Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
475
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya senang bahwa nama-nama para pemuka Mataram juga sudah dikenalnya. Walau Ki Pemanahan disebut Ki Panahan, itu hal yang wajar saja. Ia berharap nama Mataram semakin dikenal juga di wilayah lain.
Namun demikian, Raden Mas Danang Sutawijaya justru mengalihkan pembicaraan.
“Maaf Mbok….., di halaman ada beberapa ceceran darah. Tolong cepat di bersihkan agar mereka yang akan jajan di sini tidak membatalkan…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Oooh….., tetapi kalian tidak terluka. Apakah darah mereka yang dari lereng Merapi…..?” Berkata Mbok bakul yang heran. Bagaimana mungkin mereka yang orang banyak justru terluka, sedangkan ketiga tamunya ini tetap segar bugar.
“Itulah yang terjadi Mbok…..! Yang pasti mereka tidak akan kembali lagi. Sedangkan kami akan segera kembali ke Mataram. Di sanalah tempat tinggalku yang dengan kami bangun. Akulah putra Ki Pemanahan yang juga putra angkat Kanjeng Sultan Hadiwijaya, aku Mas Danang itu…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya yang segera melangkah pergi ke tempat kuda ditambatkan.
“Oooh….., gusti……, Raden…..! Maafkan kami, gusti….. ooh Raden…..!” Seru Mbok bakul yang tidak mengira bahwa yang diajak berbincang adalah seorang putra raja Pajang. Mbok bakul pun berlari-lari kecil mengejar Raden Mas Danang Sutawijaya dan dua orang kawannya. Namun yang dikejar segera meloncat di atas panggung kuda.
“Sudahlah Mbok…! Kami akan pergi….!”
Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya yang kemudian benar-benar meninggalkan warung brongkos tersebut.
Namun yang tidak diduga sama sekali oleh Mbok bakul adalah, orang-orang yang tadi bersembunyi di sekitar warung brongkos itu kemudian berdatangan.
Warung brongkos pun kemudian banyak orang yang ingin tahu apa yang terjadi.
“Apa yang terjadi Yu…..? Siapa kah mereka yang berkuda itu….? Pergi ke mana orang-orang yang garang tadi….?” Rentetan pertanyaan dari orang-orang yang datang.
“Embuhlah……! Tetapi yang aku tahu, anak muda yang berkuda tadi adalah putra Kanjeng Sultan Pajang, Raden Mas Danang……!” Berkata Mbok bakul.
“Heee….., Raden Mas Danang Sutawijaya…..? Putra Kanjeng Sultan Pajang…..? Yang juga putra Ki Pemanahan yang juga disebut Ki Ageng Mataram itu…..?” Bertanya penjual mangut yang warungnya tak jauh dari warung brongkos.
“Aku sempat melihat, orang-orang garang tadi meninggalkan warung dengan tertatih-tatih menuju ke arah Merapi……!” Berkata orang lain lagi
“Lhaaa itu ceceran darah banyak sekali……!” Berkata orang lain lagi.
Mereka kemudian riuh memperbincangkan kejadian yang baru saja terjadi. Walau mereka tidak tahu pasti kejadiannya, namun mereka kemudian mereka-reka menurut mereka masing-masing.
Namun yang bisa mereka perkiraan; Tiga orang dari Mataram tersebut berhasil mengalahkan, bahkan berhasil melukai banyak orang. Orang-orang garang itu dibiarkannya pergi.
“Aku ditinggali banyak uang untuk membayarkan orang-orang garang tadi. Sedangkan tiga orang tadi belum menyentuh brongkos yang aku sajikan. Raden Mas Danang tadi juga tidak mau menerima uang kembalian…..!” Sela Mbok bakul.
“Itu rejekimu Yu…..!” Sahut yang lain.
“Aku tukar uangnya dengan welasan, Yu…..!” Berkata orang lain lagi yang ingin menukar dengan ganti yang lebih. Welasan artinya sepuluh di ganti sebelas.
“Eee…., jangan……! Ini akan aku simpan sebagai jimat kelarisan……!” Dalih Mbok bakul.
Mereka masih riuh rendah memperbincangkan Raden Mas Danang Sutawijaya dan Mataram. Hampir semua menjadi kagum kepada sosok yang bernama Raden Mas Danang Sutawijaya.
Sementara itu, Raden Mas Danang Sutawijaya, Ki Dhandhang dan Ki Kerep melaju ke arah selatan. Menurut ancar-ancar yang pernah mereka terima, arah ini akan sampai di Karangwaru. Mereka tidak memacu kudanya dengan kecepatan tinggi, tetapi dengan kecepatan sedang.
………………….
Bersambung…………
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.