Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
458
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Sementara itu, yang dari Papringan telah berbondong-bondong menuju ke pohon beringin tua. Mereka ingin segera melihat calon tempat untuk pemukiman mereka. Menurut khabar yang mereka dengar, pusat pemukiman itu nanti akan di bangun bangunan megah yang menyerupai keraton. Juga akan dibangun alun-alun di depan bangunan megah itu.
“Apakah Mataram itu nantinya bisa menjadi sebuah negeri, Kang…..!” Bertanya salah seorang yang sedang berjalan beriringan itu.
“Kalau aku percaya akan terwujud, bukankah Alas Mentaok ini telah diserahkan kepada Ki Pemanahan. Itu artinya tanah ini adalah tanah perdikan yang lepas dari kuasa pemerintah Pajang…..!” Jawab kawannya yang sedikit lebih tahu.
“Jadi….., nantinya pimpinan dari pemukim di Alas Mentaok itu bisa menyebut Adipati atau bahkan raja, ya Kang……?” Bertanya kawannya yang serba ingin tahu itu.
“Wah kalau itu aku tidak tahu…..!” Jawab kawannya lagi.
Banyak yang mereka perbincangkan dalam perjalanan yang tidak terlalu jauh. Namun perjalanan yang menerobos hutan yang jalannya sedang mereka kerjakan dan belum tembus.
Dalam pada itu, persiapan di bawah pohon beringin tua telah selesai. Panggung yang tidak terlalu besar telah berdiri kokoh.
Mereka nanti yang datang memang tidak disediakan tempat duduk. Nanti akan berdiri atau duduk di sembarang tempat.
Orang-orang yang kemarin mengerjakan bersih-bersih di sekitar pohon beringin tua itu kini telah mulai berkumpul di depan panggung. Wajah-wajah ceria terpancar dari wajah mereka. Walau panggungnya hanya sederhana dan mereka hanya berdiri di bawah rimbunnya pepohonan, tetapi ada rasa bangga yang ada di hati mereka. Terbayang sebuah permukiman yang tertata rapi bagi mereka nantinya.
Mereka tiba-tiba bersorak gembira ketika dari arah barat berdatangan saudara-saudara mereka yang kemarin bekerja membuat jalan dari Papringan.
Yang berdatangan pun tersenyum lebar karena telah sampai di tempat yang mereka tuju. Terlebih dengan sambutan saudara-saudaranya yang mengerjakan di tempat itu.
Tempat yang rindang dan bersih dengan angin semilir sepoi terasa adem bagi mereka.
“Sangat cocok untuk tempat tinggal…!” Berkata salah seorang dari mereka.
Mereka kemudian membentuk setengah lingkaran mengelilingi panggung di bawah pohon beringin tua.
Raden Sutawijaya pun telah berkeliling mengecek kesiapan penyelenggaraan acara yang sederhana itu. Namun diharapkan acara yang sederhana itu akan bersejarah.
Namun Raden Mas Danang Sutawijaya terkejut ketika ada seseorang yang memberitahukan bahwa ada dua orang yang ingin bertemu.
“Silahkan diminta untuk menunggu sebentar di pondok…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya terkejut karena yang datang pernah dikenalnya.
Mereka kemudian saling berkabar keselamatan.
“Maaf kami mengganggu kesibukan Raden…..!” Berkata salah seorang dari mereka.
“Tentu tidak masalah, justru kedatangan paman sekalian menggembirakan kami……!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya yang mengira kedatangan kedua orang tersebut hanya sekedar berkunjung seperti yang pernah mereka katakan ketika Raden Mas Danang Sutawijaya berkunjung ke tempat mereka.
“Kami sedang mengadakan persiapan untuk syukuran atas nama tempat ini. Paman sekalian kami minta untuk ikut mensyukuri…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Baiklah Raden, tentu dengan senang hati…..!” Berkata salah seorang dari mereka.
“Marilah paman sekalian ikut bersama kami berkumpul di sekitar panggung di bawah pohon beringin itu….!” Ajak Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Baiklah Raden, terimakasih….!” Jawab salah seorang dari mereka berdua.
Mereka berdua tidak bisa menolak atas permintaan Raden Mas Danang Sutawijaya tersebut. Keduanya saling berpandangan dan kemudian salah seorang dari mereka berisik.
“Kita katakan nanti saja keperluan kita setelah acara ini selesai…..!”
“Ya aku setuju……!”
……………..
Bersambung………
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.