Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(672)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Raden Pabelan berbincang dengan Bibi penjual pecel cukup akrab. Raden Pabelan memang luwes bergaul – mudah akrab dengan siapun. Terlebih dengan seorang wanita muda.
“Apakah dari keputren juga ada yang sering membeli pecel di sini, Bi……?” Bertanya Raden Pabelan yang sesungguhnya menyelidik.
“Oooh….. sering…..! Bahkan jika membeli lebih dari sepuluh bungkus…..!” Berkata Bibi penjual pecel.
“Apakah Gusti Putri juga sering membeli sendiri ke warung ini….?” Bertanya Raden Pabelan.
“Oooh tidak…..! Beliau pasti utusan. Tetapi yang pesan memang Gusti Putri Sekar Kedaton…..!” Jawab Bibi penjual pecel jujur.
“Tambah jahe sere panas, Bi…..!” Pesan Raden Pabelan agar bisa berlama-lama di warung itu untuk bisa bertemu dengan salah seorang abdi keputren.
“Baik Raden yang tampan dan gagah….! Maaf Raden ini namanya siapa…..?” Bertanya Bibi penjual pecel yang memang belum pernah bertemu Raden Pabelan.
“Saya Pabelan putra Kanjeng Tumenggung Mayang…..!” Jawab Raden Pabelan.
“Ooooh……, beruntung sekali kami pagi ini mendapat tamu yang namanya telah kondang……!” Berkata Bibi penjual pecel.
“Kondang bagaimana Bi…..?” Bertanya Raden Pabelan.
“Banyak orang memperbincangkan Raden, bahwa Raden Pabelan adalah seorang yang tampan, gagah dan berkulit bersih dan dandanan yang rapi. Ternyata memang benar…..! Sejak tadi aku batin, apakah Raden ini yang bernama Raden Pabelan…..!” Berkata Bibi penjual pecel.
Bibi itu pernah mendengar bahwa Raden Pabelan kondang karena thukmis – mata keranjang setiap melihat gadis cantik. Namun hal itu tentu saja tidak dikatakan oleh Bibi penjual pecel. Namun justru ia memuji ketampanan Raden Pabelan.
“Tidak mengira bahwa kami akan kedatangan Raden Harjuna dari Laweyan…..!” Canda Bibi penjual pecel yang tahu bahwa Ki Tumenggung Mayang bertempat tinggal di Laweyan. Sama dengan tempat tinggal Ki Pemanahan sebelum babat hutan Alas Mentaok.
“Ada-ada saja Bibi ini…..! Tentu sangat jauh perbandingannya…..!” Elak Raden Pabelan walau senang pula dipuji.
Beberapa pembeli yang datang pun memandang Raden Pabelan dengan kekaguman walau tidak semata-mata.
Namun ada pula yang telah tahu bahwa yang sedang menyerutup wedang jahe sere tersebut adalah Raden Pabelan.
Pecel sayur di warung itu memang cukup ramai.
Beberapa saat kemudian, datang dua orang wanita dari arah regol belakang kaputren. Raden Pabelan bisa melihat kedatangan mereka.
“Semoga mereka berdua adalah abdi kaputren yang akan membeli pecel di warung ini……!” Batin Raden Pabelan.
Harapan Raden Pabelan menjadi kenyataan. Dua orang tersebut memang menuju ke warung itu.
“Mari Jeeeng…..!” Sapa Bibi penjual pecel kepada abdi keputren.
“Njiiih Bibi……, mau pesen dibungkus 12 bungkus…..!” Berkata wanita yang baru datang.
“Seperti biasa, yang pedas tiga, lainnya sedang…..!” Berkata abdi keputren.
Raden Pabelan bergembira, karena pasti akan agak lama membuatkan dua belas bungkus.
Sepertinya dua orang abdi itu sudah terbiasa di warung itu. Mereka justru ikut membantu Bibi penjual pecel meracik dan membungkus.
Raden Pabelan mencari kesempatan untuk bisa berbincang dengan abdi keputren tersebut. Tetapi ada keraguan karena akan menjadi perhatian mereka yang melihat.
Namun kemudian Raden Pabelan memilih untuk bisa bertemu ketika mereka pulang.
Sebelum mereka pulang, Raden Pabelan sudah terlebih dahulu membayar jajahannya. Kemudian mendahului untuk menunggu di tikungan menuju pintu belakang keputren.
Raden Pabelan sempat tersenyum kepada dua orang abdi keputren tersebut dan mengangguk hormat.
Yang ditunggu akhirnya lewat juga.
“Selamat pagi Mbakyu….., bukankah kalian abdi keputren…..?” Bertanya Raden Pabelan.
“Benar Raden……, bukankah Raden yang tadi di warung pecel……?” Abdi keputren itu balik bertanya.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.