Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(680)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Raden Pabelan telah berjanji kepada dirinya sendiri. Ia tak akan berpetualang asmara lagi setelah mereguk madu asmara dengan Gusti Putri Sekar Kedaton ini. Ia akan bertanggungjawab sepenuhnya untuk menjadi suami dari Gusti Putri Sekar Kedaton. Ia tak akan mengecewakannya. Ia juga merasa belum pernah dalam beradu kasih seindah dengan Gusti Putri Sekar Kedaton.
Angan-angan dari Raden Pabelan melayang jauh. Ia telah membayangkan menjadi menantu seorang raja besar, Sultan Hadiwijaya. Ia nantinya juga akan disebut seorang Pangeran.
“Kanjeng Sultan Hadiwijaya juga bukan putra kandung Kanjeng Sultan Trenggana, tetapi menantu. Tetapi kemudian yang menjadi raja adalah sang menantu itu.
” He he……, aku pun mempunyai peluang untuk menjadi seorang raja nantinya…..! he he he…..!” Batin Raden Pabelan.
“Aku dengar Gusti Pangeran Benawa, putra lelaki dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya jarang berada di keraton….!” Batin Raden Pabelan lagi.
“Aku pasti lebih pantas menjadi seorang raja dari pada Pangeran Benawa…..!” Lamunan Raden Pabelan yang terlalu jauh.
Bahkan Raden Pabelan telah bertekad untuk melamar sang putri secepatnya. Sepertinya Gusti Putri Sekar Kedaton tidak akan menolak. Jangan sampai ada seseorang pangeran dari negeri manapun yang mendahului melamarnya.
“Heee…..! Kok tersenyum-senyum sendiri sejak tadi…..!” Tegur Gusti Putri Sekar Kedaton.
Lamunan Raden Pabelan buyar. Namun kemudian ia berdalih. “Malam yang sangat indah bersama sang Putri adalah kebahagiaan yang tak terbayangkan. Terlebih hari ini sang Putri masih berkenan untuk ditemani….!”
“Tidak hanya malam tadi dan siang ini. Tetapi malam nanti dan besok dan besoknya lagi……! Putri belum pernah menikmati indahnya malam seperti malam tadi…..!” Berkata Gusti Putri Sekar Kedaton polos.
“Pabelan tentu tidak akan menolak…..!” Jawab Raden Pabelan.
Gusti Putri Sekar Kedaton kemudian mencubit lengan Raden Pabelan. Yang dicubit pun tak mau kalah, tidak hanya mencubit. Dan kemudian tidak terdengar suara perbincangan.
Dalam pada itu, abdi keputren setengah baya yang berada di depan pintu mengurungkan untuk mengetuk pintu. Tadi ia mendengar perbincangan, jika masih berbincang ia akan mengetuk pintu untuk mengantarkan makan siang. Namun kemudian ia ragu justru karena tidak terdengar perbincangan.
“Aaah….., aku jadi teringat dengan bapaknya puguh…..!” Lamunan abdi keputren setengah baya tentang suaminya yang telah meninggal.
Ia justru termangu di depan pintu.
Yang membuat jantungnya berdegup kencang justru ketika ia mendengar berisik halus di dalam bangsal Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Aaaah…..!” Desah abdi keputren setengah baya yang tidak segera meninggalkan depan pintu.
Makanan dan minuman masih ia letakkan di bangku teras.
“Aduh bagaimana ini…..?” Keluh kesah abdi keputren setengah baya yang bimbang antara mengetuk pintu atau meninggal tempat itu.
“Heee…., Yu…..! Sejak tadi kok terbengong-bengong di situ…..!” Sapa jury taman yang akan membersihkan taman keputren.
“Ooh kau Lasa….!” Sahut abdi keputren setengah baya tergagap.
“Hee….! Piring makannya kok ada dua, yang satu untuk aku ya…..?” Seloroh juru taman yang dipanggil Lasa tadi.
“Aah kamu ada-ada saja….! Nanti jatahmu aku bawakan…..!” Jawab abdi keputren setengah baya sekenanya.
Kemudian abdi keputren itu berdalih.
“Tadi aku sudah ketuk pintu, tetapi mungkin Gusti Putri sedang tanggung di kamar kecil…..!” Abdi keputren setengah baya mencoba mengatasi perasaannya.
“Ya sudah…..! Aku mau membongkar pot bunga soka yang sudah padat itu….!” Sahut Lasa si juru taman.
Dalam pada itu, Gusti Putri Sekar Kedaton yang berada di di dalam kamar riau juga. Ia mendengar perbincangan di teras kamar.
“Aah…., sepertinya suara Bibi dengan Lasa….!” Keluh Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Apakah Gusti Putri akan menemui mereka dulu…..?” Bertanya Raden Pabelan.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.