Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#671

penerus trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(671)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.

Raden Pabelan sungguh bergembira. Ia merasa kelakuannya selama ini, kini mendapat dukungan dari sang ayah. Tak tanggung-tanggung ia harus mendekati Sekar Kedaton yang sedang menjadi perbincangan banyak orang.
Berdasarkan pengalamannya selama ini, Raden Pabelan yakin bisa memikat Sekar Kedaton.
Di samping pintar bertutur kata merayu seorang wanita, Raden Pabelan juga tampan gagah berkulit bersih dan rapi dengan busana yang bagus. Setiap wanita akan terpikat pada pandangan pertama. Setiap ibu akan berharap menjadi mertuanya, setiap gadis berharap untuk dipinangnya.
Di sisa malam itu, Raden Pabelan bisa tidur dengan nyenyak dengan mimpi yang indah.

Sebelum matahari semburat merah di ufuk timur, Raden Pabelan telah terbangun. Ia telah minta dibuatkan kopi panas kepada abdi katumenggungan.
“Kopi panas dan gedang goreng, Bi…..!” Berkata Raden Pabelan.
“Baik Den……!” Jawab abdi tersebut yang harus cepat menyajikan jika tidak ingin dimarahi oleh anak muda itu.
Di pagi yang dingin itu, Raden Pabelan telah ber-bersih diri dan berdandan rapi. Senyum di bibir selalu tersungging.
Namun ia masih memikirkan bagaimana caranya bisa bertemu dengan sang Sekar Kedaton.
Biasanya, jika dengan wanita biasa, ia akan bertamu ke rumah wanita yang ia taksir. Dan hampir semua yang ia datangi selalu disambut dengan senang hati oleh si wanita atau pun orang tuanya.
“Tetapi Sekar Kedaton adalah seorang putri raja yang tinggal di lingkungan keraton. Aku tidak boleh gegabah sehingga gagal sebelum bertemu……!” Pikir Raden Pabelan sambil nyeruput kopi panas.
Ketika kecil dahulu, Raden Pabelan sering bermain sampai di dalam keraton. Bahkan pernah ikut belajar tari di sanggar budaya di dalam keraton. Namun ia belum pernah sampai di keputren tempat para putri raja. Lagi pula di dalam lingkungan keraton pasti banyak prajurit jaga. Ia harus berhati-hati agar tidak terjadi salah paham dengan para prajurit jaga.
“Heee….., bagaimana jika aku menulis surat…..?” Pikir Raden Pabelan.
Raden Pabelan segera mencari alat tulis.
Dengan tersenyum, Raden Pabelan mulai merangkai kata-kata seindah mungkin. Namun jangan sampai kata-katanya menyinggung perasaan seorang wanita, apalagi wanita tersebut adalah Sekar Kedaton.
Ia pun berusaha menulis dengan serapi mungkin.
Sudah beberapa lembar kertas ia remas karena terasa belum pas tata kalimatnya. Namun ada dua lembar yang telah menjadi pilihan untuk dikirimkan kepada sang Sekar Kedaton.
Akhirnya salah satu menjadi pilihannya setelah beberapa kali ia baca ulang.
Di sisi belakang surat itu ia tempel kelopak bunga mawar merah cerah yang ia buat berbentuk hati. Dan kemudian ia semprot dengan wewangian. Surat pun segera ia simpan di saku bajunya.
“Bagaimana aku bisa menyampaikan surat ini……?” Batin Raden Pabelan.
Raden Pabelan ingat, tak jauh dari pintu belakang keraton ada warung pecel yang sudah buka di pagi hari.
“Bi….., aku tidak sarapan di rumah, aku ingin sarapan pecel di dekat pintu belakang keraton itu……!” Berkata Raden Pabelan yang biasanya telah disiapkan sarapan dengan aneka pilihan.
“Baik Den…..! Biar saya belikan……!” Jawab abdi tersebut.
“Tidak Bi……, aku akan jajan di sana. Katanya kalau langsung itu lebih nikmat…..!” Dalih Raden Pabelan.

Dengan senyum ceria Raden Pabelan menuju ke warung pecel di dekat pintu belakang keraton. Siapa tahu nanti ada salah seorang abdi keraton yang keluar dari pintu belakang keraton itu. Ia bisa titip surat itu untuk sang Putri Kedaton.
“Mari silahkan Den….., bangku masih sepi…..!” Sapa pemilik warung.
“Terimakasih Bi……, pagi-pagi seperti ini cocoknya memang sarapan pecel…..!” Berkata Raden Pabelan dengan sopan santun yang genap.
“Sepertinya Raden belum pernah singgah di warung ini…..!” Berkata Bibi penjual pecel.
“Ya Bi……, biasanya dibelikan dan dibawa pulang……!” Dalih Raden Pabelan.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *