Salah satu yang menarik dan saat ini menjadi ikon pariwisata di kota pelajar adalah angkringan Jogja. Tempat makan sederhana yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat Yogyakarta ini menjadi hal yang unik. Mulai dari yang hanya sekedar makan dan minum, sampai obrolan politik pun bisa bermula di angkringan.
Kota Yogyakarta adalah kota yang sarat dengan budaya. ini yang menjadikan Yogyakarta menjadi salah satu destinasi wisata. Tidak ketinggalan pula bisnis kuliner semakin mengukuhkan kota Yogyakarta sebagai kota Tujuan Wisata terbaik.
Salah satu ciri khas kuliner di Yogyakarta adalah angkringan. Yang pada awalnya merupakan tempat jualan makanan sederhana. Tempat mangkal orang-orang kebanyakan dengan isi kantong cekak. Tak ketinggalan pula anak-anak kost yang ingin makan dengan dana sedikit. Intinya Angkringan adalah tempat jajan murah meriah.
Pada perkembangannya, tempat kuliner atau tempat makan khas yogya ini menjadi sedikit berbeda kemasannya. Walaupun tidak merubah ciri khasnya, dengan gerobak, makanan dengan aneka jajanan sederhana, gorengan, lauk dan nasi bungkus. Suasana dan kenyamanannya juga semakin diperhatikan.
Kalau dulu hanya mangkal di trotoar jalan, dengan gerobak dan tenda terpal, namun saat ini ada beberapa pengusaha kuliner yang merubahnya menjadi semacam kafe kecil yang lengkap dengan alunan musik dan fasilitas wifi.
Maka, kalau dulu pelanggan hanya orang-orang tertentu saja, sekarang ini angkringan sudah menjadi tujuan semua kalangan. Hanya sekedar minum-minum sambil ngobrol. atau janjian dengan teman atau relasi kerja….sah-sah saja.
Yang menjadi ciri khas angkringan adalah nasi bungkus-nya. Orang sering menyebutnya dengan nasi kucing. Mengapa disebut nasi kucing? karena hidangan ini disajikan mirip dengan orang yang memberi makan kucing. Nasi dengan takaran yang sedikit dan lauk ikan asin dan dibungkus dengan daun pisang. Wedang jahe juga menjadi minuman khas angkringan jogja.
Yang paling berkesan bagi saya dan bagi sebagian orang adalah suasananya. kalau jaman dahulu hanya menggunakan lampu minyak kecil yang disebut lampu teplok. Kalau sekarang sudah banyak yang menggunakan lampu listrik tapi tidak terlalu terang. Suasana remang-remang inilah yang menjadi ciri khas dan berkesan bagi setiap orang yang berkunjung.
Hanya ada 2-3 bangku mengitari gerobak, dan pastinya saling berdempetan saat pelanggan banyak. Walau hanya ada makanan sederhana, tapi tempat ini menjadi sarana meleburnya semua keragaman yang ada di kota Yogyakarta.
Tidak saling kenal, tapi tiba-tiba bisa saling akrab, saling menyapa dan bercanda. Tidak heran akhirnya mereka saling kenal karena sering bertemu di angkringan.
Menarik bukan? Bagi anda yang penasaran dengan wisata kuliner angkringan Joga, silahkan mencobanya saat anda berkunjung di Kota Jogja Istimewa.
Salam Perdamaian!
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(868)Mataram. Senopati Retna Dumilah yang sebelumnya dengan pongah ingin menundukkan Panembahan Senopati dengan…