Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(867)
Mataram.
Namun demikian tidak ada yang mencegahnya. Bahkan Kanjeng Adipati Rangga Jumena pun tidak. Demikian juga mereka yang berilmu tinggi dari kubu pasukan Madiun seperti Ki Rungkut, Ki Tumpak dan Ki Tanggon para guru dari Senopati Retna Dumilah, Ki Badra dan Ki Naya yang seperguruan dengan Kanjeng Adipati Rangga Jumena. Mereka mengakui ketangguhan dari orang-orang yang berilmu tinggi dari Mataram. Jika mereka memaksakan diri tentu akan merugikan mereka sendiri dan seluruh pasukan. Seperti Ki Rungkut yang merasa telah tuntas menuntut ilmu jayakawijayan, namun tak berdaya menghadapi Guru orang bercambuk.
Demikian juga Ki Naya yang tak mampu mengimbangi ilmu dari Ki Ageng Giring.
Dalam pada itu, ketika seluruh prajurit dari kedua kubu pasukan, baik pasukan Mataram maupun pasukan Madiun menunggu perintah, Panembahan Senopati berkata lantang namun sopan yang ditujukan kepada Kanjeng Adipati Rangga Jumena yang berada berjauhan.
“Maaf Paman Adipati Rangga Jumena, peperangan telah berakhir. Paman Adipati Rangga Jumena tetap sebagai Adipati Madiun, tetapi menjadi bagian dari Mataram. Pasukan Mataram tidak akan menjarah kekayaan Kadipaten Madiun. Hanya putri kedaton Madiun, Diajeng Retna Dumilah yang akan kami boyong ke Mataram. Kami bertanggung jawab atas keselamatan dari Senopati Retna Dumilah di Mataram….! Diajeng Retna Dumilah akan menjadi permaisuri di Mataram…. ! Dan kami akan segera mohon diri…..!” Berkata Panembahan Senopati.
Terdengar bergeremangnya para prajurit dari kedua kubu di alun-alun itu. Mereka pasti memperbincangkan kata-kata dari Panembahan Senopati.
Dalam pada itu, ada seorang adipati yang menjadi bagian dari pasukan Mataram yang sangat kecewa dengan keputusan dari Panembahan Senopati itu. Ia sangat kecewa karena Panembahan Senopati memboyong Senopati Retna Dumilah dan akan dijadikan permaisuri. Adipati itu tahu bahwa sebelumnya telah bersedia untuk menjadikan sang kakak menjadi permaisuri di Mataram pula. Adipati tersebut adalah Adipati Pragola Pati dari Pati. Jika Panembahan Senopati juga mengangkat Senopati Retna Dumilah menjadi permaisuri, tentu akan menggusur kedudukan sang kakak yang telah beberapa lama diperistri oleh Panembahan Senopati.
Tiba-tiba Kanjeng Adipati Pragola Pati berkata lantang kepada para prajurit dari Pati.
“Seluruh prajurit dari Pati…..! Ayo segera tinggalkan tempat ini…..! Tak ada gunanya menjadi bagian dari pasukan Mataram…..!”
Berkata demikian, Adipati Pragola Pati segera menggerakkan seluruh prajurit dari pasukan Pati untuk meninggalkan alun-alun Madiun.
Begitu kecewanya Adipati Pragola Pati hingga ia tidak berpamitan kepada Panembahan Senopati.
“Tunggu Dimas Adipati Pragola…..!” Teriak dari Panembahan Senopati.
Namun Adipati Pragola Pati beserta seluruh prajurit dari pasukan Pati bergegas meninggalkan alun-alun. Adipati Pragola Pati tak menghiraukan kata-kata dari Panembahan Senopati.
Hampir mereka semua yang menyaksikan hanya ternganga melihat seluruh prajurit dari pasukan Madiun meninggalkan alun-alun. Namun hampir semua dari mereka juga tidak tahu sebabnya mengapa pasukan dari Pati bergegas meninggalkan alun-alun.
Yang mereka dengar hanya nada kekecewaan dari Adipati Pragola Pati.
“Biarkan mereka mendahului…..! Besuk akan kita bicarakan dengan Dimas Pragola Pati dan Paman Penjawi….! Marilah…..! Kita pun juga segera meninggalkan Madiun…..!” Berkata Panembahan Senopati kepada Senopati Widarba yang berdiri tak jauh dari Panembahan Senopati.
Beberapa saat kemudian, pasukan Mataram benar-benar telah meninggalkan alun-alun Madiun.
Senopati Retna Dumilah yang belum pulih benar kebugarannya berkuda bersama Panembahan Senopati.
Tak ada keinginan dari Senopati Retna Dumilah untuk berontak. Namun justru ia merasa bergembira diboyong ke Mataram. Bahkan akan dijadikan salah satu istri Panembahan Senopati.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.