Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(865)
Mataram.
Senopati Retna Dumilah sungguh tak berdaya. Badannya bermandikan keringat yang membasahi pakaiannya. Ia memang telah bekerja keras mengerahkan ilmu batinnya untuk menundukkan Panembahan Senopati. Ia telah bertempur dalam diam, tidak bertempur secara sewajarnya. Namun justru mengerahkan seluruh tenaga dalamnya sehingga menguras tenaga. Ia sejak awal yakin akan mampu menundukkan Panembahan Senopati dengan cara itu. Karena ia telah tuntas mendalami ilmu batin mantram pengasihan. Jika Panembahan Senopati telah bertekuk lutut maka seluruh pasukan Mataram akan menyerah. Dan Panembahan Senopati akan menuruti semua perintahnya. Dan pada akhirnya seluruh Mataram berada dalam genggamannya. Namun yang terjadi kini justru sebaliknya. Dia sendirilah yang kini tak berdaya, tetapi ia masih bisa menyadarinya. Bahkan kini ia dalam pelukan hangat Panembahan Senopati seorang yang berilmu tinggi dan berwajah tampan menawan. Ada perasaan aneh yang menjalari tubuhnya serta mengguncang nalar budinya. Bahkan jantung hatinya berdegup kencang. Namun ia tak berdaya untuk melepaskan dekapan dari Panembahan Senopati. Semula yang ia harapkan adalah hal yang sebaliknya yakni Panembahan Senopati tak berdaya dalam kekuasaannya. Namun kini ia sendiri yang tak berdaya dalam pelukan Panembahan Senopati.
Jantung hatinya semakin berdegup kencang ketika Panembahan Senopati justru memandangnya dengan tersenyum tipis.
“Lepaskan aku Panembahan…..!” Berkata Senopati Retna Dumilah, namun ia sendiri tak bisa bergerak. Bahkan berusaha bergerak pun tidak.
“Jika aku lepaskan, kau tentu tergeletak di tanah berdebu ini. Sayang seorang senopati cantik jelita kok berbaring di tengah alun-alun…..!” Canda Panembahan Senopati.
Namun candaan itu justru semakin menggetarkan hati sang senopati wanita yang memang cantik jelita itu.
Selama ini tidak ada yang berani memuji kecantikannya justru karena wibawanya sebagai seorang putri adipati dan seorang senopati.
Panembahan Senopati kemudian meminta Senopati Retna Dumilah untuk berdiri namun masih harus ia rangkul agar tidak terjatuh.
“Diajeng Retna Dumilah….! Perang bertaruh nyawa masih berlangsung. Segera hentikan agar nyawa sia-sia tidak semakin banyak menjadi korban….!” Berkata Panembahan Senopati dengan sungguh-sungguh.
Senopati Retna Dumilah tak kuasa menolak permintaan dari Panembahan Senopati. Lagi pula ia sempat menyaksikan bahkan pasukan Madiun terdesak mundur.
“Baiklah Panembahan….., aku menyerah. Demikian pula seluruh pasukan Madiun…..!” Berkata Senopati Retna Dumilah lirih.
“Perintahkan kepada seluruh pasukan Madiun…..!” Pinta Panembahan Senopati.
Senopati Retna Dumilah kemudian memanggil Ki Rungkut yang masih bertempur melawan Guru orang bercambuk. Guru orang bercambuk itu memang sekedar melayani Ki Rungkut agar tidak mengganggu Panembahan Senopati yang tadi sedang bertempur batin melawan Panembahan Senopati. Perkelahian dua orang yang telah lanjut usia itu memang tak jauh dari tempat Senopati Retna Dumilah berada saat itu.
“Paman Rungkut…..! Tolong hentikan perlawanan seluruh pasukan Madiun….!” Berkata Senopati Retna Dumilah yang masih ditopang oleh Panembahan Senopati itu.
“Oooh….., baik Sang Senopati…..!” Jawab Ki Rungkut yang menyadari bahwa ia juga tak mungkin akan bisa menundukkan Guru orang bercambuk yang menjadi lawannya.
“Lakukan itu, Ki Rungkut…..!” Berkata Guru orang bercambuk memberi kesempatan.
Ki Rungkut kemudian berdiri tegak. Dengan mengerahkan tenaga dalamnya ia berkata lantang yang akan bisa didengar oleh seluruh prajurit yang berada di alun-alun itu.
“Haiiii seluruh pasukan Madiun…..! Atas perintah sang Senopati Agung Retna Dumilah…., hentikan seluruh perlawanan terhadap pasukan Mataram…..!” Berkata Ki Rungkut dengan lantang yang menggetarkan alun-alun.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.