Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(356)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Yang tidak menduga adalah pasukan yang datang bersama Ki Patih Mentahun. Mereka langsung menyerbu pasukan lawan yang mengibarkan berbagai umbul-umbul, rontek maupun pataka dan sibuk menabuh genderang perang dan berbagai tetabuhan lainnya serta meniup terompet yang membuat gaduh riuh. Namun yang tidak mereka perhitungkan, dari balik gerumbul perdu serta pepohonan bermunculan para prajurit Pajang. Mereka-lah yang menyongsong pasukan Demak Jipang yang menyeberang bersama Ki Patih Mentahun. Jumlah prajurit yang menyongsong itu jauh lebih banyak dari pasukan Demak Jipang yang datang menyerang. Pasukan Pajang itu dipimpin oleh dua orang senopati, Mas Manca dan Mas Wila.
Mas Manca dan Mas Wila adalah saudara seperguruan Jaka Tingkir di padepokan Rawapening bersama dengan Ki Wuragil. Mereka adalah para murid Ki Kebokanigara yang merupakan paman dari Jaka Tingkir. Namun sayang, Ki Kebokanigara telah gugur di puncak gunung Merapi.
Mas Manca tidak mengalami kesulitan ketika harus menghadapi senopati Demak Jipang. Senopati Demak Jipang tersebut adalah senopati pengawal keraton Demak Jipang. Ia sesungguhnya adalah tangan kanan dari Sultan Harya Penangsang untuk urusan di dalam keraton Demak Jipang. Namun yang dihadapi adalah Mas Manca yang sering berlatih bersama Jaka Tingkir yang sekarang sebagai Sultan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Walau Mas Manca tidak bisa disejajarkan dengan Sultan Hadiwijaya, namun ilmunya telah lebih dari cukup untuk menghadapi senopati dari Demak Jipang tersebut.
Senopati Demak Jipang sangat kerepotan menghadapi Mas Manca sehingga ia harus dibantu oleh dua orang prajurit pilihan.
Demikian pula Mas Wila, ia tidak berhadapan dengan seorang senopati. Sebelumnya ia telah merobohkan beberapa prajurit Demak Jipang. Ia kemudian dikeroyok oleh tiga orang lurah prajurit. Namun Mas Wila yang bersenjatakan pedang rangkap itu tidak mengalami kesulitan.
Yang mengalami kesulitan adalah para prajurit Demak Jipang. Jumlah prajurit Pajang yang muncul dari sebalik gerumbul perdu dan pepohonan jauh lebih banyak dari pasukan Demak Jipang. Belum lagi tiga orang lurah prajurit yang diandalkan telah terikat perkelahian melawan Mas Wila. Demikian pula senopati mereka serta dua orang prajurit pilihan terikat perkelahian pula melawan Mas Manca.
Para prajurit Demak Jipang itu segera terdesak mundur. Bahkan beberapa prajurit berlari kencang menuju sungai Bengawan Sore untuk menyelamatkan diri.
Yang bersorak sorai adalah para prajurit Pajang yang memukul berbagai tetabuhan. Mereka semakin riuh rendah menyaksikan para prajurit Demak Jipang berlarian menyelamatkan diri.
Yang tidak mampu bertahan adalah tiga orang lurah prajurit yang melawan Mas Wila. Pedang rangkap Mas Wila telah menghujam ke dada, lambung dan perut ketiga lurah prajurit itu. Ketiganya tersungkur bersimbah darah.
Mas Wila kemudian mendekati lingkaran pertempuran Mas Manca yang melawan senopati Demak Jipang yang dibantu oleh dua orang prajurit pilihan.
“Mari aku ikut bergabung……!” Berkata Mas Wila yang langsung terlibat dalam pertempuran.
Akibatnya adalah, dua orang prajurit pilihan itu telah tersungkur bersimbah darah. Yang mengenaskan adalah salah seorang prajurit pilihan dari Demak Jipang itu. Kakinya-lah yang terkena sabetan pedang Mas Manca, sedangkan yang seorang punggungnya yang tergores memanjang terkena sabetan pedang Mas Wila. Senopati kepercayaan Sultan Harya Penangsang itu tinggal seorang diri. Namun ia tak mau menyerah karena masih melihat Ki Patih Mentahun terlibat perkelahian sengit melawan seorang yang sebaya umurnya.
Namun demikian, senopati itu tak mampu bertahan lama. Tangannya-lah yang terkena sabetan pedang Mas Manca. Pedang senopati itupun terlepas. Ia tidak mungkin meneruskan perlawanan karena darah segar mengucur dari lengan tangannya.
…………….
Bersambung………..
(@SUN).
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.