Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging.
Adipati Bojonegoro didampingi oleh ulama setempat telah menerima kembali kedatangan utusan yang menghadap Sultan Trenggono. Ia merasa keputusannya untuk tidak mengadakan perlawanan terhadap pasukan gabungan dari Demak Bintara adalah pilihan terbaik.
“Kanjeng Sultan tidak akan menyerbu Kadipaten Bojonegoro ini, beliau hanya minta jalan untuk menuju ke bang wetan…..!” lapor lurah prajurit itu.
“Baiklah…..! Sebaiknya kita memang menjalin persahabatan dengan Kanjeng Sultan…..!” kata Adipati Bojonegoro.
Adipati Bojonegoro menggunakan kata persahabatan untuk menghindari kata menyerah. Namun demikian, sesungguhnya kadipaten itu menyerah secara halus. Dengan demikian, kadipaten itu terhindar dari penjarahan sebagaimana negeri yang kalah perang. Kadipaten itu juga terhindar dari banyaknya korban jika harus mengadakan perlawanan.
Para ulama Kadipaten Bojonegoro juga berbesar hati karena nasehat dari Sunan Kudus untuk mengembangkan kepercayaan baru yang mereka anut. Bahkan dalam pesannya, Sunan Kudus akan mengirim sahabat-sahabatnya dari negeri Persi untuk membantu berdakwah di Kadipaten Bojonegoro. Mereka, para ulama di Bojonegoro itu merasa senang atas penawaran dari Sunan Kudus tersebut.
Adipati Bojonegoro pun merasa tidak ditundukkan oleh pasukan dari Demak Bintara. Bahkan dalam pesannya, Sultan Demak berjanji tidak akan menggangu dan menjarah di kadipaten ini.
“Prajurit…..! Perintahkan kepada para Demang dan para Bekel yang jalannya dilalui oleh bala tentara pasukan besar itu untuk mengadakan penyambutan…..! Sediakan berbagai sajian makanan yang pantas di sepanjang jalan yang akan dilalui…..!” perintah Adipati Bojonegoro.
Prajurit itu pun tanggap akan perintah dari Adipati Bojonegoro itu.
Senopati perang yang berada di barisan paling depan dari pasukan gabungan itu heran. Ketika memasuki wilayah perbatasan Bojonegoro setelah menyeberang Bengawan Sore, mereka telah disambut oleh Ki Demang Padangan. Lebih heran lagi, di sepanjang jalan itu telah berjejer aneka sajikan penganan untuk para prajurit yang melintas itu.
“Hanya ini yang bisa kami sajikan, gusti senopati…..!” kata Ki Demang Padangan.
“Terimakasih, Ki Demang……! Ini sungguh luar biasa. Kanjeng Sultan tentu sangat berkenan……!” kata senopati yang berada di paling depan itu.
Di sepanjang kiri kanan jalan itu memang telah berjejer aneka penganan dan berbagai macam buah-buahan yang disajikan untuk seluruh pasukan.
Namun seorang prajurit telik sandi telah berbisik kepada sang senopati untuk tidak langsung melahap sajian itu.
“Biarlah secara acak Ki Demang dan jajarannya untuk mencicipi terlebih dahulu sajian-sajian itu….! Kami yang akan mengambilkannya…..!” kata prajurit telik sandi yang khawatir telah dijebak oleh Adipati Bojonegoro dengan racun di dalam makanan itu.
“Baiklah gusti senopati…..! Silahkan mengambil penganan apapun dan kami akan menikmatinya…..! Yakinlah bahwa kami tidak mungkin menjebak dengan cara yang sangat tidak terhormat itu…..!” kata Ki Demang yang menyadari kecurigaan dari para prajurit. Namun Ki Demang juga kagum akan kejelian dari prajurit sandi itu. Jika hal kotor itu benar dilakukan, tentu akan banyak korban. Namun hal itu memang tidak dilakukan oleh kawula di kademangan Kandangan itu.
“Semua aman, Gusti Senopati….!” kata prajurit sandi itu.
Para prajurit yang jumlahnya puluhan ribu itu pun bersuka ria mendapatkan sambutan dari kawula Kademangan Kandangan yang merupakan bagian dari Kadipaten Bojonegoro. Kawula Kademangan itu pun berjejer di sepanjang jalan sambil mengelu-elukan pasukan yang melintas itu.
Kanjeng Sultan Trenggono dan Kanjeng Sunan Kudus sangat berkenan atas penyambutan itu. Penyambutan yang justru dilakukan oleh mereka yang sebelumnya dianggap sebagai musuh. Mereka merasa menang tanpa harus berperang.
……………
Bersambung………
Petuah Simbah: “Ada ungkapan Jawa yang mengatakan; ‘menang tanpa ngasorake’ – yang maknanya; menang tanpa harus menundukkan.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.