Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#666

penerus trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(666)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.

“Biarlah Mangir akan kami dekati di kemudian hari….!” Batin Panembahan Senapati.
Dengan kehadiran beberapa adipati dan pimpinan wilayah serta rombongan dari beberapa perguruan membuat hubungan Mataram dengan beberapa pihak menjadi lebih erat. Dengan demikian akan mengurangi kemungkinan untuk berselisih dengan wilayah-wilayah tersebut.
Para tamu kini telah kembali ke tempat mereka masing-masing, namun mereka membawa kesan yang baik terhadap Mataram. Mereka ingin menjalin kemitraan yang semakin erat dengan Mataram.
Mataram pun kini memulai kehidupan baru. Pembangunan pemukiman telah dianggap memadai walau belum selesai sepenuhnya.
Pasar Gede telah selesai dibangun. Para pedagang telah mulai berjualan. Para pedagang dari luar telatah Mataram juga banyak yang menjajakan di Pasar Gede tersebut.
Tak sedikit para pedagang dari Prambanan juga menjajakan dagangan di Pasar Gede. Demikian pula para pedagang yang semula membuka warung, kini berjualan di Pasar Gede. Bahkan yang dari Kaliangkrik, dari Tidar, dari Merbabu dari Menoreh dan banyak daerah ikut meramaikan Pasar Gede.
Para penghuni kawasan Kotagede telah tidak lagi bekerja dalam pembangunan kawasan. Kini mereka mulai menekuni pekerjaan yang menjadi bakat mereka. Ada yang bertani dan berkebun karena tanah di bekas Alas Mentaok itu memang subur. Ada yang memelihara ternak seperti kambing, ayam, bebek, kerbau, sapi dan sebagainya. Ada pula yang memelihara ikan di kolam-kolam karena air melimpah di tempat itu. Ada pula yang menekuni kerajinan, seperti tembikar, tikar, bambu dan sebagainya. Ada pula yang menekuni tatah batu untuk berbagai keperluan.
Roda kehidupan telah menggeliat di Mataram.
Namun untuk latihan olah kanuragan bagi semua penghuni kawasan Kotagede tetap dilaksanakan setiap hari. Setiap pagi di alun-alun Mataram penuh oleh mereka yang latihan olah kanuragan. Pria wanita, tua muda semua ikut olah kanuragan. Mereka tidak terpaksa, namun dengan suka rela mengikuti latihan olah kanuragan yang menyenangkan bagi mereka.

Raden Gagak Baning, adik dari Panembahan Senapati yang telah tuntas berguru selama ini dipercaya oleh Panembahan Senapati untuk memimpin latihan olah kanuragan. Adik dari Panembahan senopati yang selama ini jarang disebut karena lebih banyak di perguruan yang jauh. Tetapi setelah tuntas menuntut ilmu ia rela bergabung dengan sang kakak di Mataram. Terlebih setelah sepeninggal Ki Ageng Mataram. Ia dibantu oleh Ki Dhandhang Wisesa dan Ki Karep Kariya yang telah berpengalaman.

Ki Juru Martani telah menyarankan kepada Panembahan Senapati agar melengkapi orang-orang yang mengurus Mataram seperti sebuah negeri. Lengkap dengan pangkat dan kedudukan.
“Baik Uwa…..! Memang seharusnya selepasnya….!” Jawab Panembahan Senapati.
“Agar Mataram benar-benar bisa menjadi sebuah negeri yang maju dan berkembang…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Telah Danang angan-angankan bahwa Uwa kembali ke kedudukan semula dan gelar semula pula seperti ketika di Pajang……!” Berkata Panembahan Senapati.
“Apa maksud Angger Panembahan…..?” Bertanya Ki Juru Martani.
“Uwa sebagai pepatih di Mataram dengan gelar Ki Patih Mandaraka…..!” Berkata Panembahan Senapati.
Ki Juru Martani mengangguk-angguk setuju dengan usulan Panembahan Senapati.
Mataram harus berani menyatakan keberadaannya sebagai sebuah negeri.
“Dan Angger Panembahan kedudukannya setara dengan seorang sultan walau wilayahnya belum luas…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Dalam waktu dekat akan kita bicarakan, Uwa…..!” Berkata Panembahan Senapati.
“Baik….., kita kumpulkan beberapa orang yang selama ini besar perannya terhadap pembangunan Mataram ini….!” Berkata Ki Juru Martani.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *