Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(665)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Benar, Adipati Banyumas bersama dengan beberapa orang yang menyertainya sedang menunggu di pintu gerbang alun-alun.
“Oooh selamat datang Paman beserta kisanak sekalian…..!” Sapa Panembahan Senapati.
Mereka pun kemudian saling membungkukkan badan sebagai tanda saling menghormati.
“Marilah Paman dan kisanak sekalian, kita ke pendapa…..!” Pinta Panembahan Senapati.
“Ini belum terlalu siang, tetapi Kanjeng Adipati sudah sampai di Mataram…..!” Lanjut Panembahan Senapati sambil berjalan.
“Yaaa….., kami berangkat ketika ayam jago berkokok pertama kali. Agar kami tidak perlu menginap di perjalanan untuk pergi pulang…..!” Dalih Kanjeng Adipati Banyumas.
“Rombongan Kanjeng Adipati tentu akan lancar di perjalanan…..!” Sahut Panembahan Senapati.
“Tetapi kami memang harus beberapa kali berhenti, terutama agar kuda-kuda kami bisa beristirahat pula….!” Berkata Kanjeng Adipati Banyumas.
Kanjeng Adipati Banyumas terkejut ketika di pendapa sudah ada Kanjeng Adipati Kedu bersama yang menyertainya.
Mereka pun kemudian saling bersalaman karena memang sudah akrab.
“Tadi terpikir untuk singgah di Kedu, tetapi khawatir kecele atau berselisih jalan…..!” Berkata Kanjeng Adipati Banyumas.
“Sebelum matahari terbit kami telah berangkat dari Kedu. Kamipun belum lama tiba…..!” Jawab Kanjeng Adipati Kedu.
Mereka yang menyertai kedua adipati kemudian juga saling berbincang karena sebagian besar telah saling mengenal. Mereka sering bersama menyertai adipati masing-masing ketika hadir di pisowanan di Pajang.
Sedangkan mereka yang belum mengenal, kini saling berkenalan.
Mereka pun kemudian berbincang tentang berbagai hal. Panembahan Senapati dan Ki Juru Martani membiarkan mereka saling berbincang sambil menunggu sajian hidangan yang sedang dipersiapkan.
“Sayangnya Ki Gede Menoreh dan Kanjeng Adipati Bagelen telah kemarin datang ke Mataram…..!” Sela Ki Juru Martani.
“Mereka memang lebih dekat dengan kami…..!” Berkata Kanjeng Adipati Banyumas yang memang yang paling jauh.
Kadipaten Kedu, Banyumas, Bagelen dan Menoreh memang telah menjalin kemitraan.
“Suatu saat kami ingin berkunjung ke Wanasaba dan Banjarnegara pula….!” Sela Panembahan Senapati.
“Jika ingin ke Wanasaba dan ke Banjarnegara bisa bersama kami, Panembahan….!” Tawaran dari Kanjeng Adipati Kedu.
“Tentu dengan senang hati Paman….!” Mungkin setelah empat puluh hari dari mangkatnya Bapa Ageng Mataram.
“Baiklah, kami tunggu saatnya, Panembahan…..!” Jawab Kanjeng Adipati Kedu.
Kadipaten-kadipaten tersebut memang lebih jauh dari pada ke Pajang. Dan jika mereka ingin ke Pajang harus melewati telatah Mataram.
“Kami yang di Mataram ini harus bisa semakin erat persahabatannya dengan kadipaten-kadipaten tersebut…..!” Batin Panembahan Senapati.
Akan sangat sulit untuk menjalin persahabatan dengan kadipaten-kadipaten di sekitar Pajang atau yang berada di bang wetan. Demikian pula yang berada di pantai utara. Kadipaten-kadipaten itu telah terjalin erat dengan Pajang, terutama Demak dan Pati, demikian pula Jepara.
Bahkan dengan Mangir yang jaraknya paling dekat juga belum terjalin persahabatan dengan Mataram. Mangir seakan memang terpisah dari daerah di sekitarnya. Di arah barat terhalang oleh sungai Praga yang lebar dan deras. Di arah timur terhalang oleh banyak sungai kecil dan sungai Opak yang cukup deras pula. Di arah utara masih berupa hutan yang lebat dan berawa. Sedangkan di arah selatan adalah laut selatan yang ombaknya besar. Namun demikian, Mangir yang telah berpenduduk padat itu tidak pernah diganggu dan mengganggu daerah di sekitarnya. Ki Ageng Mangir lebih mementingkan kemakmuran bagi warganya.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.