Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(673)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Raden Pabelan yang tampan gagah berkulit bersih dan rapi memang mudah dikenali. Apalagi dengan sikapnya yang ramah dan sopan serta senyumnya yang selalu tersungging. Banyak orang akan mudah terkelabuhi pada pandangan dan perjumpaan pertama.
Demikian pula dua orang abdi keputren tersebut.
“Benar Mbok-ayu……, saya Pabelan. Saya bisa minta tolong Mbok-ayu……?” Bertanya Raden Pabelan dengan sopan.
“Oooh….., Raden Pabelan…..? Sepertinya kami pernah mendengar nama itu…..! Ternyata benar, piyayi yang tampan, gagah dan rapi sekali…..! Tentu saja kami bersedia menolong Raden jika kami mampu…..!” Jawab abdi keputren.
“Terimakasih Mbok-ayu……, tentu saja Mbok-ayu sekalian mampu….!” Berkata Raden Pabelan.
“Apakah itu, Raden……?” Bertanya salah seorang dari abdi tersebut.
Raden Pabelan kemudian merogoh surat di kantong bajunya.
“Tolong Mbok-ayu….., surat ini bisa disampaikan kepada Kanjeng Gusti Putri Sekar Kedaton…..!” Berkata Raden Pabelan sambil mengulurkan sepucuk surat yang semerbak wangi.
“Ooh….., tentu saja kami bersedia…..!” Jawab salah seorang dari abdi keputren tersebut.
“Namun tolong……, jangan sampai ada orang lain yang tahu jika tidak dikehendaki oleh Kanjeng Gusti Putri Sekar Kedaton sendiri…..!” Pesan Raden Pabelan.
“Tentu saja Raden…..!” Jawab salah seorang dari abdi keputren.
“Sampaikan pula kepada Kanjeng Gusti Putri Sekar Kedaton, jika beliau berkenan menjawab surat ini, akan kami tunggu nanti petang di warung sate di samping pasar Gede. Atau besuk pagi di tempat ini waktunya seperti ini juga…..!” Pesan Raden Pabelan lagi.
“Baik Raden……!” Jawab salah seorang dari abdi keputren.
Dengan hati yang berbunga-bunga, Raden Pabelan kembali ke Ndalem Katumenggungan di Laweyan. Ia tidak tahu apakah surat yang ia tulis akan berkenan kepada Gusti Putri Sekar Kedaton. Namun harapan itu ada. Ia juga tidak tahu, apakah Gusti Putri Sekar Kedaton telah memiliki tunangan atau belum. Ia berharap Kanjeng Gusti Putri Sekar Kedaton masih legan. Dan jika seandainya ia ditolak pun, dia tidak akan sakit hati.
Raden Pabelan pernah mendengar, bahwa Kanjeng Sultan Hadiwijaya semula bernama Mas Karebet dari desa Tingkir. Namun pemuda desa itu bisa mempersunting putri dari Kanjeng Sultan Trenggana saat itu.
“Aku pasti tidak kalah dengan Jaka Tingkir jika sama-sama muda…..!” Batin Raden Pabelan dengan tersenyum.
Dua orang abdi keputren segera kembali ke keputren sambil berbincang riang.
“Jujur saja Mbok-ayu….., aku belum pernah melihat perjaka seganteng Raden Pabelan itu. Bahkan di dalam keraton sekalipun…..!” Berkata salah seorang dari dua orang itu.
“Yaaa….., juga gagah, kulitnya bersih dan dandanannya rapi dan wangi…..!” Puji kawannya.
“Unggah-ungguh dan sopan santunnya juga genap……!” Sahut kawannya.
“Apakah isi suratnya ini ya Mbok-ayu….?” Bertanya kawannya.
“Kita tidak tahu….., tetapi mungkin saja naksir Kanjeng Gusti Putri Sekar Kedaton…..!” Tebak kawannya.
“Semoga Kanjeng Gusti Putri Sekar Kedaton menolaknya. Aku juga bersedia menjadi kekasihnya…..!” Canda abdi yang lebih tua.
“Lha Kang Kliwon bagaimana…..?” Sindir kawannya.
“Aku lingsirkan kepadamu…..!” Gurau kawannya.
“Emoooh……, Raden Pabelan pasti lebih memilih aku dari pada kamu, Mbok-ayu…..!” Sahut abdi yang lebih muda itu tak mau kalah.
Mereka berdua justru tertawa cekikikan.
Kanjeng Gusti Putri Sekar Kedaton tertegun menerima surat yang beraroma semerbak wangi. Selama ini, ia belum pernah menerima surat dari siapapun. Surat berbau harum itu ia dekap di dada. Hatinya pun berbunga.
“Ini dari siapa, Bibi…..?” Bertanya Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Mohon maaf Gusti, mungkin di dalam surat itu sudah tercantum namanya. Jika Gusti Putri berkenan, beliau menunggu jawaban dari Gusti Putri petang nanti atau besuk pagi……!” Jawab abdi keputren yang lebih tua.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.