Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#115

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Sengara.

Saat itu, Adipati Unus didampingi oleh Raden Tubagus Pasai dalam memimpin pasukan yang dari Demak Bintara. Tubagus Pasai yang juga disebut Falletehan adalah seorang perjaka yang gagah berani dari bang kulon. Ia juga masih kerabat dari Adipati Unus sendiri.
Malam itu sangat mencekam bagi pasukan gabungan yang telah bersiap untuk menyerbu secara diam-diam ke markas pasukan Portugis. Mereka masih menunggu aba-aba dari Pangeran Samodra. Namun Pangeran Samodra tak kunjung memberi aba-aba dengan suara burung hantu yang telah disepakati. Sedangkan Pangeran Samodra sendiri terkejut ketika mendapat kabar dari prajurit telik sandi bahwa markas pasukan Portugis sangat sepi, tak terlihat kegiatan apapun. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi….? batin dari Pangeran Samodra. Apakah pasukan Portugis tak bernyali menghadapi pasukan gabungan yang besar dan telah mengepung barak ini dan kemudian melarikan diri? Namun demikian, Pangeran Samodra akhirnya berketetapan akan membunyikan aba-aba untuk meyakinkan apa yang terjadi di markas itu. Dengan demikian, mereka harus sangat berhati-hati, jangan sampai pasukan ini masuk dalam jebakan musuh.
“Huuuweeegh….. huuuweeegh…… huuuweeegh…..!” suara burung hantu memecah kesunyian malam.
Pasukan gabungan pun segera merangsek mendekati markas dari arah utara, barat dan selatan.
“Kita harus sangat berhati-hati, Kangmas Adipati…..!” bisik Raden Tubagus Pasai.
“Yaa… Adimas…..! Sepertinya markas sangat sepi sekali…..!” sahut Adipati Unus.
Dari beberapa sudut, prajurit pilihan dari pasukan gabungan telah berhasil naik ke atas benteng markas. Mereka beberapa saat memperhatikan suasana di dalam benteng.
“Benar-benar sepi sekali…..! cara perang apakah yang digunakan oleh pasukan asing ini…..?” batin seorang senopati telik sandi.
Ia bersama seorang lurah prajurit kemudian meloncat turun, masuk ke dalam benteng lawan. Namun mereka harus sangat berhati-hati justru karena suasana yang sangat sepi itu. Dari balik kegelapan, senopati telik sandi itu kemudian melemparkan dua buah batu ke sebuah pintu bangunan.
“Glontaaang….. glontaaang…..!” dua buah batu menghantam pintu.
Senopati telik sandi itu heran karena tidak ada gerakan apapun dari dalam bangunan itu.
Sementara itu, hampir seluruh pasukan gabungan telah berada di luar benteng pertahanan markas pasukan Portugis. Mereka masih menunggu aba-aba dari senopati telik sandi yang telah lebih dahulu masuk ke dalam benteng markas musuh.
Mereka semua heran mengapa suasana di dalam benteng itu seperti di dalam kuburan, sepi mencekam.
Namun aba-aba yang ditunggu kemudian terdengar oleh hampir seluruh prajurit.
“Swuiiit….. swuiiit…. swuiiit….!” senopati telik sandi telah membuat bunyian dari jempol dan jarinya yang dimasukkan mulut dan kemudian ditiup kuat-kuat. Lengkingan suara itu telah menggerakkan para prajurit gabungan untuk segera berloncatan naik benteng dan kemudian meloncat masuk. Namun hampir semuanya tercengang karena tidak ada perlawanan sama sekali dari pasukan lawan.
Pangeran Samodra dan Adipati Unus dan Raden Tubagus Pasai akhirnya bertemu di bangunan induk benteng itu. Markas dalam benteng itu benar-benar telah kosong.
“Mereka melarikan diri, takut dengan pasukan kita, Kangmas…..!” kata Pangeran Samodra.
“Heeem….., benar…..! begini mudah mengusir penjajah dari tlatah ini…..!” sahut Adipati Unus.
“Sebentar Kangmas…..! Aku curiga dengan keadaan ini…..! Ini tidak masuk akal…..!” kata Raden Tubagus Pasai.
Kemudian Raden Tubagus Pasai berkata dengan sedikit keras; “Kangmas…..! bagaimana dengan nasib perahu-perahu kita yang kita tambatkan…..! Jangan-jangan mereka menyerang kapal-kapal yang sedikit penjagaan itu….? Bukankah segala perbekalan kita masih di dalam perahu…..?”
“Benar, Dimas…..! Kita terjebak…..! Ayo kita selamatkan kapal-kapal kita…..!” sahut Pangeran Samodra.
………
Bersambung………

Petuah Simbah: “Jika tugas belum tuntas, janganlah merasa telah sukses.”
(@SUN)

**Kunjungi stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *