Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#926

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(926)
Mataram.

Mereka yang tidak tahu apa yang terjadi heran, mengapa senopati Birawa selau meloncat menghindar. Bahkan seakan ingin melarikan diri. Sedangkan senopati Jenawi yang masih duduk diantara para prajurit juga heran. Mengapa kakak seperguruannya itu selalu menjauh dari lawannya.
Sedangkan murid orang bercambuk itu selalu memburu senopati Birawa. Senopati Birawa memang mengalami kesulitan. Jika ia lebih dekat dengan lawannya, maka udara panas menerpa tubuhnya. Ia sungguh-sungguh heran dengan ilmu lawannya yang masih jauh lebih muda dari dirinya itu.
Yang membuat hatinya panas ketika kemudian terdengar tepuk tangan dan sorak sorai yang dimulai dari para prajurit pengawal adipati. Bahkan kemudian diikuti oleh sebagian besar prajurit dan para penonton. Bagaimana tidak, ia yang merasa telah tuntas dengan ilmu jayakawijayan harus berlarian seperti permainan petak umpet anak kecil. Senopati Birawa tidak memiliki pilihan lain. Ia harus bersenjata yang panjang agar bisa menjangkau lawannya. Tiba-tiba ia berteriak kepada para pendukungnya.
“Beri aku trisula panjang…..!”
“Tidaaak……! Akan sangat berbahaya jika dengan senjata trisula. Pasti akan terjadi rajapati – pembunuhan….!” Teriak senopati Wirasekti.
“Biarlah sang senopati, akan aku layani senopati Birawa itu…..!” Sahut murid orang bercambuk yang tinggi langsing. Bahkan kemudian dengan tenang ia mempersilahkan senopati Birawa untuk memilih senjata apapun yang ia kehendaki.
Merah padam wajah senopati Birawa. Namun memang tidak ada pilihan lain. Dengan senjata trisula yang panjang ia akan bisa menjangkau lawannya dengan tidak terlalu dekat. Lagi pula senjata tombak dan trisula atau canggah adalah senjata yang sangat ia kuasai. Ia tahu bahwa lawannya akan melawan dengan senjata cambuk seperti lawan senopati Jenawi sebelumnya. Dengan ujung tombak yang bermata tiga maka ia akan mampu melindungi diri dari serangan lawan. Ia pun akan mampu menyalurkan ilmunya melalui ujung trisula tersebut. Ia yakin akan mampu menembus ilmu kebal lawannya.
Bahkan ia akan mampu menggaet juntai cambuk itu dengan trisula-nya. Dengan mengerahkan kekuatannya yang dilambari dengan ilmunya, ia akan mampu melepaskan cambuk lawannya.
Ia pun percaya diri, jika lawannya seperti lawan senopati Jenawi sebelumnya yang ledakkan cambuknya memekakkan telinga itu, ia akan mampu menahan dengan ilmu kebalnya. Ledakan itu hanya bisa untuk menakuti serigala yang mengganggu kambing para gembala. Adik seperguruannya-lah yang belum matang ilmunya sehingga bisa dilukai dengan cambuk. Tetapi ia tak akan seperti adik seperguruannya. Bahkan ia akan dengan sengaja akan menahan juntai cambuk dengan tangannya.
Para penonton, baik para prajurit maupun kawula biasa berdebar-debar ketika melihat senopati Birawa telah memegang tombak panjang bermata tiga, trisula. Trisula di tangan orang berilmu tinggi tentu sangat berbahaya. Apalagi mereka telah menyaksikan tadi, senopati Birawa mampu menghamburkan tanah dengan pukulan tangan kosong.
Senopati Wirasekti pun tak mampu mencegah senopati Birawa dengan bersenjata.
“Kau terlalu sombong dengan membiarkan aku bersenjata trisula ini. Jangan salahkan aku jika ususmu terbuai keluar seperti Harya Penangsang saat melawan Danang Sutawijaya…..!” Sesumbar senopati Birawa.
Murid orang bercambuk yang tinggi langsing itu tidak menjawab. Namun sekejap kemudian, tangan kanannya telah memegang tangkai cambuk. Sedangkan tangan kirinya memegang ujung juntai cambuk. Namun ujung juntai cambuk itu tidak berujung besi runcing yang kecil. Ujungnya hanya biasa saja seperti cambuk pada umumnya.
Senopati Birawa tersenyum kecil melihat cambuk lawannya. Ia yakin bahwa cambuk itu tak akan mampu melukai kulitnya.
Namun tiba-tiba senopati Birawa meloncat mundur ketika lawannya melecutkan cambuknya yang menggelegar menggetarkan seluruh alun-alun.
…………..
Bersambung……….

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *