan Senopati.
“Bukit Tidar……?” Bertanya Ki Gede Menoreh heran. Yang ia tahu Bukit Tidar adalah sarang para perampok yang garang.
“Benar Ki Gede……, namun singa-nya kini telah jinak….!” Bisik Panembahan Senopati yang memahami pertanyaan Ki Gede Menoreh.
“Ooh……, syukurlah…..!” Berkata Ki Gede Menoreh singkat karena mereka telah dekat.
Panembahan Senopati segera menyongsong mereka dan mengulurkan tangan untuk bersalaman.
“Maaf Raden, kami terlambat datang ke Mataram ini untuk memberi penghormatan kepada Ki Ageng Mataram…..!” Berkata Ki Singa Dangsa yang belum tahu bahwa Raden Mas Danang Sutawijaya telah bergelar Panembahan Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama.
“Tidak ada yang terlambat Ki dan Nyi serta kisanak sekalian…..! Terimakasih atas kehadiran semuanya….!” Berkata Panembahan Senopati.
“Marilah kami antar ke pusara Ki Ageng Mataram……!” Berkata Panembahan Senopati, karena mereka sedang berteduh tak jauh dari pusara itu.
…………….
Bersam.bung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.