Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(887)
Mataram.
Dengan pedang andalan di tangan senopati Kalingga yakin akan mampu mengalahkan lawannya yang tambun itu. Ilmu senjata yang ia andalkan adalah ilmu bermain pedang. Dengan kelincahannya ia akan dengan mudah membabat lawannya itu dengan pedangnya. Meskipun lawannya itu kuat, namun tidak selincah dirinya. Dengan sekali babat, lawannya pasti akan bersimbah darah dan berkalang tanah.
Namun yang terjadi tidak seperti yang diperhitungkan oleh senopati Kalingga. Ia terkejut bukan kepalang dan kemudian meloncat mundur. Karena tiba-tiba lawannya yang tambun itu telah melecutkan cambuk di tangan kanannya dengan suara yang memekakkan telinga. Bahkan ledakan cambuk itu mengejutkan semua prajurit dari kedua kubu yang menyaksikan. Dan kemudian, ledakan itu tidak berhenti hanya sekali, tetapi beruntun mengejar senopati Kalingga. Senopati Kalingga selalu meloncat mundur dan mundur. Namun ia kemudian mampu menyadari keadaannya. Dengan pedang di tangan ia yakin akan mampu memutus juntai cambuk yang meledak-ledak itu. Sambil meloncat ke samping, senopati Kalingga mencoba membabat juntai cambuk lawannya. Namun lawannya bukanlah penggembala kambing yang sedang bermain cambuk di padang rumput. Ia adalah salah satu murid orang bercambuk yang disegani oleh orang-orang berilmu tinggi lainnya.
Cambuknya kini yang berkelit menghindari tebasan pedang lawannya. Bahkan yang tidak diduga sama sekali oleh senopati Kalingga adalah, cambuk yang berkelit itu tiba-tiba dengan gerakan sendal pancing mampu menjangkau kakinya. Ia terkejut karena perasaan pedih perih ia rasakan di kakinya. Ternyata darah segar meleleh dari kaki senopati Kalingga. Senopati Kalingga baru menyadari, ternyata di ujung juntai cambuk itu terikat kuat besi baja yang kecil namun runcing. Ujung besi baja itulah yang melukai kaki senopati Kalingga. Walau ia telah membentengi diri dengan ilmu kebalnya, namun tertembus juga oleh ilmu lawannya.
Namun senopati Kalingga yang merasa memiliki ilmu yang tinggi tidak ingin menjadi korban dari tajam ujung juntai cambuk lawannya. Ia harus mampu menghindari serbuan cambuk lawannya bahkan berusaha untuk membabatnya agar putus. Atau bahkan berganti menyerang lawannya.
Senopati Kalingga memang menguasai ilmu pedang. Namun ia sama sekali belum pernah berlatih atau bertempur melawan seseorang yang bersenjatakan cambuk seperti saat itu. Dan yang dihadapi adalah seorang yang telah mumpuni dengan ilmu cambuknya.
Mereka yang menyaksikan, terutama para prajurit Pati semakin terpana dan ternganga tak percaya. Salah satu senopati kebanggaan mereka tak segera bisa menundukkan lawannya. Bahkan sepertinya kesulitan untuk mengimbangi lawannya. Ledakan dan ujung juntai cambuk lawannya selalu memburu senopati Kalingga. Bahkan senopati Kalingga kembali meloncat mundur ketika pinggangnya terasa tertusuk jarum. Dan kemudian darah meleleh membasahi kainnya. Ia sama sekali tidak mengira akan menjumpai lawan dengan senjata yang sudah amat jarang digunakan, cambuk. Ia benar-benar mengalami kesulitan. Semula ia percaya akan dielu-elukan oleh seluruh prajurit Pati. Dan bahkan akan dipuji oleh Adipati Pragola Pati. Namun yang terjadi sebaliknya. Dia sendiri yang semakin kewalahan menghadapi lawan yang tidak ia perhitungan sama sekali itu. Ilmu pedangnya seakan tumpul melawan seutas juntai cambuk. Ia sama sekali belum bisa menggoreskan pedangnya ke tubuh lawan. Bahkan untuk sekedar membabat juntai cambuk pun belum berhasil. Yang terjadi kemudian adalah sengatan tajam di lengan kirinya. Ujung cambuk lawannya kembali tak bisa dihindari. Jika yang tersengat adalah tangan kanannya, tentu pedangnya telah terlepas.
Yang tak kalah menegangkan adalah pertarungan di lingkaran yang lain. Kedua petarung masih mengandalkan tangan kosong namun yang telah dilambari dengan ilmu masing-masing.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.