Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#106

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Sengara.

Iring-iringan kapal yang sangat banyak telah mengarungi lautan menuju laut lor. Pasukan dari Demak yang dipimpin oleh Pangeran Pati Unus telah bergabung dengan pasukan dari Palembang yang dipimpin oleh Pangeran Bayaputih. Kedua pangeran sejatinya adalah kakak beradik walau berbeda ibu. Pangeran Bayaputih sebagai putra mahkota di Palembang, sedangkan Pangeran Pati Unus sebagai putra mahkota keraton Demak Bintara. Keduanya bertekad bulat untuk mengusir bangsa kulit putih dari semenanjung Malaka.
Bangsa kulit putih tersebut adalah bangsa Portugis yang telah menancapkan kuku di semenanjung Malaka. Mereka, bangsa Portugis tersebut berdagang rempah-rempah, namun dikawal oleh pasukan prajurit kerajaan Portugis. Rempah-rempah merupakan barang mewah bagi bangsa kulit putih saat itu. Mereka, pasukan dari Portugis itu telah mengetahui akan kedatangan pasukan yang sangat besar dari arah selatan. Oleh karenanya pasukan dari Portugis itu telah bersiap menyambut kedatangan lawan dengan persenjataan yang berbeda dengan persenjataan pasukan penyerbu.

Sementara itu, pagi hari itu, seorang yang telah lebih dari setengah baya, dengan bercaping bambu yang lebar duduk di atas batu dengan joran pancing di tangan. Dengan umpan enthung gedang ia berharap mendapatkan ikan yang lebih besar. Syukur jika ia mendapatkan ikan sidat, sejenis belut yang besar. Kepis ikan yang masih baru tergantung di pinggangnya. Orang itu memancing sedikit di atas anak-anak yang kemarin bermain loncat-loncatan dari dahan pohon yang menjulur ke sungai. Ia berharap bahwa anak-anak itu akan kembali bermain air di tempat itu. Ia telah yakin bahwa anak yang ia duga sebagai anak Gendhuk Jinten itu adalah benar-benar anak Gendhuk Jinten. Ia telah mencari tahu dengan memancing pembicaraan di warung yang tak jauh dari pondok yang di tempati oleh Gendhuk Jinten. Bahkan ia telah tahu pula bahwa anak itu bernama Jaka Sengara.
Ia sedikit tersentak ketika tali pancing ditarik-tarik dari dasar sungai. Joran atau walesan itu kemudian ia sentakkan sedikit kuat. Tali pancing pun semakin bergerak kesana-kemari tanda ikan telah tersangkut di kail pancing. Orang itu membiarkannya tali pancing ditarik kesana-kemari. Kemudian ia sedikit demi sedikit menarik walesan itu. Pelan tapi pasti ikan ditarik ke tepian.
“Wuooo ikan senggaringan ya Mbaaah……!” teriak salah seorang anak yang telah berada di tepian sungai.
Dua orang anak-anak pun kemudian berlari mendekati orang yang sedang mancing itu.
“Yaa Leee…, ini ikan senggaringan…!” kata orang itu.
“Wuooo….., besar…..! sebesar lenganku…..!” teriak anak yang lain.
Anak-anak pun senang melihat ikan senggaringan yang tergolong besar itu. Ikan senggaringan adalah ikan sejenis ikan patin yang hidup di sungai.
Ikan pun kemudian dimasukkan ke dalam kepis yang cukup besar itu.
“Ayooo….., kita pasang wuwu biar mendapatkan ikan yang besar juga….!” teriak anak yang paling gede.
“Ayoooo…..!” teriak mereka.
Mereka, anak-anak itu kemudian sibuk memasang wuwu milik mereka sendiri.
Orang yang sedang memancing itu beberapa kali melirik ke anak-anak yang memasang wuwu dan kemudian bermain air. Namun yang ia cari tidak kunjung nampak.
“Heiii Jaka…..! pasang wuwumu…..!” teriak salah seorang anak ketika melihat Jaka Sengara datang dengan menjinjing wuwu.
“Yaa…. yaa…..!” balas anak yang baru datang itu memang Jaka Sengara.
Jaka Sengara selalu datang paling belakangan karena ia mesti belajar membaca dan menulis yang diajarkan oleh ibunya, Gendhuk Jinten.
Pemancing itu pun kemudian menoleh, dan benar yang datang adalah yang ia tunggu. Anak yang tidak terlalu kekar namun terlihat kuat dan lincah. Ia termasuk paling muda diantara anak-anak itu.
“Heeemmm……., Jaka Sengara……!” gumam orang itu kepada diri sendiri.
Namun ia tidak beranjak dari tempatnya memancing walau beberapa saat belum terasa tali pancingnya ditarik ikan. Namun ia tak kecewa karena tujuannya bukan untuk semata-mata mencari ikan, namun agar bisa melihat anak dari Gendhuk Jinten itu.
……………..
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Berilah keseimbangan kepada anak antara belajar dan bermain.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *