Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(866)
Mataram.
Perintah Senopati Retna Dumilah melalui Ki Rungkut itu menggema sampai ke seluruh sudut alun-alun.
Namun demikian, Ki Rungkut mengulangi perintah itu agar tidak ada yang ragu-ragu.
“Aku ulangi lagi….! Seluruh pasukan Madiun agar segera menghentikan perlawanan terhadap Mataram…..!” Berkata Ki Rungkut yang dilambari dengan ilmunya yang tinggi.
Seketika itu, seluruh prajurit dari pasukan Madiun tidak ragu-ragu lagi, hampir semua meloncat mundur untuk menjauhi para prajurit Mataram yang menjadi lawannya. Prajurit Mataram pun tidak ada yang memburunya. Dan seketika itu pula pertemuan di seluruh alun-alun terhenti. Bahkan pertempuran antar mereka yang berilmu tinggi pun terhenti pula.
Sesungguhnya banyak dari para prajurit Madiun yang bersyukur ketika pertempuran dihentikan. Karena hampir di seluruh medan pertempuran, pasukan Madiun telah terdesak mundur. Bahkan ada yang telah terdesak sampai masuk halaman keraton. Namun demikian, para prajurit dari kedua kubu masih terdiam di tempat masing-masing. Mereka masih menunggu perintah selanjutnya.
Dalam pada itu, Panembahan Senopati telah memerintahkan kepada Senopati Widarba untuk menarik mundur seluruh pasukan Mataram ke sisi selatan dari alun-alun Madiun itu.
“Seluruh pasukan Mataram….! Hentikan pertempuran…..! segera menarik mundur ke sisi selatan alun-alun…..!” Perintah Senopati Widarba yang tak kalah lantangnya dari Ki Rungkut sebelumnya.
Sesungguhnya, para prajurit Mataram bersyukur pula karena peperangan telah dihentikan. Walaupun pasukan Mataram dalam keadaan unggul, namun peperangan tetaplah peperangan yang bertaruh nyawa. Meskipun demikian, ada pula dari para prajurit dari pasukan Mataram yang merasa kecewa karena merasa belum tuntas menundukkan lawan.
Kini kedua kubu telah terpisah. Pasukan Mataram berada di sisi selatan, sedangkan pasukan Madiun di sisi utara. Namun dari kubu pasukan Madiun banyak prajurit yang harus dirawat karena luka-lukanya. Bahkan tidak sedikit yang sampai meregang nyawa. Meskipun demikian demikian, di kubu Mataram juga ada yang terluka dan meregang nyawa, namun jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kubu pasukan Madiun.
Bahkan para senopati dan mereka yang berilmu tinggi dari kedua kubu pun menarik diri. Kini mereka berada di barisan depan dari masing-masing kubu. Demikian pula Kanjeng Adipati Rangga Jumena yang menyadari bahwa pasukannya telah terdesak oleh pasukan lawan. Dan ia tahu pula bahwa putrinya – Senopati Retna Dumilah tak mampu menandingi ilmu dari Panembahan Senopati dan kini telah menyerah. Walau keduanya tidak terlihat bertarung adu olah kanuragan, namun mereka tahu bahwa kedua senopati agung itu telah terlibat dalam pertempuran adu ilmu jayakasantikan. Dan Senopati Retna Dumilah tak mampu menandingi Panembahan Senopati.
Mereka semua menunggu perintah selanjutnya dari Senopati Agung masing-masing. Panembahan Senopati di kubu Mataram dan Senopati Retna Dumilah di kubu Madiun.
Namun yang terjadi kemudian adalah sebuah pemandangan yang aneh. Seluruh prajurit pandangannya tertuju ke tengah alun-alun. Senopati Retna Dumilah yang lunglai tak berdaya masih ditopang atau lebih tepatnya dirangkul – didekap oleh Panembahan Senopati di tengah-tengah alun-alun.
Senopati Retna Dumilah sendiri merasakan perasaan yang aneh yang selama ini belum pernah ia rasakan. Hatinya tergetar dan jantungnya berdebar ketika tubuhnya yang lunglai tak berdaya dalam dekapan Panembahan Senopati yang perkasa.
Entah apa yang telah diperbincangkan oleh Senopati Retna Dumilah dengan Panembahan Senopati tidak ada yang mengetahui. Namun tidak terlihat permusuhan antar keduanya.
Namun yang mereka lihat kemudian membuat semuanya terpana dan ternganga. Panembahan Senopati membopong Senopati Retna Dumilah yang tak berdaya dibawa ke arah kubu pasukan Mataram.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.